Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

Dengan harga yang makin melambung dan mahal, kenyamanan di pinggiran Kota Jogja hanya sekadar angan-angan belaka.

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
15 Maret 2023
A A
Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Ilustrasi Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pinggiran Kota Jogja itu soal harga yang makin melambung, kenyamanan hanya sekadar angan-angan belaka.

Jika kalian menuju ke selatan dari Kota Jogja, lantas menemukan berbagai baliho yang isinya “Hunian murah, hanya semenit dari kota”, nah rumah saya di situ. Memang benar hanya beberapa menit saja dari kota. Namun, beberapa menit pula tinggal di sana, BPJS-mu akan berguna dengan keluhan sakit kepala dan stres akut luar biasa.

Samping rumah saya adalah tukang kayu. Setiap pukul delapan pagi, mesin selalu berbunyi. Nyaring sekali. Tidak hanya sampai sana, si pemilik, dan beberapa anak buahnya, memberi saya satu bonus lagi, yakni musik yang tidak enak untuk didengar dengan volume yang bikin ngelus dada. Dan itu berlangsung dari Senin sampai Sabtu.

Oh, kadang si pemilik kerja sendirian di hari Minggu. Tak jarang pula sampai larut malam. Hasil kerja kerasnya, dia berhasil bikin rumah di desa sunyi dan tenang, ditambah sebuah city car. Hasil jerih payahnya ini, bisa untuk membuat dirinya bikin buku inspiratif berjudul, “Tukang Kayu di Pinggiran Kota Jogja yang Sukses dari Nol”.

Tinggal di pinggiran Kota Jogja itu nyatanya nggak enak

Di balik kisah suksesnya itu, ada tetangga yang tiap hari merasakan stres karena bising. Sialnya, tetangganya itu berprofesi sebagai penulis dan, sialnya lagi, orang itu adalah saya sendiri.

Yang membuat bapak saya beli tanah di pinggiran Kota Jogja, tentu saja karena murah. Dulu sekali, Kecamatan Banguntapan itu bentuknya seperti kebun yang penuh nyamuk dan jangkrik alih-alih beton yang membentuk sebuah pemukiman perumahan.

Bapak saya dulu mungkin berpikir, “Nggak masalah tetanggaan sama nyamuk, tinggal beli obat nyamuk.” Saya yakin tak pernah dia berpikir bahwa akan bertetangga dengan orang kaya yang berbisnis kayu, mesinnya berderu tiap saat, debu terbang ke mana-mana dan stereo-nya terus-terusan memutar lagu-lagu DJ TikTok Slebew Remix.

Dulu saya terlalu kecil dan takut untuk protes. Pada akhirnya, beberapa waktu lalu, saya datang langsung ke tetangga saya yang menghabiskan hari Minggu dengan terus menyalakan mesin kayunya itu. Katanya, dia sedang banyak pesanan.

Dahi saya mengernyit, tidak emosi sama sekali, malah miris kepada diri saya sendiri. Andai saja dia melihat isi laptop saya. Banyak tulisan yang tidak menghasilkan uang. Tulisan-tulisan yang saya kerjakan dan selalu beriringan dengan deru mesin kayunya.

Secara administratif, tempat saya tinggal ini masuk ke dalam suburban

Banyak pula yang bilang bahwa penduduk area suburban lebih beradab dan tenggang rasa ketimbang penduduk Kota Jogja. Jika ada yang bilang begitu lagi, ingin rasanya saya ada di garda terdepan untuk menertawakan pendapat tersebut. Lalu bilang, “Tinggal di rumah saya sehari saja, maka asuransi kesehatanmu akan sedikit ada gunanya.”

Jika Sartre tinggal di Banguntapan, bukan di Paris, mungkin pendapatnya yang mengatakan orang lain adalah neraka tak pernah ada. Bisa saja malah bertambah. Orang lain adalah neraka, astaga, ndlogok. 

Samping rumah banget, samping satunya, sedang dibangun proyek pembuatan masjid oleh salah satu komunitas. Ketika diminta tanda tangan izin pembangunan, saya membolak-balik beberapa kali. Tidak ada keterangan pengeras suara. Saya hanya bilang semoga tidak terlampau bising. Suasana kurang mengenakkan itu selesai ketika saya membubuhkan tanda tangan.

Jika masalah ini diperbesar, mungkin label tidak kooperatif atas pembangunan tempat ibadah akan tersemat di diri saya. Tapi masalahnya, di desa saya, di pinggiran Kota Jogja, masjid itu sudah ada dua. Dan yang akan dibangun ini adalah milik sebuah organisasi.

Anda mau saya kasih tahu satu hal lagi? Masih di jalan yang sama, sekitar 30 langkah saja, sedang ada proyek lain, yaitu pembangunan pesantren yang tentu saja ada masjidnya. Proyek ini dibangun oleh kelompok yang lain. 

Iklan

Alhamdulillah, berarti Lebaran nanti, di desa saya yang luasnya mungkin lebih kecil ketimbang rumah pejabat pajak Rafael Alun jika disatukan, ada empat masjid. Subhanallah.

Banguntapan juga jadi spot yang luar biasa enak untuk membangun sebuah perumahan

Pinggiran Kota Jogja itu harga belinya murah, dibangun hunian oleh pemodal, dijual lagi dengan harga yang gila. Bikin saja baliho, hanya beberapa menit dari kota. Menggoda, saya tarik orang luar Kota Jogja untuk “mencuci uangnya”. Ya, gimana nggak beberapa menit, Giwangan saja jaraknya hanya sak plintengan jaran.

Dari penelitian “Evaluasi Perkembangan Perumahan Terhadap Rencana Detail Tata Ruang (Rdtr) Kecamatan Banguntapan” oleh Kinanti Pitasari pada 2017, diperoleh data bahwa luas seluruh perumahan di Banguntapan sebesar 618.587 meter persegi. Perhitungan tersebut dilakukan menggunakan aplikasi pemetaan ArcGIS dan tidak berdasarkan pengukuran luas secara langsung di lapangan.

Tebak berapa meter persegi yang tidak sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Banguntapan tahun 2014 hingga 2034? Luasnya 37.052 meter persegi! Itu penelitian 2017. Tentu saja di 2023 ini akan banyak hal baik yang jadi pembenahan. Iya, kan?

Baca halaman selanjutnya….

Jalan rusak yang tetap lestari

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 15 Maret 2023 oleh

Tags: Banguntapanjalan rusakJogjakota jogjapembangunan masjid
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Bercita-cita menjadi pelatih Nankatsu. Mahasiswa filsafat.

Artikel Terkait

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO
Esai

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.