Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Saatnya Spotify, Saatnya Cari Spot Jodoh, Mblo!

Gin Seladipura oleh Gin Seladipura
2 April 2016
A A
Saatnya Spotify, Saatnya Cari Spot Jodoh, Mblo!

Saatnya Spotify, Saatnya Cari Spot Jodoh, Mblo!

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada jamannya sewaktu internet belum begitu semarak, jejaring pertemanan masih dikuasai Friendster (buat yang alay), dan Myspace (buat yang anak band). Jaman Raditya Dika blog nya masih lucu dan segar, jaman belum ada tumblr, yang ada cuman multiply. Waktu itu, internet belum terlalu mendarah daging, bahkan warnet-warnet harus menaruh folder khusus berisi film-film syur berformat 3gp guna menarik perhatian khalayak.

Di jaman serba ga enak itu, ada sebuah situs yang menggeliat. Situs itu bernama last.fm. Situs dengan premis sederhana, memamerkan playlistmu kepada dunia. Biar orang tahu seberapa keren dan seberapa tinggi selera musikmu. Last.fm sesungguhnya adalah sebuah database musik nan ciamik. Band-band kecil pun bisa muncul disitu, nampang bareng Radiohead, Blur, atau segudang musisi beken lainnya.

Itu kalau buat yang punya band. Kalau buat orang biasa kayak kita-kita? Ya buat cari jodoh, tho!

Dulu ada kegiatan khas anak muda jomblo yang sok keren. Beli iPod shuffle, kemudian diisi dengan lagu-lagu paling hits di jamannya, dari yang shoegaze, post rock sampai twee pop yang ceria. Pokoknya makin aneh lagunya, makin keren. Jangan sampai keliru masukin lagu Agnez Monica, bisa jatuh pasaran nanti.

Setelah itu, putar lagu-lagu tersebut di iPod, non stop. Selama seminggu full. Sesudah itu, segera ke warnet, log in ke last.fm, dan biarkan sihir musik bekerja. Dalam sekejap, kita jadi manusia paling keren sejagat. Mendengarkan lagu-lagu yahud (walaupun tampang ga yahud-yahud amat), membuat kepedean berlipat ganda. Dengan enteng colak-colek lawan jenis (colek-colek dunia maya tentunya), dengan percakapan standar semacam “Hai, keren juga library mu, udah denger ini belum (sebut nama band yang sangat segmented)”.

Oke. Cukup sudah cerita soal masa lalu perilaku bersosial media semi biro jodoh yang menggelikan ini. Sekarang jaman sudah bergerak sangat maju. Sekarang saatnya Spotify, kata orang-orang di twitter.

Yak, setelah ditunggu-tunggu lama, akhirnya Spotify datang juga ke Indonesia. Menyusul Deezer yang lebih dulu eksis. Keduanya jelas bukan karya anak bangsa, tapi siapa juga yang peduli. Yang penting persediaan lagunya banyak, dan biaya langganannya murah! Berita launchingnya Spotify Indonesia kemarin juga memicu beberapa geek luar negeri untuk nekat mendaftar dengan VPN Indonesia, demi mendapat biaya langganan yang murah.

Yang masih menyebalkan paling cuma soal kuota internet kita yang kebanyakan masih mahal dan terbatas. Perubahan teknologi begitu maju, perilaku penyedia konten semakin mengarah kepada streaming-streaming audio video, tapi jasa operator seluler masih saja kayak asu.

Bagaimana mau Spotify-an kalau kuota internet cuma dua giga.

Operator seluler itu benar-benar tidak mau mengerti penderitaan para jomblo pengais opportunity. Padahal platform keren seperti Spotify ini kan juga mengizinkan perilaku yang sama seperti jaman last.fm, bisa stalking playlist gebetan, membuka peluang percakapan berbobot nan berbudaya tentang khazanah permusikan yang ajib benar. Tidak peduli berada di sudut Beringharjo ataupun di Pasar Santa, selama musik dengeran kita sama kerennya, barangkali kan kita berjodoh.

Kalau kata Jamie Cullum sih, Playlist, kumpulan lelaguan, mixtape, itu Blueprint of my soul lah. Kesamaan selera musik bisa jadi pengantar nyepik yang baik, yang dapat memicu percakapan-percakapan lain yang jika beruntung, makin akrab dan intim.

Kayak di film Begin Again itu lho, Mark Ruffalo dengerin lagu pakai hape yang earphone nya di split sama gebetannya. Dua bulan setelahnya, mereka menikah. Sweet sekali bukan. Itulah kisah cinta yang ideal, alias cuma ada di tataran ide belaka 😛

Namun apalah arti segala kesempatan dan peluang itu di tangan para penyedia layanan internet yang tidak peduli. Kasihan benar nasib para jomblo di era digital yang serba streaming ini, mau numpang keren ber-Spotify ria biar kekinian, masak harus numpang cari wifi dulu. Cih, apa bedanya itu dengan para kaum tua kita dulu yang demi mendapat berita mesti berduyun-duyun ke kelurahan buat numpang nonton TV atau sekadar baca koran.

Tapi demi apapun, di jaman apapun, hidup kaum Jomblo memang susah sih. Kecuali jaman Koes Plus barangkali, yang dengan sengaknya bisa bernyanyi Bujangan, “Hati senang walaupun tak punya uang…”

Terakhir diperbarui pada 23 Juni 2017 oleh

Tags: jombloMusikspotify
Gin Seladipura

Gin Seladipura

Artikel Terkait

down for life.MOJOK.CO
Panggung

“Wall of Love”, Merayakan Lebaran Metal dengan Berpelukan di Tengah Moshpit Down For Life

25 November 2025
pabrik semen, pracimantoro, wonogiri.MOJOK.CO
Aktual

Dari Panggung Rock in Solo untuk Pegunungan Sewu: Suara Musik Keras Menolak Pabrik Semen Pracimantoro

4 November 2025
captain jack.MOJOK.CO
Panggung

Captain Jack: Antara Debu, Air Mata, dan Anthem Masa Muda

19 September 2025
Feast Menuju Realitas Paling Dekat Bersama Nina MOJOK.CO
Esai

Lagu Nina Feast Menjadi Hal Paling Magis dari Brengseknya Masa Depan yang Absurd

8 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.