Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari

Mari kita kenang Didi Kempot sebagai musisi luar biasa yang tidak pernah setengah-setengah dalam berkarya, lalu mari kita jadikan warisan yang dia tinggalkan untuk berkarya dengan lebih baik.

Aris Setyawan oleh Aris Setyawan
26 Februari 2023
A A
Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari MOJOK.CO

Ilustrasi Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Warisan Didi Kempot tentu bukan hanya untuk para musisi muda. Tapi juga untuk para penikmat dan pendengar musiknya.

Tak terasa, tiga tahun sudah sosok penyanyi campursari legendaris Didi Kempot meninggalkan kita. Lord Didi, julukan yang melekat padanya, meninggal dunia pada 5 Mei 2020. Berpulangnya sang maestro campursari ini tentu membuat banyak orang kehilangan, terutama bagi mereka sobat ambyar, yang menggemari Lord Didi dan musik campursarinya yang kadang dinamis kadang nggrantes itu.

Kepergiannya juga membuat saya sedih bukan kepalang. Sejak kecil saya sudah karib dengan tembang-tembang penyanyi yang memiliki nama asli Didik Prasetyo ini. Sebagai seseorang yang lahir dan tumbuh dewasa di kultur Jawa, nama Didi Kempot tidak asing untuk saya.

Kebetulan, bapak dan paklik saya gandrung dengan campursari. Selain mendengarkan Manthous, mereka tentu saja juga mendengarkan Didi Kempot. Dari koleksi VCD bajakan Didi Kempot milik bapak dan paklik yang dibeli pas hari pasaran wage di lapak VCD bajakan Pasar Karangpandan itulah saya mengenal sosok Didi Kempot.

Didi Kempot Menyempurnakan campursari

Tapak tilas sejarah lahirnya musik campursari, kita bisa berkaca pada R.C. Hardjosubroto. Bisa dibilang seniman kelahiran Yogyakarta ini yang meletakkan embrio campursari. Dia membuat seni tradisional gamelan lebih menjadi lebih fleksibel menghadapi zaman.

Almarhum Manthous, musisi asal Yogyakarta yang kemudian menjadi sosok musisi yang mempelopori aliran musik campursari bersama Campur Sari Gunung Kidul (CSGK) pada medio 70an. Namun, Didi Kempot yang bisa dibilang makin mempopulerkan campursari ke level kemasyhuran yang tak terduga sebelumnya.

Didi Kempot tidak menciptakan atau menemukan musik campursari. Namun, semasa hidupnya, Lord Didi menyempurnakan dan mengembangkan musik campursari menjadi bentuk musik yang digandrungi para sad boi dan sad girl era kiwari.

Campursari merupakan genre musik yang unik. Musik ini adalah hasil padu padan unsur karawitan Jawa dan instrumen musik modern. Ada proses alih wahana terjadi di sini. Di campursari, laras pentatonik pelog dan slendro dari karawitan Jawa dimainkan melalui medium instrumen modern seperti keyboard, gitar, dan bass. Umumnya, untuk kian menebalkan rasa njawani, bangunan musik ini kemudian ditambahi kendang di departemen ritmis, dan dua atau tiga pasang saron.

Warisan Didi Kempot

Bahkan, setelah berpulang tiga tahun yang lalu, penggemar musik Didi Kempot masih banyak. Tercatat sampai tulisan ini dibuat, statistik menunjukkan bahwa per bulan dia memiliki 514,579 pendengar di Spotify. Salah satu hitsnya “Cidro” telah dimainkan sebanyak 14,810,049 kali. Sedangkan “Sewu Kutho” salah satu tembangnya yang paling terkenal telah dimainkan sebanyak 9,982,845 kali di Spotify.

Meski telah berpulang pada tiga tahun silam, Lord Didi telah meninggalkan warisan yang berharga untuk musisi campursari, dangdut, dan musik secara luas di Indonesia. Sudah sepatutnya para musisi zaman now bisa menggunakan warisan yang ditinggalkan almarhum itu ketika berkarya.

Inilah beberapa warisan yang ditinggalkan The Godfather of Broken Heart untuk para musisi generasi muda kekinian.

Pantang menyerah 

Sikap pantang menyerah ini adalah warisan Didi Kempot yang bisa dijadikan panutan oleh para musisi generasi baru. Lord Didi memulai karier bermusiknya benar-benar dari bawah. 

Sebelumnya, Didi Kempot adalah musisi jalanan. Dia ngamen dari satu bus ke bus lainnya, dari satu tempat ke tempat lainnya. Kemasyhuran tidak ujug-ujug datang begitu saja ke adik pelawak Mamiek Prakoso ini. Dia harus berjibaku dulu dengan medan musik jalanan yang keras nian. Jika kemudian Didi Kempot menjadi musisi yang tenar secara nasional, itu adalah buah dari sikap persisten yang luar biasa.

Nah, musisi zaman kiwari ada baiknya mencontoh sikap persisten Didi Kempot itu: pantang menyerah. Meskipun karyamu yang baru dirilis dicap jelek atau nonsens, jangan menyerah! Poles terus karyamu itu sampai menjadi sebuah karya yang rupawan. Belajarlah terus! Kembangkan terus proses kreatifmu.

Iklan

Alih wahana 

Warisan lainnya adalah bagaimana Didi Kempot melakukan proses alih wahana di musik campursari yang dimainkan. Dengan gagah berani, dia menjumput sedikit demi sedikit pola (pattern) dan unsur musik karawitan Jawa. Dia lalu menerapkannya di instrumen modern konvensional. 

