Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Makna Filosofi dalam Sayur Lodeh, Anak Muda Harus Tahu

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
28 September 2022
A A
sayur lodeh

Sayur lodeh, dikenal sebagai makanan tradisional untuk menolak bala.

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sayur lodeh ternyata bukan sekadar pelangkap dalam tradisi makan orang-orang Jawa. Lebih dari itu, sayur ini memiliki makna yang mendalam.

“Penting, makanan tradisional itu diberi tempat di restoran-restoran, mal, agar keberadaanya semakin dikenal oleh anak muda,” kata GKR Mangkubumi saat memberikan sambutan dalam acara “Youth Meet Food”  yang diselenggarakan oleh Ndalem Poenakawan di Jalan Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Selasa (28/9/2022).

Acara ini mengundang perwakilan anak muda dan influencer di Jogja untuk menikmati aneka hidangan tradisional seperti jajan pasar. Anak-anak muda dan influencer yang rata-rata berusia muda itu sengaja diundang bukan hanya untuk sekadar menikmati makanan tradisional, namun juga memahami bagaimana makanan tersebut dibuat.  Harapannya, makanan tradisional tersebut akan semakin dikenal.

Dalam kesempatan tersebut, GKR Mangkubumi yang juga putri sulung Sultan Hamengku Buwono X ini menjelaskan soal makna yang ada dalam sayur lodeh yang disajikan pada pengunjung yang hadir. Sayur lodeh oleh masyarakat Jawa dinilai memiliki makna tolak bala. 

Semuanya terangkum dalam 12 bahan penyusun yang bisa dimaknai 1+2 = 3. Angka 3 dapat bermakna bermakna sebuah usaha untuk meraih kehidupan yang sejahtera dari modal yang diberi Tuhan YME yaitu cipta, rasa, dan karsa.

Sayur lodeh, bahan intinya dari labu atau waluh yang berasal dari kata “wal” yang bermakna membuang. Serta kata “luh” yang berarti air mata. Makna keseluruhan berarti memiliki pengharapan agar jauh dari kesedihan atau bala (kesialan/malapetaka/kemalangan).

Mojok pernah menulis tentang bagaimana masyarakat di Bantul, di awal-awal pandemi Covid-19, memasak sayur lodeh tujuh rupa. Sayur dimasak dengan tujuh bahan, sebagai lambang pitulungan atau pertolongan di masa-masa susah. 

Memasak sayur lodeh di masa wabah, bagi sebagian orang, khususnya Jawa, menjadi laku yang tetap dipraktikkan. Rujukannya, biasanya, dari gethok tular dan cerita simbah atau orang-orang sepuh.

Heri Priyatmoko Dosen Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Founder Solo Societeit pernah menulis di Detik.com bahwa sejarah soal sayur lodeh ini sudah ada sejak masa Mataram Kuno. Dalam naskah kuno, lodeh disebut-sebut bersama nasi punar, menir, kerupuk, srundeng, dan jagung.

Menurut GKR Mangkubumi, Jika disimpulkan sayur lodeh memiliki makna manusia harus berusaha untuk keberlangsungan hidup di alam dan berharap hal buruk/sial dapat dibuang. Namun, tetap semuanya kembali kepada kehendak Tuhan YME. 

Lebih lanjut dikatakan, masyarakat Jawa mampu dan terbiasa membaca gejala-gejala yang ada di alam atau tanda/pertanda. Karenanya kemudian menjadi hafal karena mempelajari atau mencermati kejadian yang berulang secara terus menerus atau “titen”. Ilmu “titen” ini yang kemudian bermuara menjadi pedoman mereka dalam menjalani kehidupan yang serasi dan selaras dengan alam.

Malam itu, tamu undangan bukan hanya menikmati sayur lodeh, tapi juga menu tradisional lain seperti brongkos koyor, ayam goreng lengkuas, tempe garit, dan sambal terasi. Ada juga minuman es setup jambu, dan bir jawa. 

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA: 8 Bangunan di Sempadan Sungai Code Dibongkar Paksa, Warga Sebut Kejahatan Luar Biasa

Terakhir diperbarui pada 28 September 2022 oleh

Tags: gkr mangkubumikafeKulinerKuliner Jogjamasakan jawasayur lodehwarung makan
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Harga Paha Atas Olive Chicken Naik, Warga Jogja Resah (Unsplash)
Pojokan

Keresahan Warga Jogja di Balik Kabar Kenaikan Harga Menu Paha Atas Olive Chicken

12 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan Mojok.co
Pojokan

5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan

1 November 2025
Kuliner Semarang.MOJOK.CO
Kuliner

10 Tahun Merantau Bikin Sadar Kalau Kuliner Semarang Super Enak, Sedangkan Jogja Overrated

24 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.