MOJOK.CO – PO Flores pernah berjaya pada masa silam. Namun sebuah tragedi kelam pernah menimpa pendahulu PO Eka dan Mira ini. Sebuah peristiwa yang terjadi di Solo pada 1981 silam.
Saat ini, kita biasa melihat bus-bus dari PT Eka Mira Prima Sentosa melaju cepat di jalanan pulau Jawa. Perusahaan yang memiliki garasi di Jalan Raya Gilang No 10, Sidoarjo ini terbilang cukup besar karena memiliki sekitar 300 bus dan 800 awak.
Ratusan bus tersebut mengaspal di sejumlah rute seperti Surabaya-Jogja, Surabaya-Magelang, Surabaya-Semarang, Surabaya-Purwokerto, Surabaya-Cilacap, hingga Surabaya-Wonosobo. Orang mengenal PO Eka dan Mira sebagai bus cepat dan tepat waktu.
Tapi tahukah Anda, Kemunculan kedua PO itu bermula dari sebuah toko kain bernama Flores di Mojokerto. Pemilik toko tersebut yang bernama Fendi, dan pada 1971 mendirikan usaha transportasi dengan nama yang sama.
PO Flores hadir dengan trayek pertama Surabaya-Solo PP. Awalnya PO Flores menggunakan armada Hyno BP dan Mercedez Benz LP 9-11. Flores berkembang pesat dan mendapat predikat sebagai bus yang berlari kencang di jalanan.
Selain mendirikan PO Flores, Fendi juga mendirikan PO Surya Agung dengan rute Antar Kota dalam Provinsi (AKDP) dari Surabaya-Malang-Ponorogo. PO Surya Agung juga terkenal dengan fasilitasnya yang nyaman.
Kejayaan PO Flores terus berkembang. Sampai akhirnya sebuah tragedi terjadi pada 1981. Predikatnya sebagai bus cepat, terbukti menjadi ugal-ugalan setelah terjadi insiden di sekitar Purwosari, Solo.
Tragedi PO Flores di Solo dan kelahiran EKA-Mira
Saat itu, bus PO Flores sedang membawa rombongan study tour sebuah SMP dari Jombang yang hendak menuju Solo. Namun akibat kelalaian, bus tertabrak kereta api di perlintasan kereta di Solo.
Kecelakaan itu menyebabkan banyak korban jiwa berjatuhan. Perusahaan ini pun terkena sanksi dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) Pusat. Salah satu sanksinya yakni larangan melayani trayek menuju Jawa Tengah.
Kondisi itu membuat perusahaan milik Fendi mengalami masa-masa sulit selama beberapa tahun. Situasi itu membuatnya meluncurkan PO baru yakni Eka-Mira.
PO Eka dan Mira kemudian berkembang melanjutkan warisan Flores yang namanya sudah redup. Keduanya juga mengambil ceruk pasar yang berbeda.
Eka lebih mengambil pasar kelas Patas (Cepat dan Terbatas). Sementara Mira bertahan di kelas ekonomi atau saat ini akrab dengan sebutan AC Tarif Biasa (ATB).
Saat ini, kedua bus tersebut masih dikenal dengan kecepatannya dalam melaju. Namun, melansir dari YouTube Bus Eka Patas, PT Eka Mira berkomitmen untuk terus mengembangkan dan menerapkan manajemen krisis bagi setiap awak.
“PT Eka Mira Prima Sentosa memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan sistem manejemen kesalamatan, tepat waktu, kompetitif, dan pelayanan angkutan yang nyaman dalam menjalankan operasional perusahaan,” jelas unggahan tersebut.
Penulis: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA PO Sumber Alam, Pionir Bus di Jateng yang Eksis Sejak 1970-an
Cek berita dan artikel lainnya di Google News