Proses ini tidak mudah karena umumnya alih wahana itu menimbulkan banyak pertentangan. Sebagaimana Didi Kempot yang dituding sebagai musisi kitsch oleh para purist karawitan Jawa karena dianggap “merusak kemurnian karawitan”.

Musisi era kiwari ada baiknya jangan takut melakukan alih wahana seperti yang Lord Didi lakukan. Perluas perbendaharaan musik kalian! Lalu jumput sedikit unsur dari musik itu! Campur dengan sejumput unsur lain dari musik lain, lalu campurkan semuanya. Niscaya karya musikmu akan lebih berwarna dan “nggak gitu-gitu aja”.

Jangan berhenti berkreasi 

Jika menapak tilas karya-karya Didi Kempot di diskografinya yang panjang itu, kita akan mendapati bahwa Didi Kempot tidak pernah berhenti berkreasi. Selalu ada aransemen baru di lagu-lagunya. Mulai dari campursari biasa, hingga ke unsur rock, keroncong, dan dangdut. Dua unsur terakhir malah dikenal sebagai congdut. Perpaduan antara keroncong dan dangdut.

Jadi, wahai para musisi Gen Z yang budiman, gunakan warisan ini. Jangan berhenti berkreasi. Kalian bisa saja mencampur indie pop dan prog-rock. Atau menyatukan dangdut dan K-pop. Pokoknya jangan berhenti berkreasi. Titik.

Membuat musik yang relate dengan banyak orang 

Meski ada beberapa lagu yang berunsur politis dan menyoroti kondisi sosial (seperti lagu “Kuncung”), tidak bisa dimungkiri sebagian besar tema lagu Didi Kempot adalah tentang percintaan, dan yang menarik, percintaan itu tak selalu berujung manis. Seringnya malah berasa pahit dan nggrantes. Dengan cara yang ajaib Didi Kempot bisa menyuarakan kegundahan para sad boi dan sad girl yang kisah cintanya kandas di tengah jalan.

Lagu-lagu Didi Kempot seperti menggetok batok kepala para pendengarnya bahwa sedih itu sesuatu yang wajar dan normal. Bahwa menjadi sosok yang nggrantes itu bukanlah sebuah masalah. Wajar jika kemudian, meskipun berbahasa Jawa, lagu-lagu Lord Didi meledak di pasaran. Ini karena kepiawaian Didi menggubah lagu yang relate dengan masyarakat luas. Bicara budaya pop, apalagi topik yang paling relate dengan kehidupan keseharian kita selain cinta?

Warisan Didi Kempot yang ini menjadi PR besar juga untuk para musisi zaman kiwari: bagaimana cara menciptakan musik yang relate dengan masyarakat luas, namun juga tidak kehilangan unsur estetis musik tersebut.

Kesimpulannya, Lord Didi memang telah meninggalkan dunia nan fana ini, dan berpulang ke Yang Maha Kuasa. Namun, karya-karyanya akan abadi. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan Didi Kempot berpulang meninggalkan warisan-warisan. Baik dalam bentuk sikap (attitude) maupun dalam bentuk karya.

Cetak biru dari Didi Kempot

Warisan penting yang ditinggalkan Didi Kempot ini bisa digunakan sebagai cetak biru untuk para musisi zaman kiwari dalam berkarya. Mari kita kenang Lord Didi sebagai musisi luar biasa yang tidak pernah setengah-setengah dalam berkarya, lalu mari kita jadikan warisan yang dia tinggalkan untuk berkarya dengan lebih baik.

Warisan Didi Kempot tentu bukan hanya untuk para musisi muda. Tapi juga untuk para penikmat dan pendengar musiknya: bahwa bersedih dan nggrantes itu normal. Sedih kemudian menangis itu adalah mekanisme alamiah tubuh untuk melepaskan emosi yang membuncah. Jadi, sesekali nangis sembari mendengarkan “Cidro” atau “Stasiun Balapan” itu gpp.

BACA JUGA Karier Didi Kempot Seperti The Beatles, Nggak Pernah Padam, Tapi Diremajakan Lagi dan renungan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Aris Setyawan

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 26 Februari 2023 oleh

Tags: campursaricidrodangdutdangdut koploDidi Kempotlord didisobat ambyarstasiun balapan
Aris Setyawan

Aris Setyawan

Etnomusikolog dan musisi, dapat dihubungi di twitter @arissetyawan, Instagram @setyawanaris, dapat dikunjungi di arissetyawan.net.

Artikel Terkait

Dangdut Lawas OM Lorenza Melawan Hegemoni Dangdut Koplo MOJOK.CO
Esai

Dangdut Lawas OM Lorenza Obat Kejenuhan Dangdut Koplo: Wayahe Wong Lawas Tampil

11 Februari 2025
Penonton Dangdut Koplo, Fans NDX & Guyon Waton SDM Rendah MOJOK.CO
Esai

Penonton Dangdut Koplo dan Fans Guyon Waton & NDX Dianggap SDM Rendah, Tukang Kisruh, dan Tukang Rusak Festival

2 Juli 2024
Omong Kosong Dangdut Miskin Tema dan Kamu Perlu Tahu Karya Monumental Dangdut Ngapak MOJOK.CO
Esai

Omong Kosong Dangdut Miskin Tema dan Kamu Perlu Tahu Karya Monumental Dangdut Ngapak

25 April 2023
Video

Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan Warisan Besar Musik Jawa.

2 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.