MOJOK.CO – Seorang pria diamankan polisi setelah membentangkan poster yang berisi tuntutan sederhana kepada Presiden Jokowi saat kunjungan di Blitar.
Pada Selasa (7/9) lalu, Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke lokasi vaksinasi di area PIPP. Selepas kunjungan ini, presiden juga menyempatkan berziarah ke makam Bung Karno. Namun, kunjungan ini tidak seperti biasanya. Usai Jokowi meninggalkan makam Bung Karno dan menyapa warga yang menunggu di tepi jalan, seorang pria mencuri perhatian karena membentangkan poster dan sesaat kemudian langsung diamankan.
Aksi melambaikan tangan Presiden Jokowi diwarnai insiden yang pada akhirnya membuat sebagian orang heran. Seorang pria, yang diduga berprofesi sebagai peternak ayam dengan percaya diri membentangkan sebuah poster yang isinya hanyalah sebuah tuntutan sederhana. Melansir dari Kompas, poster yang ia bentangkan berisikan tulisan, “Pak Jokowi, bantu peternak beli jagung dengan harga wajar.” Sesaat kemudian seorang pria bertopi merebut poster tersebut dan merusaknya. Tidak perlu menunggu lama, seorang polisi akhirnya turun tangan dan menangkap pria yang diduga peternak ayam.
Tak perlu meributkan siapa pria bertopi yang kemungkinan adalah salah satu pihak keamanan atau badan intelijen yang menyamar. Beberapa sumber justru menyebutkan blio adalah seorang tukang becak yang kebetulan dapat “mandat” dari polisi untuk mengamankan kejadian seperti ini. Sayangnya, informasi ini masih terlalu ambigu buat dicerna. Jika pria berposter diamankan karena menimbulkan keributan dengan si “tukang becak” mengapa pula keduanya tidak ditangkap?
Peristiwa ini menjadi bahan perbincangan lantaran “aksi protes” seorang peternak ayam yang tidak seberapa membahayakan itu kemudian diatasi seperti sebuah aksi yang membahayakan presiden. Padahal, jika ditinjau dari posternya, tulisan di dalamnya memang tidak mengandung unsur-unsur yang menyinggung pihak tertentu. Ia hanya meminta bantuan presiden untuk mengatasi permasalahan harga jagung. Kalimat dalam poster lebih terdengar seperti aspirasi yang dibumbui sedikit keluhan atas kesulitan yang dialami peternak.
Peristiwa ini memunculkan tanda tanya besar terhadap beberapa statemen presiden Jokowi sebelumnya. Pada Februari lalu, blio pernah mengatakan bahwa masyarakat seharusnya aktif dalam menyampaikan kritik dan masukan buat pemerintah. Tapi, setelah kritik muncul di mana-mana, yang terjadi justru pengkritiknya diamankan.
Tidak hanya peristiwa di Blitar, sebelumnya kritik terhadap presiden Jokowi yang dibungkus dengan mural juga muncul di beberapa daerah. Mural ini justru begitu cepat dihapus dan pembuatnya pun diburu polisi. Sikap aparat begitu membingungkan lantaran seolah berkebalikan dengan anjuran presiden Jokowi bahwa kita harus aktif memberi kritik.
Banyak netizen yang skeptis menanggapi peristiwa ini. Beberapa netizen juga menganggap bahwa poster yang dibentangkan seorang peternak ayam adalah tuntutan yang wajar, tidak mengandung unsur kekerasan, tidak berupa ancaman, apalagi penghinaan. Namun, di antara semua netizen, seorang netizen senior jelas lebih lantang suaranya untuk menuntut pembebasan peternak ayam yang baru saja diciduk polisi. Netizen tersebut adalah Fadli Zon.
Peternak ayam sdg dalam kondisi makin terpuruk. Harga telur jatuh sementara pakan ayam mahal. Spanduk itu hanya aspirasi pd P @jokowi agar tahu kondisi sebenarnya n ada jalan keluar bg peternak ayam. Tlg bebaskan peternak ayam yg bawa spanduk itu.
https://t.co/aov9Z8XKk9— FADLI ZON (Youtube: Fadli Zon Official) (@fadlizon) September 7, 2021
Pendapat Fadli Zon jadi terdengar lebih waras lantaran apa yang disampaikan memang benar. Pria tersebut hanya menyampaikan aspirasi langsung kepada presiden Jokowi. Menilik dari tuntutannya, ia menyampaikan apa yang menjadi kegelisahan peternak belakangan ini.
Jika menyampaikan aspirasi dengan wajar seperti ini saja memancing reaksi kemarahan aparat, apa kabar status “negara demokrasi” di Indonesia? Tuduhan otoriter dan antikritik terhadap presiden Jokowi sudah dilayangkan sejak lama, bahkan sebelum ia menjabat sebagai presiden di periode kedua. Tuduhan ini bukannya ditepis, justru makin menguat belakangan ini. Bahkan ada juga studi yang menyimpulkan bahwa presiden Jokowi punya gaya kepemimpinan neo-new order, orde lama yang baru. Peristiwa penangkapan seorang pria yang membentangkan poster ketika presiden Jokowi melambai sebenarnya lebih mirip pertunjukan teater yang berisikan satire untuk menyindir demokrasi.
BACA JUGA Mural Jokowi 404: Not Found dan Penilaian Otoriter yang Kembali Menguar dan tulisan KILAS lainnya.