Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas Memori

Mengunjungi Lubang Buaya Jogja di Condongcatur, Tempat Dua Jenazah Tentara Ditemukan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
27 September 2023
A A
Mengunjungi Lubang Buaya Jogja di Condongcatur, Tempat Dua Jenazah Tentara Ditemukan MOJOK.CO

Museum Monumen Pahlawan Nasional Kentungan, di sini ada lubang yang dapat sebutan Lubang Buaya Jogja. (budaya.jogjaprov.id)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Di Yogyakarta ada tempat yang mendapat julukan “Lubang Buaya Jogja”. Sebuah tempat yang menjadi saksi bisu terbunuhnya dua perwira tentara di tahun 1965.

Sekitar 5 menit berjalan kaki dari Terminal Condongcatur ke arah barat, terdapat sebuah museum yang berada di dalam Kompleks Yonif 403 Kentungan, Yogyakarta. Beberapa kali saya melintasi lokasi tersebut, tempatnya selalu sepi.

Awalnya, saya tak terlalu tertarik untuk mengunjungi tempat yang belakangan saya ketahui bernama “Museum Monumen Pahlawan Pancasila” itu. Sebab, saya sudah begitu akrab dengan hal-hal terkait dengan “Pancasila”.

Misalnya, di kampus saya berkuliah dulu, ada Taman Pancasila. Di Kampus tetangga, UGM, ada Lapangan Pancasila. Bahkan, tanggal kelahiran saya, 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Pancasila. Tak ada yang menarik.

Namun, saya kemudian mulai tertarik dengan Museum Monumen Pahlawan Pancasila karena penuturan cerita-cerita warga sekitar. Konon, di museum yang punya julukan “Lubang Buaya Jogja” itu, menjadi penemuan dua jenazah tentara yang jadi korban kekejaman tentara lain yang membelot ke PKI. 

Saksi bisu tewasnya Brigjen Katamso

Dekat museum, terdapat sebuah lubang sedalam 70 sentimeter yang kemudian dapt julukan Lubang Buaya Jogja. Di lubang yang tak begitu dalam ini, jenazah Brigjen Katamso Dharmokusumo dan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto ditemukan.

Saat peristiwa G30S meletus, Brigjen Katamso menjabat sebagai Komandan Korem 072 Kodam Diponegoro, sementara bawahannya, Kolonel Sugiyono adalah Kepala Staf Korem 072. Keduanya tewas di tangan anggotanya sendiri yang telah membelot ke kubu Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pengelola Museum Monumen Pahlawan Pancasila, Malis Ari Juliyanto, menyebut kedua tokoh militer itu tewas pada 2 Oktober 1965. Namun, penemuan jenazahnya baru 20 hari setelahnya pada 22 Oktober 1965.

Kedua jenazah itu pun kini berbaring abadi di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara. Museum ini menjadi bentuk penghormatan kepada keduanya yang juga jadi Pahlawan Revolusi.

Lubang Buaya Jogja ini kondisinya hampir seperti aslinya. Dasar lubang tetap berupa tanah yang rata, tapi bagian dinding lubang seluas 180×120 sentimeter telah disemen dan lantai di sekitarnya berupa porselen putih. Kemudian terdapat pembatas rantai besi yang mengelilinginya.

Selain abadi dalam bentuk museum, Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono juga menjadi nama jalan di Jogja. Jalan Brigjen Katamso berada kawasan Gondomanan yang tak jauh dari Keraton Yogyakarta, sementara Jalan Kolonel Sugiyono terletak di Kecamatan Mergangsan.

Kronologi pembunuhan hingga penemuan di Lubang Buaya Jogja

Melansir John Roosa dalam bukunya, Dalih Pembunuhan Massal (2008), diketahui bahwa setelah peristiwa G30S meletus, Brigjen Katamso masih belum sepenuhnya memahami apa yang sebenarnya terjadi. Ia pun berencana mengadakan pertemuan dengan Pangdam Diponegoro Brigjen Suryosumpeno di di Magelang untuk memastikan informasi coup tersebut.

Sayangnya, kepergian Brigjen Katamso ke Magelang jadi momentum bagi Mayor Mulyono, yang telah membelot ke PKI, untuk mengambil alih Korem 072. Setelah kembali dari Magelang, Katamso belum mengetahui bahwa Korem 072 telah jatuh ke pembelot karena ia langsung pulang ke kediamannya.

Sehari berselang, pada 1 Oktober 1965 pagi, pasukan bersenjata lengkap yang merupakan utusan Mayor Mulyono menjemput sang jenderal di rumahnya. Pasukan itu membawa Katamso ke markas Korem 072 di Kentungan.

Iklan

Di sana, pasukan bersenjata telah menahan beberapa stafnya termasuk Kolonel Sugiyono. Keduanya kemungkinan mendapat siksaan sebelum akhirnya tewas pada 2 Oktober 1965. Para pembelot kemudian mengubur dua jenazah perwira ABRI tersebut di lokasi yang kelak mendapat julukan Lubang Buaya Jogja.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Menelusuri Jejak UNRA Mataram, Kampus PKI yang Berada di Lingkungan Keraton Yogyakarta

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 27 September 2023 oleh

Tags: lubang buaya jogjaMonumen pancasilaPKI
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

PKI dan Politik Ingatan: Dari Demonisasi hingga Penghapusan Sejarah
Video

PKI dan Politik Ingatan: Dari Demonisasi hingga Penghapusan Sejarah

27 September 2025
bti, petani, tani.MOJOK.CO
Ragam

Rumus “3S-4J-4H” Wajib Dijalankan Pemerintah Kalau Mau Petani di Indonesia Maju

28 Januari 2025
Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah MOJOK.CO
Esai

Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah

30 September 2024
seni berpemilu ala pki jasmerah mojok
Video

Begini Strategi PKI Memenangkan Suara di Jawa Tengah pada Pemilu 1955

21 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.