Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sarung Merah Presiden Jokowi

Fhay Hadi oleh Fhay Hadi
11 Agustus 2015
A A
Sarung Merah Presiden Jokowi

Sarung Merah Presiden Jokowi

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hiruk-pikuk Muktamar Nahdatul Ulama (NU) yang ketiga puluh tiga, di Jombang, Jawa Timur, telah usai. Meski dalam perjalanannya agak sedikit gaduh, kita menyaksikan—baik secara live maupun baca di media online—betapa akrabnya para ulama-ulama di muktamar pada pembukaan acara. Dan Pak Presiden Jokowi ikut andil di situ.

Dengan gayanya yang selalu tersenyu, Presiden Jokowi membuat hatiku berbunga-bunga. Beliau tampil begitu mengejutkan: memakai jas hitam; sandal selop hitam; dan yang tak kalah penting adalah sarung merah tua, pemberian istri tercinta khusus untuk menghadiri Muktamar NU.

Gaya bicaranya, seperti gaya bicaraku. Terlalu banyak spasi, lalu mengatakan kalimat lain. Persis sepertiku.  Tapi, ah, bukan itu yang akan saya sampaikan. Sarung… Sarungnya…

Pak Jokowi menghadiri pembukaan Muktamar NU, di malam itu. Ketika masuk ke ruangan muktamar, shalawat pun berkumandang di dalam gedung yang megah. Istimewa. Pak Presiden betul-betul istimewa—di mata NU dan di mataku. Pun, di mata mertuaku.

Sarung berwarna merah yang dikenakan Pak Presiden lalu mendapat banyak sorotan. Gara-gara sarung warna merah itu, saya kemudian mendapat hadiah sarung merah dari mertua.

Betapa bahagianya hatiku setelah mengetahui bahwa sarung pemberian mertua itu terinspirasi dari sarung Pak Presiden. Betul-betul menyenangkan. Hatiku berbunga-bunga. Rasa-rasanya ingin terbang, sepeti burung, lalu ketemu Pak Presiden. Istimewa.

Mataku tak pernah lepas dari berita-berita NU. Bah, lebay. Tidak! Ini serius! Apalagi guyonan-guyonan almarhum Pak Gusdur selalu nongol di website NU. Kadang-kadang, kalau membacanya, saya jadi tertawa sendiri. Seperti orang gila baru dapat uang.

“Saya cinta kepada NU. Saya gelisah jika ada orang mengatakan bahwa saya tidak cinta kepada NU. Meski harus merayap, saya akan datang di Muktamar ini supaya orang tidak meragukan kecintaan dan kedekatan saya dengan NU,” demikian sambutan Bung Karno pada Muktamar NU ke 23 yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah, 28 Desember 1952.

Merah, Pak Presiden, itu tanda sikap berani. Tapi saya tahu, Pak Presiden dari Partai Banteng yang jubahnya merah. Mungkin Pak Presiden memakai sarung merah hanya karena Bapak dari PDI-P. Atau ada alasan lain, saya tidak tahu. Yang jelas, Ibu Megawati Sukarnoputri pun sampai klepek-klepek melihat sarung Anda.

“Dik, sarungmu bagus,” kata Bu Mega dalam sebuah kesempatan di muktamar.

Tak hanya itu, Ketua panitia Muktamar yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Ipul juga ikut mencandai sarung Bapak, “Pak Presiden memakai sarung karena beliau menghormati NU, an saya tidak memakai sarung karena saya menghormati Pak Presiden.”

Tapi di atas itu semua, Bapak telah membuka mata hati mertuaku. Mertuaku kini menyayangiku sepenuh jiwanya. Sampai-sampai beliau menyampaikan keinginan membelikanku rumah mewah, mobil mahal, dan merelakanku beristri lagi. Saya jadi terheran-heran, kenapa mertuaku tiba-tiba menjadi sebaik itu? Padahal sebelumnya, mertuaku itu baiknya bisa ditawar-tawar.

Waduh, Pak Presiden, saya berterima kasih sekali atas sarung merahmu.

Berkat sarung Pak Presiden, koleksi sarungku ada dua buah. Yang satu saya beli di pasar inpres, karena di sana murah-murah. Yang kedua hadiah dari mertuaku tersayang.

Terakhir diperbarui pada 1 November 2018 oleh

Tags: jokowiMuktamar NUNahdltul Ulama
Fhay Hadi

Fhay Hadi

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG
Video

Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG

18 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.