Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Feminis di Indonesia Itu Nggak Membenci Laki-laki. Netizen Budiman, Muhasabah Diri Anda, Hei!

Redaksi oleh Redaksi
26 Maret 2021
A A
Feminis di Indonesia Itu Nggak Membenci Laki-laki. Netizen Budiman, Muhasabah Diri Anda, Hei! mojok.co

Feminis di Indonesia Itu Nggak Membenci Laki-laki. Netizen Budiman, Muhasabah Diri Anda, Hei! mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Netizen punya hobi baru untuk salah paham terhadap gerakan feminis yang dianggap setali tiga uang dengan membenci laki-laki. Terbaru, konten TikTok salah paham pun jadi pembahasan.

Sebelum bertubi-tubi mendapatkan peyorasi makna dari khalayak, jadi feminis di Indonesia itu kebanggaan. Mereka yang berjuang di lini kesetaraan kini dapat tantangan yang lebih kompleks karena sasaran yang ingin disadarkan suka banget salah paham dengan term SJW dan feminis itu sendiri.

Entah karena trust issue atau memang kultur merundung sudah mendarah daging, mereka yang memperjuangkan keadilan sosial (SJW- social justice warrior) di media sosial kini dapat cap buruk. SJW kurang lebih dianggap sebagai entitas sensitif yang kaku, pemarah, dan nggak pernah nongkrong karena mengusik berbagai guyonan rakyat yang sebelumnya dianggap “lucu”. Anggapan ini terbawa ke masalah-masalah serius yang lagi-lagi ketika berusaha diluruskan justru malah dibengkokkan sekalian.

Terbaru, sebuah konten yang viral di platform media sosial TikTok ramai diperbincangkan karena menganggap feminis di Indonesia adalah orang yang patut ditertawakan. Memang, tidak semua yang mengaku feminis itu makhluk yang sempurna, namun yang terjadi adalah stereotip pukul rata dan diskredit terhadap perjuangan feminis itu sendiri.

Who hurt him pic.twitter.com/VudC9HNVJM

— Aisy, K (@lilithkis) March 24, 2021

“Istilah feminis problematik di Indonesia karena memang secara istilah feminis diambil dari barat dan sering kali dikaitkan dengan gerakan membenci laki-laki dan budaya patriarki, bahkan ada anggapan bahwa feminis itu selalu lesbian.” ujar Novi Kurnia, Dosen Ilmu Komunikasi UGM sekaligus pengamat isu perempuan. Problem ini mengkristal, membentuk kebencian di mata orang-orang yang awam literasi gender. Salah paham dan olok-olok terkait feminis di Indonesia berakar dari sini. 

Feminis di Indonesia bukan sebuah paham yang mendoktrin orang-orang untuk membenci laki-laki. Feminis tidak selalu sosok perempuan yang membenci style feminin atau sengaja bertindak laku kebalikan dengan stereotip perempuan, tidak semua feminis membenci pernikahan dan memiliki misi untuk mengganggu laki-laki di ruang publiknya. Kesetaraan yang diperjuangkan tidak melulu harus sama rata, tentu ini bisa digunakan untuk menyangkal kenapa feminis nggak kuat mengangkat galon dan nggak berangkat ronda malam. Tidak sesederhana itu, cakupan poinnya adalah dari akar budaya yang melemahkan atau melakukan opresi dari gender tertentu. Yang memperjuangkan kalau laki-laki boleh nangis itu siapa? Ya feminis juga.

Di sisi lain, menurut Monica Devina, aktivis yang kerap menyuarakan kritik melalui media sosial, stereotip terhadap feminis dan SJW ini sebuah keniscayaan. “Teman-teman yang belajar feminisme dan mengeluarkan kritik sosial dll., udah pasti akan membuat orang-orang yang selama ini berada di posisi ‘yang diuntungkan kondisi sosial’ jadi merasa terusik atau tidak nyaman.” Baginya, SJW itu bukan sebuah konsep yang negatif, justru yang melakukan olok-olok itu perlu ditanya, apa yang mengusiknya hingga berpendapat demikian. Persis seperti konten yang belakangan viral.

Bisa jadi memang paparan informasi yang didapatkan netizen cenderung bias. Khalayak mendengar apa yang ingin didengar dan menutup telinga terhadap penjelasan yang lebih detail. Penilaian terhadap SJW dan feminis kemudian tidak lagi bisa objektif. Tidak perlu jauh-jauh, Monica Devina memberi permisalan dari problem RUU PKS. Bagaimana feminis di Indonesia memperjuangkannya sampai berdarah-darah, suaranya akan bias dengan mereka yang kontra, menuduh RUU ini pro zina hingga menghambat advokasinya.

Sudah bukan hal baru ketika feminis di Indonesia mendapat berbagai tuduhan misoginis sampai diteror secara online atau yang sebenarnya bisa masuk kategori KBGO (kekerasan berbasis gender online). Ini adalah risiko berkelanjutan dari labelling negatif di media sosial.

Keadaan ini memprihatinkan banget, bikin orang-orang nggak fokus terhadap problem yang diperdebatkan. Netizen justru terjebak pada olok-olok, labelling, dan perdebatan ad hominem lainnya.

Sebenarnya apa pun yang terjadi, feminis di Indonesia nggak akan goyah dengan hanya diolok-olok dan diberi label. Mereka telah bergelut dengan hal-hal demikian sejak lama. Solusi yang seharusnya dilakukan juga beragam.

“Ada beberapa untuk melawan salah kaprah. Pertama, langsung membantah dan menjelaskan dengan referensi jika perlu. Kedua, membuat konten lain sebagai wacana tandingan. Ketiga, cuekin aja.” tambah Novi.

BACA JUGA Pahitnya Menjadi Feminis Nanggung yang Tidak Diakui Sister Feminis dan Ukhti Fillah dan artikel KILAS lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 26 Maret 2021 oleh

Tags: feminismisoginetizen Indonesia
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Esai

Seandainya Semua Anak Perempuan Tahu Seberapa Besar Cinta Seorang Ayah

31 Oktober 2021
ilustrasi Cimoy Montok dan Kekeyi Nggak Perlu Validasi Netizen untuk Tetap Bikin Konten mojok.co
Pojokan

Cimoy Montok dan Kekeyi Nggak Perlu Validasi Netizen untuk Tetap Bikin Konten

5 Oktober 2021
ilustrasi 5 Cara Menanggapi Netizen yang Oversharing di Media Sosial mojok.co
Pojokan

5 Cara Menanggapi Netizen yang Oversharing di Media Sosial

16 Agustus 2021
ilustrasi Orang Indonesia Emang Overproud dan Norak. Mbok Diterima Aja mojok.co
Pojokan

Orang Indonesia Emang Overproud dan Norak. Mbok Diterima Aja

15 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.