Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Pemaknaan Oleh-oleh Khas yang Semakin Rancu

Redaksi oleh Redaksi
6 November 2017
A A
oleh-oleh
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dulu pernah dolan ke Klaten ngisi pelatihan nulis. Pas mau pulang pengin mampir beli oleh-oleh. Saya iseng nanya sama kawan yang asli sana, “Sing khas seko Klaten ki kiro-kiro opo yo, Mas?”

Jawabane nggatheli

“Korupsi.”

Begitulah status Facebook yang ditulis oleh Agus Mulyadi, redaktur kesayangan kita, beberapa waktu yang lalu.

Status yang ditulis oleh Agus Mulyadi di atas boleh jadi sangatlah sederhana, tapi agaknya ia cukup kontekstual untuk membedah betapa arti oleh-oleh khas yang semakin hari semakin membingungkan.

Ya, kita semua paham betul, di Indonesia oleh-oleh menjadi komoditi yang cukup menggiurkan. Maklum, di sini kebiasaan meminta dan membawakan oleh-oleh memang sudah seperti tak terpisahkan dari keseharian.

Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat banyak pebisnis terjun di dunia peroleh-olehan di berbagai daerah.

Sayang, banyak pebisnis oleh-oleh baru yang gagap dengan kultur daerah tempat ia berbisnis. Hasilnya, tercipta produk oleh-oleh yang diklaim sebagai oleh-oleh khas, tapi sejatinya blas tidak menampakkan kekhasannya. Asal laku dijual untuk para wisatawan yang sedang berkunjung, habis perkara.

Ia menjadi produk yang tak dibangun dari proses laku panjang yang menemani perjalanan suatu daerah untuk menjadi besar dan dikenal, melainkan dibangun melalui proses pemetaan bisnis yang instan.

Kemunculan aneka produk kue pastri besutan para artis, seperti Malang Strudel, Jogja Scrummy, Cirebon Kelana, Medan Napoleon, Surabaya Snowcake, dan sebangsanya yang langsung mendaku sebagai oleh-oleh khas daerah tempat mereka membuka gerai bisa dilihat sebagai bukti yang paling nyata.

Oleh-oleh khas bukan lagi menjadi produk historis-sosial-kultural suatu daerah, tapi lebih kepada produk-produk komoditi yang lebih mementingkan sisi finansial ketimbang emosional.

Pemaknaan oleh-oleh khas pun menjadi semakin rancu. Ia bukan lagi sesuatu yang khas dari satu daerah, melainkan sesuatu yang sekadar bisa dibeli di satu daerah.

Maka pada akhirnya, jangan heran jika ada yang bilang oleh-oleh khas dari Jakarta adalah duit. Dan oleh-olah khas dari Klaten adalah Aqua. Sebab, oleh-oleh memanglah fana adanya.

Hanya bunda Rita Sugiarto yang mampu mengartikan oleh-oleh dalam pengertian yang paling tulus lewat syair lagunya:

Aku tidak minta oleh oleh emas permata dan juga uang.
Tapi yang kuharap engkau pulang tetap membawa kesetiaan.

oleh oleh khas

Terakhir diperbarui pada 6 November 2017 oleh

Tags: daerahIndonesiakhasoleh-olehrita sugiarto
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Foto bakpia Jogja yang biasanya dibeli wisatawan - MOJOK.CO
Pojokan

7 Bakpia Jogja Paling Enak dan Cocok di Lidah Wisatawan

9 Oktober 2025
Alasan Orang Enggan Membeli Bakpia Kukus sebagai Oleh-oleh Jogja
Pojokan

Alasan Orang Enggan Membeli Bakpia Kukus sebagai Oleh-oleh Jogja

6 Oktober 2025
7 Tips Aman Belanja Bakpia Jogja untuk Oleh-oleh agar Tidak Berujung Kecewa Mojok.co
Pojokan

7 Tips Belanja Bakpia Jogja supaya Tidak Apes dan Berakhir Kecewa

16 Agustus 2025
kerja sama indonesia prancis.MOJOK.CO
Sosial

Indonesia-Prancis Teken Kerja Sama Perfilman di Candi Borobudur, Angin Segar Industri Sinema Tanah Air

29 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.