Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Pengunjung Borobudur Sih Banyak, tapi Warga Lokal Tak Sejahtera

Haris Firmansyah oleh Haris Firmansyah
18 November 2019
A A
candi borobudur kuliner magelang wisata pendapatan jumlah kunjungan kesejahteraan warga lokal mojok.co

candi borobudur kuliner magelang wisata pendapatan jumlah kunjungan kesejahteraan warga lokal mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ada 3,5-3,8 juta orang yang pelesir ke Borobudur tiap tahunnya, tapi nggak banyak perputaran uang terjadi di desa-desa sekitar Borobudur. Ya gimana, wisatawan nginepnya tetep di Jogja.

Jutaan orang bahkan tidak menyadari efek kunjungan mereka ke Candi Borobudur tidak terlalu signifikan terhadap perekonomian warga lokal, demikian dilaporkan Tirto. Tiga desa di Kecamatan Borobudur masih dikategorikan miskin, yaitu Desa Giri Tengah, Ngadiharjo, dan Wringinputih. Terus, ke mana larinya pendapatan obyek wisata selama ini? Ya tentu saja ke kas daerah dan BUMN yang mengelolanya, PT Taman Wisata Candi Borobudur. Angkanya lumayan. Di 2015, Kabupaten Magelang bisa mendapat Rp96,49 miliar dari Borobudur saja.

Warga lokal seolah dituntut bisa memodali dirinya sendiri untuk turut ambil potongan “kue” objek wisata candi Buddha ini. Selama ini, warlok bukannya tidak usaha untuk menarik minat wisatawan. Rata-rata dari mereka adalah pengrajin pahat topeng kayu, batik tulis, anyaman bambu, dan kerajinan tangan lainnya yang cocok sebagai oleh-oleh untuk keluarga di kampung. Tidakkah itu indah dan mengandung kekhasan lokal?

Sayangnya, wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur hanya fokus foto-foto di sana. Dokumentasi ini memang menu utama wisata untuk menandakan para turis itu sudah menjajaki salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Setelah turun dari candi, mereka kecapekan. Naik-turun candi memang bikin lelah bagi sebagian orang. Bahkan ada yang mengeluh, rasanya kayak mau beranak. Supaya tidak capek, apa perlu dibangun eskalator atau tangga jalan? Kan nggak mungkin.

Turis yang letih, jadilah mager dan langsung balik ke penginapan… di Yogyakarta. Mengapa orang-orang ini berkunjung ke obyek wisata Borobudur yang notabene terletak di Kabupaten Magelang, tapi nginepnya di Jogja? Apakah di Magelang tidak ada hotel yang proper untuk bermalam? Coba kalau nginepnya masih di Magelang, besoknya bisa melanjutkan wisata ke desa-desa di sekitar Borobudur.

Bisalah wisatawan itu main ke, salah satunya, Desa Giri Tengah yang punya nilai historis tinggi. Sebab, desa tersebut jadi medan peperangan Pangeran Diponegoro. Supaya desa ini bisa menarik wisatawan mancanegara seperti halnya lokasi syuting Game of Thrones, sepertinya perlu dibuatkan serial HBO yang mengangkat sejarah perang Nusantara.

Alasan lain dari terasingnya potensi wisata di sekitar Borobudur adalah karena pengelola masih kurang promotif terhadap wisata desa-desa selain Candi Borobudur itu sendiri. Jika pengelola bisa melakukan promosi dengan jitu, anak sekolah yang sering study tour akan memasukkan wisata desa sekitar ke dalam satu paket wisata edukasi Candi Borobudur. Begitu pula dengan para turis asing.

Mungkin Balai Ekonomi Desa (Balkondes) yang menaungi desa-desa ini perlu siapkan dana khusus untuk kebutuhan promosi. Salah satunya dengan cara kerja sama bersama influencer media sosial yang bayarannya lumayan mahal. Biar desa-desa di sekitar Candi Borobudur dapat exposure dari selebgram. Jika sudah viral di media sosial, adalah keniscayaan sebuah objek wisata bakalan diserang pemburu estetika feeds Instagram.

Contoh kasusnya adalah “Negeri di Atas Awan” Gunung Luhur di Lebak, Banten. Ketika seseorang mengabadikan momen indahnya panorama alam di sana dan mengunggahnya di media sosial, netizen langsung kepincut dan menginginkan pengalaman yang sama. Tak menunggu waktu lama, ketika weekend, orang-orang menyerbu ke TKP. Namun, karena akses menuju lokasi kurang memadai, akhirnya kemacetan yang terjadi. Bukannya dapat sensasi “Negeri di Atas Awan”, malah dapat sensasi “Macet di Atas Negeri”.

Nah, sebelum nanti diserbu wisatawan dan wisatawati, kondisikan desa-desa potensi wisata di sekitar Borobudur supaya cukup memadai untuk dikunjungi. Untuk berkunjung ke Borobudur, jangan lewatkan kuliner rasa surga khas magelang bernama mangut ikan manyung dagangannya Bu Ida. Duh, jadi lapar.

BACA JUGA Jan Ethes Jadi Nama Anggur, Menyusul Kaesang yang Sudah Jadi Pisang atau komentar lainnya di rubrik POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 18 November 2019 oleh

Tags: candi borobudurpariwisata
Haris Firmansyah

Haris Firmansyah

Pegawai Bank Ibukota. Selain suka ngitung uang juga suka ngitung kata.

Artikel Terkait

Pengunjung menikmati Borobudur Sunrise di Magelang. (Doc. InJourney)
Kilas

Pengalaman Wisatawan Menikmati Borobudur Sunrise, Datang dari Subuh untuk Melihat Rona Matahari Jingga

20 Oktober 2025
4 Hal Tidak Menyenangkan di Magelang buat Kapok Wisatawan
Pojokan

4 Hal Tidak Menyenangkan di Magelang buat Kapok Wisatawan

17 Oktober 2025
Kehidupan penuh ketidakpastian di balik hiruk-pikik wisatawan di kawasan Candi Borobubdur, Magelang MOJOK.CO
Catatan

Di Balik Hiruk-Pikuk Wisata Candi Borobudur Magelang: Wisatawan Bersenang-senang, Warga Setempat Hidup dalam “Kepiluan”

27 Agustus 2025
Festival Dolanan di Borobudur: Komitman Pemprov Jateng libatkan anak dalam pembangunan MOJOK.CO
Kilas

Komitmen Pemorov Jateng: Suara Anak-anak Jadi Pertimbangan Kebijakan untuk Pembangunan Ramah Anak

13 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.