MOJOK.CO – Ada empat rekomendasi alternatif pekerjaan untuk Anarko demi menambah pundi-pundi rupiah ketika job demo sedang sepi.
Seandainya William Hanna dan Joseph Barbera masih hidup, saya mau memberikan rekomendasi agar mereka menciptakan kartun baru yang tak kalah seru dibandingkan Tom and Jerry ciptaan mereka. Kartun asli buatan tanah air kita itu adalah Polisi and Anarko.
Entah siapa yang dimaksud Anarko ini, mengingat polisi kita suka bikin kriteria yang samar-samar, tetapi yang jelas polisi selalu hakkulyakin jika makhluk bernama Anarko menampakkan diri setiap ada demo yang ujungnya rusuh.
Dan seperti semua kambing putih selalu ditamsilkan tidak berdosa, maka Anarko yang dari logonya saja memilih warna hitam, sudah pasti salah di mata polisi. Dan seturut sabda Yang Dipertuan Johnny G. Plate, kalau pemerintah bilang hoax, ya, ia hoax. Artinya kalau polisi sampai bilang Anarko salah, ya ia salah.
Meski begitu, bagi saya, Anarko juga manusia biasa. Dan sebagai manusia, Anarko mesti butuh makan, ngudut, kuota, dan cinta.
Masalahnya, di dunia yang masih dikuasai gentho raksasa bernama oligarki, kesemua itu tidak gratis, saudara-saudara. Apalagi ketika job demo sedang sepi, maka kebutuhan yang tidak bisa ditunda itu, mau tak mau, ya harus dicarikan solusinya.
Sebagai saran, menurut amatan dan dengan semangat agar Anarko tetap bisa tawakal dan kaffah, saya punya empat rekomendasi alternatif pekerjaan untuk Anarko demi menambah pundi-pundi rupiah ketika job demo sedang sepi seperti sekarang.
Mendirikan Koperasi Anarko Sejahtera
Sebagai Anarko, menjadi makmur tanpa termakan bujuk rayu kapitalisma bukan hal yang gampang. Makanya, saya merekomendasikan ini di urutan pertama.
Hitung-hitung selain menghormati pemikiran Mohammad Hatta, mendirikan koperasi adalah jalan untuk menjadi sejahtera yang, kalau dilakukan tekun, berkontribusi melenyapkan sang kapitalisma.
Mendirikan koperasi bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Daripada koperasi yang besar risikonya seperti simpan-pinjam, jajal saja koperasi tahu bulat yang pembuatan, hasil, dan keuntungannya dikelola bersama-sama.
Tanpa harus menganalisis SWOT dan peluang pasar, siapa, sih, yang meragukan rasa tahu bulat? Apalagi jika digoreng dadakan, semendadak kru acara 86 yang tiba-tiba datang bersama para aktor utama.
Dengan koperasi itu, para Anarko bisa memperoleh keuntungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, walaupun seadanya. Jika ada Sisa Hasil Usaha di akhir tahun, bisa disumbang sebagai amal-jariyah.
Masya Allah, sudah Anarko, saleh pula. Idaman mana yang mau kau dustakan dari mereka, Akhiii?
Mengadakan gerak jalan ‘Anarko Chaos Walk’
Kalau ogah capek, tapi ingin tetap menggalang dana, alternatif kedua ini dapat dicoba ketika job demo sepi. Supaya berbeda dengan perusahaan-perusahaan penganut kapitalisma yang doyan bikin acara “fun bike” atau “fun walk”, maka Anarko harus berinovasi mengganti “fun” dengan “chaos”, entah “chaos walk” atau “chaos bike”.
Untuk menarik perhatian, acara chaos walk bisa didahului sambutan dan gunting garis polisi—jangan pita, nanti pabrik pita yang untung dan bisa mengakumulasi kapital.
Faedahnya? Banyak.
Selain melatih koordinasi dan adrenalin hingga maksimal, chaos walk bisa menjadi kontribusi melatih anggota Polri yang terlalu lama jaga kantor agar lebih banyak bergerak. Semakin sering diadakan chaos walk, maka akan makin banyaklah anggota korps coklat kita yang jadi langsing, tangkas, dan trengginas saat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pengabdi nusa, bangsa, negara, agama, dan rumah tangga.
Anarko sehat, polisi kuat!
Menulis buku Rahasia Sukses Anarko: Rusuh Tanpa Tertangkap
Kalau dua aktivitas di atas masih kurag menantang, para Anarko senior dengan pengalaman penuh asam garam dan gas air mata bisa menulis buku berisi kenangan, romantisme, atau untold story bersama polisi. Lebih afdal jika ditulis bersama-sama, menjadi bunga rampai.
Dan supaya laku, jangan tiru-tiru judul bukunya Soe Hok Gie yang Catatan Seorang Demonstran itu. Ikutilah saran para agen pemasaran dengan memasang judul “Rahasia Sukses”, “Kunci Sukses”, “Kiat Sukses”, atau apa saja yang ada sukses-suksesnya.
Sambungannya bisa disesuaikan, juga bisa banget memakai judul di atas: Rahasia Sukses Anarko: Rusuh Tanpa Tertangkap.
Manfaat menulis buku? Jangan ditanya.
Kata Pramoedya Ananta Toer (itu, lho, pengarang asli Blora yang bukunya mendunia, tapi nggak jadi wajib baca anak-anak sekolah di tanah airnya), “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Nah, kalau untuk Anarko, jangan kata keabadian, bekerja untuk menafkahi hidup saja, sudah lebih dari cukup.
Oya, dengan menulis buku yang diterbitkan luas, Anarko juga bisa membantu polisi agar tidak menjadikan buku-buku Tere Liye dan Tan Malaka sebagai barang bukti.
Kasihanilah buku Tan Malaka kalau harus berdampingan dengan karya seorang penulis yang pendirian antikomunisnya menembus tujuh samudra itu.
Menyelenggarakan webinar “Menuju Anarko Emas 2045”
Memang Indonesia doang yang boleh jadi emas di tahun 2045? Anarko jangan ketinggalan, dong!
Untuk rekomendasi ini, sengaja saya taruh urutan terakhir, supaya bisa menjadi cadangan jangka panjang. Apalagi, karena fitur aplikasi telekonferensi tidak menunjang untuk membuat kerusuhan virtual, maka aktivitas webinar bisa diarahkan sebagai coaching clinic dari Anarko-anarko senior kepada Anarko junior.
Menyelenggarakan webinar demikian sangat bermanfaat di masa pandemi. Jika memang yakin bermanfaat, maka “harga tiket masuk” pada poster acara bisa disebut “investasi”. Nominalnya dibebaskan, selama masih harga teman dan bisa terjangkau hingga kalangan rumput yang bergoyang.
Supaya tidak menguntungkan perusahaan aplikasi telekonferensi, sering-sering berlatih membuat akun baru untuk mendaftar aplikasi, dan dengan sendirinya jatah dua kali meeting yang unlimited bisa diperoleh. Kalau sudah terpakai dua kali, silakan bikin lagi. Gratis hari ini, gratis besok, gratis selamanya!
Akhirulkalam, seandainya semua aktivitas di atas mau diuji coba satu per satu, saya tidak keberatan. Mau dicoba semua bareng-bareng, tidak dilarang. Saran saya hanya satu: nama saya jangan ditulis sebagai inisiator atau penggagas acara.
Saya masih warga negara baik-baik, meski sekali-kali nakal. Kayak nulis artikel ini misal.
BACA JUGA Mengenang 4 Tahun Wafatnya Macan Cisewu atau cara mengirim artikel ke MOJOK.