MOJOK.CO – Rodrigo Duterte, aki-aki umur 73 tahun Presiden Filipina saat ini kayaknya satu perguruan dengan Yayan Ruhian, sama-sama greget dan bergelar Maddog.
Saudaraku, apa kalian tidak jenuh tiap hari membahas figur politik dalam negeri terus?
Bahasannya tidak jauh-jauh dari Jokowi atau Prabowo dan jongos-jongos elitenya. Ya sekarang memang lagi rame bahas Ahok juga sih.
But the point is sesekali yuk tengok dan bahas figur politik di negara lain. Biar kesannya mainmu agak jauhan dikit gitu lho.
Tulisan ini akan membawamu mengenali figur politik yang lagi hot asal Filipina. Bukan tentang Catriona Gray juara Miss Universe 2018 itu ya. Itu emang hot sih. Tapi fokus! Yang saya bilang figur politik yang lagi hot. Hmm.
Filipina saat ini dipimpin oleh seorang presiden bernama Rodrigo Duterte yang terkenal dengan kegregetannya. Dalam dua tahun pemerintahannya, Duterte sudah mengeksekusi ribuan warga Filipina yang terlibat dalam bisnis narkoba yang memang sangat menggurita di negara itu.
Bahkan, sebagian besar dieksekusi tanpa proses hukum. Greget bukan? Nyawa manusia sudah seperti nyamuk saja. Pantas saja dunia menggelarinya sebagai Maddog.
Level kegregetannya semakin memuncak tatkala Duterte dengan vulgar menyerang agama Katolik yang merupakan agama mayoritas di negara itu. Tanpa ada rasa takut dipersekusi oleh umat mayoritas, dia pernah menghina Paus Fransiskus dengan sebutan son of bit*h karena kunjungannya ke Manila menimbulkan kemacetan selama berjam-jam.
Duterte juga sering adu bekicot bacot dengan para pendeta. Dia menyebut pendeta sebagai orang bodoh, munafik, dan sok suci. Dia juga menyerukan agar publik melakukan penyerangan kepada para pendeta dan meminta mereka untuk tidak pergi ke gereja lagi.
Yang paling greget, komentarnya tentang Tuhan benar-benar bikin kita geleng-geleng kepala. Kamu tahu tidak dia bilang apa? “Tuhan itu bodoh,” katanya. Gila nggak tuh?
Kalau dibandingkan dengan Ahok yang masih noob dalam dunia per-penistaan agama, orang ini mungkin sudah mencapai level pro.
Iya dong. Ahok mungkin saja waktu berkomentar tentang ayat Al-Maidah secara tidak sengaja keceplosan mengeluarkan kalimat sakti “dibodohi pakai Al-Maidah” yang membuatnya mencicipi dinginnya lantai penjara selama dua tahun.
Sedangkan si greget satu ini, Maddog asal Filipina, secara sistematis, terstruktur, dan masif, dengan percaya diri dan kesadaran penuh, mengumpati agama yang dianut oleh penduduk mayoritas di negaranya. Padahal yang dihina agamanya sendiri juga.
Mr. Duterte, you have gone too far.
Orang-orang Filipina mungkin sudah tidak tahan lagi mendengar serangan fajar verbal Duterte kepada agama mereka yang terkesan sudah sangat berlebihan. Yang dia lakukan adalah sebuah penistaan agama kelas berat.
Bagaimana mungkin seorang presiden berani menyerang agama kelompok mayoritas? Selain akan merugikan dirinya secara elektoral, nyawanya pun juga bisa berada dalam ancaman. Kalau ada ekstrimis/fundamentalis sayap kanan yang naik pitam mendengar serangan verbal Duterte itu bijimane?
Sebagaiman tren kelakuan umat di negara ber-flower, akhirnya rakyat Filipina bangkit untuk melancarkan aksi demo super damai 212 atas dasar penistaan agama.
Kelompok Promotion of Church People’s Response berhasil memobilisasi tujuh juta ribuan umat Katolik dan Kristen menuju pusat bisnis Malate untuk melakukan unjuk rasa di sana. Para pelajar dari 200 sekolah kabarnya juga ikut ambil bagian.
Hmm, di mana-mana umat mayoritas memang hobi demo ya? Nggak di Indonesia, nggak di Malaysia, nggak di Filipina.
Sekilas memang kita agak terkejut melihat tingkah dan cara berpikir si Maddog satu ini. Tapi kalau boleh ditelusuri, ada alasan khusus di balik sikapnya yang menentang agama Katolik.
Kabarnya, waktu kecil dia pernah “diganggu” oleh oknum pendeta sehingga membuatnya trauma. Sekarang, ketika sudah jadi aki-aki pun, dia masih saja “diganggu”. Ya, diganggu dalam menjalankan pemerintahannya.
Seperti yang sudah disinggung di atas, perang melawan narkoba adalah prioritas utama Duterte, bahkan lebih diprioritaskan ketimbang menjaga HAM.
Jika dirinci, lebih kurang sudah 5.000 orang dihabisi karena terlibat dalam bisnis dan pemakaian narkoba. Gereja, yang selama bertahun-tahun selalu terlibat dalam perpolitikan nasional Filipina, menentang kebijakan Duterte ini, yang disebut sebagai operasi berdarah terhadap orang-orang tak berdaya.
Keterlibatan gereja dalam mengekang lajunya program pemerintah tidak hanya terjadi pada kebijakan pemberantasan narkoba ini saja. Telinga Duterte juga sering dibikin panas oleh kiritik gereja tentang kebijakan pemberentasan gelandangan dan pembunuhan yang terjadi pada pendeta.
Tindakannya menyerang agama Katolik, pendeta, dan gereja secara frontal bisa dilihat sebagai upayanya mendegradasi peran dan keterlibatan mereka dalam mengintervensi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Sikap Duterte itu seolah menyiratkan begini: “Gereja tidak punya hak apa-apa untuk ikut campur. Posisi saya lebih tinggi secara konstitusional di negeri ini. Kalau bisanya cuma nyinyir, mending diam. Saya tidak butuh nasihat kritik agama itu.”
Mungkin jika gereja mendukung semua kebijakannya, Duterte bakal jadi seorang Katolik yang saleh kali ya?
Lalu, apakah ada kesan bahwa Duterte tidak butuh agama dalam menjalankan pemerintahannya?
Hmm, tidak bisa disimpulkan semudah itu juga Fernandoso.
Sebagai seorang politisi, Duterte ini nyatanya juga memanfaatkan politik keagamaan. Buktinya, di selatannya Filipina sana, di hadapan rakyat Muslim Bangsamoro, dengan tegas dia bilang bahwa dia bukan lagi seorang Katolik, melainkan seorang Muslim.
Hmm, lebih tepatnya ada sebagian dari dirinya yang muslim gitu. ALLAHU AKBAR, katanya sebagai penutup.
Apa kalian yakin dia benar-benar jadi Muslim? Apa sudah dengar dia mengucapkan dua kalimat syahadat?
Kalau saya sih ‘husnudzan-nya’ dia cuma lagi mengambil simpatinya rakyat Muslim Bangsamoro saja, biar tidak memberontak lagi gitu lho.
Umat minoritas di negara mana sih yang tidak kepincut sama presiden yang berpihak kepada mereka? Apalagi kalau bisa ditarik benang merah keimanan.
Terus aki Maddog Tuhannya siapa dong? Karena dia politisi, mungkin tuhannya adalah kepentingan. Eh.