Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Jogokariyan, Kampung Komunis yang Berubah Jadi Kampung Islam

Kenia Intan oleh Kenia Intan
29 September 2023
A A
Jogokariyan, Kampung Komunis Jadi Kampung Islam MOJOK.CO

Jogokariyan, Kampung Komunis Jadi Kampung Islam (https://masjidjogokariyan.com/)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tidak banyak yang tahu, Jogokariyan adalah basis komunis sebelum menjadi Kampung Islam. Warga yang mayoritas bekerja sebagai buruh bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Jogokariyan awalnya adalah kawasan pemukiman prajurit abdi dalem keraton. Itu jauh sebelum Jogokariyan menjadi basis komunis dan kampung Islam. Kampung yang terletak di sisi selatan benteng keraton itu berdiri pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono IV (Sultan HB IV).

Pada saat itu penduduk dalam Benteng Baluwerti Keraton telah sesak. Sultan HB IV memutuskan membangun kampung baru. Abdi dalem prajurit dari Kesatuan “Jogokaryo” dan keluarganya kemudian dipindahkan. Oleh karena itu, kawasan tempat para prajurit dan keluarganya tinggal itu kemudian terkenal dengan nama Jogokariyan. 

Saat Sultan HB VIII menjabat. Prajurit keraton yang semula prajurit perang berubah menjadi prajurit upacara saja.  Semula jumlah prajurit yang mencapai 750 orang itu dipangkas menjadi 75 orang saja. Akibatnya, banyak sekali abdi dalem prajurit yang kehilangan jabatan dan pekerjaan. 

Pada saat itu, keraton sebenarnya memberikan pekarangan dan sawah supaya bisa diolah oleh para abdi dalem. Hanya saja, tidak semua prajurit abdi dalem itu bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Apalagi gaya hidup mereka sebelumnya banyak yang senang berjudi, mabuk, bahkan nyandu.

Seiring waktu berjalan, sebagian besar abdi dalem prajurit itu jatuh miskin. Banyak tanah yang kemudian dijual ke pengusaha batik dan tenun yang merupakan pendatang di kampung itu. 

Jogokariyan dari basis Komunis menjadi kampung Islam

Kampung yang semula pemukiman abdi dalem bekas prajurit perlahan berubah menjadi kampung batik dan tenun. Generasi setelah para prajurit pun akhirnya terpaksa menjadi buruh di pabrik-pabrik batik dan tenun. Penduduk asli menjadi miskin di kampungnya sendiri. Padahal pada saat itu, Kampung Jogokariyan sangat sukses dengan usaha batu dan tenun.

Masuknya Partai Komunis Indonesia (PKI) ke Jogokariyan mendapat sambutan baik dari warga asli yang kebanyakan bekerja sebagai buruh dan petani. Apalagi, selama ini sebagian besar dari mereka memang termarjinalisasi. Saat Gerakan 30 September (G 30 S) meletus, banyak warga Jogokariyan terciduk dan menjadi tahanan politik. 

Tidak lama berselang, tepatnya pada 20 September 1965, proses pembangunan masjid di Kampung Jogokariyan dimulai. Pembangunan masjid berangkat dari ide H. Jazuri, seorang pengusaha batik dari Karangkajen yang memiliki rumah di Jagokariyan. Pada saat itu tidak ada tanah wakaf untuk membangun masjid. Oleh karena itu, beberapa tokoh umat dan masyarakat membeli sebuah tanah untuk berdirinya sebuah masjid. 

Hadirnya Masjid Jogokariyan membawa banyak perubahan bagi kampung Jogokariyan. Sebelum hadirnya masjid itu, Jogokariyan sama sekali tidak memiliki masjid. Pusat kegiatan agama berlangsung di sebuah langgar berukuran 3×4 meter persegi dengan lantai berundak tinggi. 

Tempat kegiatan keagamaan itu tidak pernah ramai, mengingat sebagian besar warga kampung merupakan  kalangan “ABANGAN”. Kultur abdi dalem prajurit keraton memang lebih terbiasa dengan tradisi kejawen dari pada kultur keislaman.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Pernah Wakili Partai Komunis di Parlemen, Mengapa Affandi Selamat dari Peristiwa 1965?
Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 30 September 2023 oleh

Tags: JogjaJogokariyanKomunisPKI
Kenia Intan

Kenia Intan

Content Writer Mojok.co

Artikel Terkait

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO
Esai

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.