MOJOK.CO – Gereja Bintaran bukan sekadar tempat ibadah untuk umat Katolik. Gereja ini punya kisah-kisah unik di baliknya. Mulai dari gereja pribumi pertama di Jawa hingga perannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Tidak jauh dari Sayidan terdapat sebuah kawasan bernama Bintaran. Di sana ada sebuah gereja Katolik tua bernama Gereja Santo Yusup Bintaran atau lebih dikenal dengan Gereja Bintaran. Apabila menelusuri kawasan tersebut, mustahil kalau tidak mengetahui gereja yang satu ini. Gereja Bintaran memiliki arsitektur gaya eropa yang unik. Atapnya berbentuk melengkung dan dindingnya terdapat lingkaran-lingkaran lingkaran yang sekaligus berfungsi sebagai ventilasi.
Melansir laman resmi Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, gereja ini berdiri pada masa penjajahan Belanda, sekitar 1934. Pembangunannya bertujuan untuk tempat beribadah warga pribumi Katolik. Khususnya bagi kaum pribumi Katolik yang berada di bagian tenggara Yogyakarta. Sedikit gambaran, pada masa itu pribumi yang memeluk agama Katolik memang terus bertambah.
Sebelum di Gereja Bintaran, umat Katolik pribumi beribadah di bangunan belakang Broeder FIC (di sebelah timur gereja atau sekarang aula Kidul Loji). Pada saat itu pribumi tidak terbiasa duduk di bangku gereja. Berdoa dilakukan dengan cara duduk bersimpuh di lantai. Umat Katolik pribumi semakin banyak sehingga menimbulkan suasana yang tidak nyaman di aula Kidul Loji. Oleh karena itu digagaslah gereja baru untuk beribadah. Kawasan Bintaran pun terpilih.
Pada 1933 hingga 1934 proses pembangunan gereja berlangsung. Pada 8 April 1934 gereja diresmikan oleh Romo A.TH. Van Hoof SJ. Adapun Romo pertama yang memimpin Gereja ini adalah Romo A.A.C.M de Kupyer SJ yang dibantu oleh Romo A. Soegijapranata.
Gereja Bintaran bukan sekadar tempat ibadah
Tidak hanya menjadi tempat ibadah, gereja ini punya banyak sumbangsih ke Indonesia ketika awal terbentuk. Saat Agresi Militer Belanda II terjadi, Gereja Bintaran menjadi tempat bagi Romo A. Soegijapranata dan gerilyawan Katolik saling berkomunikasi. Di masa-masa itu Romo A. Soegijapranata memang banyak menjalin komunikasi dengan tokoh politik nasional.
Bahkan, Soekarno pernah mengunsikan istrinya Fatmawati ke Gereja Bintaran agar Fatmawati aman dari serdadu Belanda. Pada saat itu ketika Soekarno harus menjalani pengasingan di Bangka pada 1947. Setelah masa-masa mempertahankan kemerdekaan terlewati, gereja ini menjadi saksi perkembangan bangsa yang masih seumur jagung itu. Pada 1949,
Gereja Bintaran menjadi tuan rumah Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia (KUKSI) pertama pada 7-12 Desember 1949. Selain itu, gereja ini menjadi cikal bakal beberapa sekolah Katolik di Jogja. Salah satunya, SMA Kolese De Britto yang pernah menempati aula gereja. Itu terjadi sekitar 1949 ketika SMA Kolese De Britto belum dipindahkan ke Demangan. Aula tersebut juga menjadi cikal bakal sekolah Santo Thomas yang sekarang menjadi SMA St. Thomas dan Yayasan Marsudi Luhur.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Jejak Losmen Pertama di Jogja, Rata dengan Tanah di Tahun 1980-an
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News