Mengulik Tokopedia
Pertama, saya memulai dari merapikan foto produk di toko saya di Tokopedia. Buat saya, ini faktor penting. Laki-laki, yang mana jadi target market saya kala itu, adalah makhluk visual. Dari mana saya tahu? Ya karena saya laki-laki. Ketika mata kami menangkap sesuatu yang kinclong di mata, kami akan terpikat. Itu titik awal saya merapikan feed toko saya.
Kedua, saya coba diversifikasi produk. Berkat pandemi dan YouTube, saya punya skill dadakan berupa upgrade MacBook. Saya melayani upgrade RAM dan ganti SSD. Dari situ, nama toko saya di Tokopedia mulai paten: “Macbook Upgrade & Jersey”.
Berjalan satu setengah tahun, toko ini mulai menghasilkan. Rasio transaksi sukses mulai meningkat dari tiga bulan laku dua atau tiga jersey, menjadi satu bulan bisa laku dua jersey + dua jasa upgrade MacBook.
Ketika 2020 menjelang, saya memutuskan pensiun jadi wartawan dan banting karier ke dunia tech company. Di situ saya makin tenggelam seutuhnya ke dunia digital. Dan puncaknya, setahun setelah menikah di 2021, saya menemukan pasar yang sangat menarik: diecast.
Mobil-mobilan yang biasa dimainkan anak-anak kecil ini, ternyata menjadi ladang cuan yang oke. Dan di Tokopedia, pasar ini begitu menggiurkan.
Menekuni dunia diecast
Saya mulai dari menjadi reseller kecil. Saya lantas mengambil barang dari seller besar di Tokopedia dengan margin profit tipis sekali. Kadang untuk mengakali tipisnya margin ini, saya sesekali menjual lagi koleksian diecast yang saya temukan ketika berburu secara offline di toko-toko retail. Tapi satu yang pasti, ini awal yang menjanjikan.
Diecast, berbeda dengan jersey, punya harga yang relatif lebih terjangkau. Pelan tapi pasti, saya membangun reputasi di Tokopedia dan mengubah nama toko menjadi “MacBook Upgrade, Jersey, & Toys”. Ini nama paling termutakhir dan masih saya pakai hingga saat ini.
Meski sama-sama bukan kebutuhan pokok, diecast lebih mudah laku dibanding jersey karena menjadi collectible items yang secara visual memang lebih menarik untuk dibeli dan bisa dimainkan, pun juga dijadikan hiasan rumah. Dan setelah dua tahun membangun toko di Tokopedia, kini saya bisa sedikit berbahagia karena sekarang saya punya hidup yang relatif nyaman.
Fitur Tokopedia sangat membantu seller
Perputaran uang tiap bulannya relatif stabil dan Tokopedia sekarang punya banyak fitur yang bikin saya bisa berjualan dengan efektif.
Saya mulai dari aplikasi Tokopedia Seller. Saya rasa, hanya Tokopedia dan TikTok yang punya stand alone app untuk para penjual. Ini penting karena membuat kita tetap bisa memantau toko meski mobilitas sedang tinggi. Karena meski berdagang online, saya juga masih karyawan. Maklum, di online boleh jadi bos di toko sendiri. Tapi di offline, saya juga mas-mas kantoran pada umumnya.
Aplikasi Tokopedia Seller punya akses untuk bikin kupon toko atau flash sale setiap saat. Ini krusial sekali.
Buat saya, diskon adalah daya tarik kedua selain visual yang menjadi pendorong orang mau belanja. Dengan hitungan diskon yang pas, juga fitur Tokopedia yang oke, barang-barang di toko saya cepat sekali sold out.
Kedua, fitur video. Tampilan video pendek yang masuk di feed toko itu cakep sekali. Saya orang yang sangat suka kerapian dan estetika. Fitur video yang nongol di feed dan bisa kita attach dengan link produk jualan kita, buat saya, bikin feed toko jadi tempting sekali di mata pengunjung.
Kadang, orang cuma datang dan tidak beli, tapi karena lihat toko kita rapi dan menyenangkan, secara visual mereka terpuaskan. Secara psikis, toko saya melekat di memori mereka. Mungkin mereka bisa follow atau wishlist produk saya, tapi yang pasti, saya punya tambahan calon pelanggan baru di masa depan.
Keuntungan ketiga, tentu saja adalah sistem di Tokopedia itu sendiri. Ketika beberapa e-commerce lain begitu memanjakan buyer dengan fitur Bebas Pengembalian, Tokopedia saya rasa masih jadi satu-satunya e-commerce yang sangat adil baik kepada seller atau buyer.
Kamu tidak bisa seenaknya mengembalikan barang jika tidak ada kerusakan atau hanya karena merasa nggak jadi beli jadi pengin retur. Saya suka sistem ini karena adil dan transparan. Semua senang, semua puas. Jadi meminimalisir celah di mana orang bisa curang.
Mulai aja dulu
Jadi intinya, setelah panjang lebar di atas, don’t sleep on digital rising. Asal mau belajar dan siap capek, fondasi dunia digital itu menyenangkan sekali buat diulik dan jadi ladang mencari cuan yang proper.
Banyak, sih, e-commerce lain. Cuma untuk memulai, Tokopedia adalah yang paling pas. Sesimpel karena user interface-nya nyaman dan tidak belibet. Juga karena terintegrasi ke Gopay, bikin penarikan profit toko terasa makin seamless. Kebetulan, saya juga pakainya Gojek untuk sehari-hari.
Dan patut diingat, potensi ekonomi digital ini baru berjalan enam tahun sejak saya baca laporan Google di 2018. Sempat terpotong pandemi 2,5 tahun, asumsikan saja berarti masih ada 10 sampai 15 tahun untuk ada di titik ketika ekonomi digital Indonesia ada di posisi puncak, kamu jadi bagian seller e-commerce yang bisa hidup nyaman berkat jualan online.
Dan kuncinya cuma satu: mulai aja dulu.
Penulis: Isidorus Rio
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Belanja Tanpa Boros dan Ribet Pakai Fitur Baru Tokopedia dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI.