MOJOK.CO – Jantung merupakan penyakit yang menyebabkan kematian paling tinggi di Indonesia. Kejadian Henti Jantung Mendadak (HJM) pun menempati 50 persen dari kematian pada masalah jantung dan menjadi silent killer. Kementerian Kesehatan (kemenkes), menyebut kasus penyakit jantung selain stroke bahkan membebani BPJS hingga Rp10 triliun.
Dosen Fakultas Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKMK) UGM, Beta Ahlam Gizela sempat merasakan HMJ pada salah satu anggota keluarganya. Ia hampir saja kehilangan anaknya akibat penyakit tersebut.
Bersyukur bisa selamat, Beta dan suami pun mengembangkan aplikasi Satu Jantung 2.0. Aplikasi ini sebagai upaya menyelamatkan penderita HJM laiknya anak mereka.
Awalnya aplikasi ini untuk pengemudi ojek online. Pengemudi ojek online juga bisa menggunakan aplikasi ini bila menemukan pasien HJM di jalanan.
“Tapi karena pandemi jadi terhambat [pengembangan aplikasi], jadi baru kini coba saya kembangkan lagi,” papar Beta di UGM, Kamis (15/06/2023).
Satu Jantung lahir karena sakit anak
Beta menceritakan, aplikasi itu mulai ia buat setelah putranya mengalami HMJ. Dari pengalaman itu dia dan suaminya mencoba menciptakan alat yang harapannya bisa memberikan pertolongan bagi banyak orang saat mengalami serangan jantung, terutama dalam kondisi tidak ada petugas kesehatan.
Aplikasi itu itu ada di Play Store di Android. Pengguna bisa melakukan registrasi dengan memasukan data-data pribadi seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon dan nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi. Juga data tensi, berat dan tinggi badan, riwayat merokok, riwayat diabetes serta aktivitas fisik di aplikasi tersebut.
Hasil identifikasi risiko penyakit jantung dari pengguna pun akan muncul di aplikasi tersebut. Aplikasi ini memiliki fitur utama berupa alarm bagi pasien serangan jantung dan henti jantung.
“Cukup dengan memencet flying bottom maka akan muncul bunyi minta tolong agar orang-orang di sekitarnya tahu,” jelasnya.
Bantu pertolongan pertama saat kejadian
Karenanya selain ojek online, lanjut Beta, dia pun menyebarkan aplikasi itu bagi masyarakat umum terutama yang memiliki riwayat maupun risiko serangan jantung dapat mengunduh aplikasi tersebut. Satu Jantung bisa mempercepat penanganan pasien.
Beta menambahkan, aplikasi itu selain memunculkan sejumlah informasi yang membantu petugas kesehatan dalam mengidentifikasi pasien. Beberapa informasi seperti tingginya risiko, kontak keluarga yang bisa dihubungi serta tombol emergency bisa terlihat.
Bahkan bila pasien dalam keadaan sadar atau tidak sadar, maka aplikasi itu membantu mencari bantuan orang lain untuk menelepon 119 atau layanan ambulans.
Aplikasi ini juga mencantumkan cara melakukan pijat jantung sebagai panduan untuk penolong yang belum pernah mengikuti pelatihan.
“Pertolongan bagi pasien serangan jantung maksimal hanya sepuluh menit, lebih dari itu meninggal. Karenanya dengan adanya pertolongan dalam waktu cepat maka bisa mengurangi resiko kematian,” jelasnya.
Beta mengatakan, akan terus menyempurnakan aplikasi tersebut. Sebab saat ini baru bisa diunduh di Android 10 ke bawah. Selain itu aplikasi ini belum bisa terdeteksi di Android 11 ke atas.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Jokowi Cabut Status Pandemi, Sultan Sebut Biaya Perawatan Covid-19 Bayar Sendiri
Cek berita dan artikel lainnya di Google News