MOJOK.CO – Persaudaraan Alumni 212 mengaku sudah tidak mau tahu dengan manuver-manuver yang akan dilakukan oleh Prabowo.
Jumat pagi ini, Prabowo diketahui bakal menggelar rapat panjang bersama jajaran Dewan Pembina Partai Gerindra di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor.
Hal tersebut berdasarkan informasi dari Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani.
Menurut Muzani, rapat pagi ini merupakan rapat rutin di mana salah satu hal yang disebut-sebut bakal dibahas dalam rapat tersebut adalah tentang kemungkinan rencana merapat ke pemerintahan Joko Widodo.
Rapat ini disinyalir bakal menjadi awal titik pijak yang penting bagi masa depan Partai Gerindra selama lima tahun ke depan. Ia bakal menjadi pertemuan penting untuk menentukan apakah Gerindra bakal bergabung dengan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin atau mengambil jalan oposisi.
Sebelumnya memang beredar dengan kencang kabar tentang bakal merapatnya kubu Prabowo pada kubu Pemerintah sebagai tindak lanjut pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di MRT beberapa waktu yang lalu, walau belakangan banyak pihak yang mengatakan pertemuan keduanya murni hanya pertemuan personal biasa.
Nah, terkait dengan gonjang-ganjing jalan kubu Prabowo tersebut, Persaudaraan Alumni 212 (PA 212), entitas yang saat Pilpres boleh dibilang sangat mendukung Prabowo, kini menyatakan blas tak peduli langkah apa pun yang akan diambil oleh Prabowo, termasuk agenda rapat yang digelar pagi ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua PA 212, Slamet Maarif ketika dihubungi oleh CNN Indonesia.
“Itukan urusan Partai Gerindra, kita nggak mau ikut campur,” jelas Slamet.
Senada dengan Slamet, Kepala Divisi Hukum PA 212 Damai Hari Lubis mengatakan bahwa pihaknya memang sudah tidak punya urusan lagi dengan Prabowo. Antara PA 212 dengan Prabowo sudah tidak ada hubungan.
Ia mengatakan bahwa saat ini, Persaudaraan Alumni 212 hanya tunduk pada Habib Rizieq dan Ijtima Ulama yang akan digelar dalam waktu dekat.
“Kami hanya tunduk dan patuh kepada IB HRS (Rizieq Shihab) yang tinggal di Kota Makkah. Dan saat ini kami menunggu ijtimak ulama ke-4 serta hasil ijtimak ke-4 tersebut,” terang Damai Hari Lubis.
Ah, memang berat jadi Prabowo. Sudahlah kalah berkali-kali, didemo emak-emak pendukungnya sendiri, sekarang tidak dipedulikan oleh lembaga yang dulu menjadi pendukung besarnya.
Sungguh menjadi seorang Prabowo adalah jalan pedang tersendiri.