Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas Memori

Menolak Lupa Saat Barisan Banteng Meruntuhkan Daerah Istimewa Surakarta

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
12 September 2023
A A
Daerah Istimewa Surakarta dulunya dipimpin oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta MOJOK.CO

Ilustrasi Keraton Kasunanan Surakarta. (pariwisatasolo.surakarta.go.id)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Wacana menjadikan wilayah Solo sebagai Daerah Istimewa Surakarta (DIS) menguat akhir-akhir ini. Isu tersebut seturut dengan rencana pemekaran wilayah di Jawa Tengah dengan pembentukan daerah otonomi baru alias DOB.

Wilayah-wilayah di Solo Raya seperti Kota Solo, Klaten, Boyolali, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, dan Wonogiri direncanakan akan masuk wilayah DOB bernama DIS tadi. Konsepnya kurang lebih mirip dengan DIY.

Pada 2020 lalu, isu ini sebenarnya juga sempat mencuat setelah pemerhati budaya Solo BRM Kusumo Putro mengusulkan kotanya menjadi DIS atas pertimbangan historis.

Seperti yang kita tahu, sebelum menjadi Solo yang kita kenal sekarang, wilayah ini dulunya adalah DIS, bagian “swapraja” atau daerah vorstenlanden Hindia Belanda. Namun, sejak kemerdekaan Indonesia, DIS runtuh. Barisan Banteng, jadi salah satu kelompok yang andil dalam revolusi ini.

Daerah Istimewa Surakarta di masa lalu

Sejak penandatanganan Perjanjian Giyanti (1755) yang membelah Mataram menjadi Yogyakarta dan Surakarta, wilayah yang yang disebutkan kedua ini bertransformasi menjadi Daerah Istimewa Surakarta. Wilayah Surakarta, kala itu, cara memimpinnya menggunakan sistem birokrasi tradisional dengan seorang raja sebagai penguasa.

Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Daerah Istimewa Surakarta menjadi wilayah yang “diistimewakan”—sama seperti Yogyakarta. Ia menjadi wilayah vorstenlanden dengan mempertahankan kekuasaan raja.

Namun, hal tersebut sebenarnya cuma akal-akalan Belanda agar mereka mudah menjinakan masyarakat karena mereka patuh pada raja.

Kala itu, Daerah Istimewa Surakarta terbagi atas dua kekuasaan, yakni Kasunanan dan Mangkunegaran. Keraton Kasunanan berkuasa atas 4/5 wilayah DIS, antara lain Kota Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, dan Sragen. Sementara Mangukunegaran dapat jatah wilayah swapraja lebih kecil, yakni hanya mencakup Karanganyar, Wonogiri, dan Baturetno.

Gerakan anti-swapraja yang ingin pemerintahan monarki dihapuskan

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, iklim politik di Surakarta memanas. Kalau kata George D. Larson dalam bukunya, Masa Menjelang Revolusi Kraton dan Kehidupan Politik di Surakarta (1990), salah satu penyebabnya karena masyarakat ingin pemerintahan monarki kerajaan dihapuskan.

Menurut mereka, monarki yang bercorak feodalistis hanya merupakan kepanjangan tangan dari kolonialisme itu sendiri. Dengan demikian, percuma merdeka kalau pemerintahannya masih feodal.

Sayangnya, pimpinan Kasunanan Surakarta tidak mendengarkan keinginan masyarakat. Ia kekeuh mempertahankan kedudukannya sebagai raja.

Akhirnya, Surakarta pun memanas; revolusi sosial yang mencerminkan ketidakpuasan rakyat terhadap pemimpin pun terjadi. Dalam buku-buku sejarah, orang kemudian mengenal revolusi sosial di Surakarta ini dengan sebutan gerakan anti-swapraja.

Barisan Banteng culik orang penting di Kasunan Surakarta

Salah satu kelompok revolusioner yang andil dalam menggulingkan DIS adalah Barisan Banteng pimpinan dr. Moewardi. Kelompok ini merupakan laskar perjuangan yang sudah terbentuk sejak sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pada Januari 1946, Barisan Banteng menculik orang-orang penting di Keraton Kasunanan Surakarta, yaitu Paku Buwono XII, Kanjeng Ratu, dan Soerjohamidjojo. Penculikan ini bermaksud untuk melemahkan posisi keraton.

Iklan

Benar saja, usaha ini bikin dukungan kepada keraton kian berkurang. Paku Buwono XII pun akhirnya menyerah dan secara sukarela mengumumkan bahwa ia telah kehilangan otonomi Surakarta pada 30 April 1946

Meskipun demikian, Raja Mangkunegaran, Mangkunegara VIII, tetap ngotot mempertahankan kedudukannya. Namun, atas pertimbangan untuk menghindari pemberontakan ke lingkungan keraton, ia juga ikut menyerah.

Alhasil, berdasarkan Peraturan Presiden No. 16/SD/1946 tanggal 15 Juli 1946, pemerintah pusat menghapus status swapraja keraton dan mengintegrasikan Surakarta ke Provinsi Jawa Tengah. Begitulah kira-kira sejarah singkatnya.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Jogja Gila Kambing: Jejak Rasa Ribuan Ton Daging yang Tak Kalah dengan Surakarta

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 12 September 2023 oleh

Tags: Barisan BantengDaerah Istimewa SurakartaSurakarta
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga
Pojokan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Soloraya great sale di Surakarta. MOJOK.CO
Ekonomi

Soloraya Great Sale 2025: Nikmati Diskon hingga 80 Persen Selama Sebulan Penuh di Jawa Tengah

29 Juni 2025
Tersesat di ISI Surakarta lalu Jatuh Cinta kepada Solo MOJOK.CO
Esai

Tersesat di ISI Surakarta dan Menjadi Dosen yang Gegar Intelektual tapi Kini Menikmati dan Jatuh Cinta kepada Solo

21 Juni 2025
mahasiswa unair surabaya.MOJOK.CO
Aktual

Pelamar Beasiswa Pendidikan Indonesia Kemendikbudristek Terlunta-lunta Dikhianati Hasil Seleksi

23 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.