Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Susahnya Jadi Emak-Emak Jaman Sekarang: Mulai Dari Operasi Sesar Sampai Buka Hape Suami

Maya Lestari oleh Maya Lestari
4 Desember 2017
A A
Mojok_sesar_emak_emak

Mojok_sesar_emak_emak

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Jadi emak itu tak pernah mudah. Harus tunduk pada standar hidup netijen yang kadang nggak masuk akal.”

Pernah dengar pepatah zaman kiwari berikut? Hidup itu seperti panggung Indonesia Idol, kita yang nyanyi, orang yang ngomentari. Kita yang menjalani hidup, orang lain yang puyeng seribu keliling mikirin kita. Kita yang nikmatin, orang yang muntah-muntah. Blah.

Media sosial tuh yang paling sering jadi tempat muntahan macam begini. Sebagai emak zaman now, tak terhitung berapa banyak saya melihat seliweran petuah tentang kemestian-kemestian menjadi ibu atau emak, istri, orang tua dan sebagainya. Membaca semua postingan yang seringnya diakhiri klik like, amin dan sebarkan itu mendadak membuat langit kehidupan saya yang biru merona menjadi gelap gulita seakan tengah dijajah mamaknya Siklon Cempaka dan Dahlia.

Saya yang mulanya merasa hidup saya baik-baik saja, tiba-tiba menjadi orang yang hidupnya kacau balau dunia akhirat setelah membaca pernyataan: emak sejati adalah yang melahirkan secara normal, tidak sembarang ngintip hape suami dan nggak suka wara-wiri di luaran. Maak, betapa parahnya hidup saya kalau begitu. Udahlah tiga kali melahirkan secara sesar, tahu apa saja yang ada dalam hape suami dan nyaris tiap hari wara-wiri ke bioskop. Benar-benar jauhlah saya ini dari istri ideal dambaan suami. Dari lima bintang, nilai saya paling 1,5 itu pun pake minus.

Tapi emang ya, kebanyakan orang pada rese dengan pikiran dan hidup orang lain. Padahal, hidup orang lain seringnya nggak ada sangkut pautnya dengan diriya sendiri. Sering saya liat, jika si A berpendapat sebaiknya begini, maka si B yang merasa punya pikiran berbeda lalu melontarkan wacana tandingan. Tanpa sadar memaksa orang lain untuk ikut sepikiran dengan dia, berdasarkan argumentasi yang kadang sangat subjektif. Misalnya soal hape suami, postingan yang beberapa hari ini wara-wiri di beranda facebook.

Pihak A mengatakan apa masalahnya gitu mengetahui apa yang ada dalam hape suami. Hape kan cuma alat komunikasi. Kalau emang nggak ada apa-apa di hape itu (misal alamat calon selingkuhan), ya mestinya nggak usah marah toh kalau pasangan buka-buka hape. Yang penting itu KEJUJURAN. Kalau perkara hape aja udah nggak jujur, gimana mau selamat itu rumah tangga? Pihak B lalu melawan dengar argumentasinya pula. Emang apa sih masalahnya kalau hape dianggap sebagai barang pribadi? Sesuatu yang bersifat privasi?

Kalau ada pasangan yang merasa bahagia tanpa mesti ubek-ubek hape pasangannya, apa urusannya ama elo? Orang yang jalani hidup, lah kok elo yang repot? Sifat setiap orang berbeda, dan nggak semua suami yang menganggap hape sebagai barang pribadi itu punya selingkuhan.  

Capek nggak baca pertengkaran wacana macam begini? Kalau di saya, iya capek, karena yang diperdebatkan bukan sesuatu yang penting sebenarnya. Ada jutaan keluarga di dunia ini dengan jutaan karakternya masing-masing. Pernikahan sejatinya bukan cuma pertemuan cinta antara lelaki dan perempuan saja, tapi juga pertemuan dua budaya, dan boleh jadi pertemuan dua peradaban. Ketika dua kebudayaan ini bertemu, berakulturasi, mereka akan menghasilkan kebudayaan baru.

Mereka punya cara pandang sendiri untuk banyak hal dalam hidup ini termasuk urusan privasi. Apa hak keluarga lain menghakimi? Inilah salah satu masalah terbesar kita saya pikir, suka banget mendefinisikan orang lain.

Saya sendiri bukan sekali dua dicap tidak sesuai SOP alias Standard Operating Procedures sebagai mamak-mamak. Karena saya, sebagai Emak, di-sesar tiga kali, saya dianggap bukan ibu sejati sebab tidak merasakan sakitnya melahirkan. “Bukankah menderita sakit itu adalah rahmat bagi para perempuan hingga dengan begitu mereka dapat pengampunan Tuhan?” tulis mereka.

Ya Salaaam, coba tuh yang ngomong ngerasain dulu sakitnya suntik epidural, atau pedihnya dibelek dokter saat obat anestesi belum maksimal bekerja, pasti bakal mingkem seumur hidup. Dikira melahirkan sesar itu senikmat ngorok di balik selimut pas hari hujan apa? Ketika saya, sebagai emak, memutuskan meng-homeschooling-kan anak-anak, banyak banget yang bilang saya ini emak egois, membuat anak kuper karena membuat mereka nggak punya teman.

Belum lagi yang tiap sebentar mengirimi saya tulisan-tulisan tentang pentingnya sekolah bagi anak-anak. Ya, elus dada aja deh. Kenapa sih kita begitu cerewet mengurusi hal-hal yang sifatnya tidak substansial? Homeschooling, schooling, unschooling atau schooling-schooling lainnya itu cuma metode, bukan tujuan atau substansi pendidikan. Ibarat pergi ke pasar, setiap orang bisa ke pasar dengan mobil, motor, jalan kaki atau pake helikopter selama tahu rutenya. Kenapa kita sering berhenti di tataran permukaan, tidak mencoba menggali lebih dalam ke isinya?

Terlalu banyak hal-hal tidak penting yang kita perdebatkan di media sosial. Terlalu banyak energi habis hanya untuk membicarakan bungkus ketimbang isinya. Nyaris setiap hari kita sibuk mendefinisikan orang lain. Dan selalu saja, meski tema perdebatan beda-beda, spiritnya sama saja. Nggak jauh-jauh dari bubur ayam.

“Mana yang lebih baik? Orang yang makan bubur ayam diaduk dulu atau yang enggak?”

Terakhir diperbarui pada 4 Desember 2017 oleh

Tags: anakanak-anakEmak-emakhomescholingibuibu-ibunama anaksayang istrisuamisuami istri
Maya Lestari

Maya Lestari

Artikel Terkait

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Ragam

Sibuk Skripsian sampai Abaikan Telpon Ibu dan Jarang Pulang, Berujung Sesal Ketika Ibu Meninggal

14 November 2025
Suara ibu di telepon bikin hati lapang hadapi kerasnya perantauan MOJOK.CO
Ragam

Suara Ibu di Telepon Selalu bikin Tenang usai Hadapi Hal-hal Buruk dan Menyakitkan di Perantauan

22 Oktober 2025
emak-emak, jogja memanggil.MOJOK.CO
Aktual

Aksi Jogja Memanggil: Saat Emak-Emak Sudah Turun ke Jalan, Tandanya Negara Sedang Tak Baik-baik Saja

20 Februari 2025
Rumah Setelah Ibu Meninggal MOJOK.CO
Malam Jumat

Setelah Ibu Meninggal

2 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.