Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

PUNGLI: Sisi Gelap Sumatera Utara yang Membuat Saya Lebih Nyaman Wisata ke Pulau Jawa

Malu rasanya jika keindahan alam di Sumatera Utara dikenal justru tercoreng pungli yang merajalela dan turis pindah ke Pulau Jawa. Sudah sepantasnya wisata daerah bangkit dan dikenal oleh masyarakat luas.

Nur Mar Atushsholihah Siregar oleh Nur Mar Atushsholihah Siregar
4 September 2023
A A
Pulau Jawa Lebih Aman dan Nyaman Ketimbang Sumatera Utara MOJOK.CO

Ilustrasi Pulau Jawa Lebih Aman dan Nyaman Ketimbang Sumatera Utara. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pungli yang saya rasakan saat wisata di Sumatera Utara

Ada banyak “teknik pungli” yang ada di Sumatera Utara. Salah satunya, ketika kamu sedang wisata ke daerah tertentu, ada saja “oknum” yang muncul entah dari mana. Mereka menyuruh kamu berhenti lalu meminta sejumlah uang. Masalahnya, mereka ada banyak dan berada di titik yang berbeda. Jadi, bisa saja kamu sampai 3 atau 4 kali ketemu pungli seperti ini. 

Alasan mereka nggak kalah kreatif. Misalnya untuk kebersihan, keamanan, uang masuk, dan sebagainya. Miris sekali karena hal ini yang membuat saya malas untuk berwisata di tanah kelahiran sendiri dan memilih melancong jauh ke Pulau Jawa. Belum lagi gaya mereka saat meminta uang yang lebih mirip seperti preman, daripada petugas resmi.

Beberapa tahun yang lalu saya memutuskan kalau liburan ke Pulau Jawa saja. Keputusan itu saya ambil setelah sering kena palak oleh pemuda setempat saat berwisata ke Tapanuli Selatan.

Setiap berjalan beberapa langkah ada tiket yang harus dibayar

Saya dan keluarga mengalami pungli ketika wisata ke Aek Sijorni, yang berada di Kecamatan Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kami hendak bersenang-senang menikmati pemandangan alam. Mengawali dengan memarkir mobil di area bawah, kemudian kami semua berjalan ke atas.

Sebelum berjalan lebih jauh, kami membayar sejumlah uang di pintu masuk. Saat itu, kami merasa sudah membayar untuk semua tiket masuk. Ternyata, baru berjalan beberapa meter, ada lagi oknum yang meminta uang masuk. Begitu seterusnya hingga 4 atau 5 kali. Setelah itu, kami memutuskan untuk berhenti dan memilih pulang.

Kami sangat menyayangkan karena oknum seperti ini merusak citra masyarakat sekitar. Sangat mungkin pelancong berpikir bahwa oknum-oknum ini pasti penduduk sekitar tempat wisata di Sumatera Utara. Padahal, ya belum tentu. Hal-hal seperti ini yang membuat kami lebih memilih Pulau Jawa sebagai destinasi wisata.

Yah, seandainya saja pemerintah setempat mau mendengar banyak keluhan dari pelancong yang sering menjadi korban pungli. Tapi, sepertinya ini adalah rahasia umum yang sangat sulit sekali untuk diberantas.

Mau healing tapi malah berakhir jadi pusing, ke Pulau Jawa saja

Niatnya healing, eh malah jadi pusing. Niatnya mau wisata dan bersenang-senang, kita malah harus adu mulut dengan oknum pungli di sana. Kalau kamu iseng menanyakan kejelasan dari uang yang mereka minta, eh mereka malah naik darah. 

Mereka suka sekali meninggikan suara ketika ditanya mengapa banyak sekali pungutannya. Daripada berakhir dengan berkelahi tentu kebanyakan orang memilih untuk diam saja dan membayar sejumlah uang tersebut.

Apalagi jika sudah jauh-jauh berangkat dari Kota Medan menuju lokasi wisata. Tentu sayang kalau harus pulang begitu saja. Kebanyakan tempat wisata di Sumatera Utara memang terletak di beberapa daerah sekitarnya. Dan biasanya membutuhkan waktu berjam-jam perjalanan dari pusat kota menuju ke sana. Hal inilah yang membuat Pulau Jawa menjadi lebih menarik.

Namun sayangnya, bukannya bahagia, malah hanya akan berakhir kecewa. Ini seperti budaya yang akan sulit untuk dihilangkan, keserakahan ini jadi ciri rendahnya SDM di beberapa tempat. Bagaimana mau promosi wisata kalau masyarakatnya sendiri bikin citra buruk daerahnya?

Membandingkan dengan wisata pantai di Gunungkidul yang murah meriah

Tepat sebelum pandemi melanda, saya sempat mengunjungi Pulau Jawa, tepatnya di DIY dan Gunungkidul. Tentu deretan pantai di sana selalu menjadi primadona. Oleh karena itu, saya nggak mau ketinggalan untuk bisa menikmati wisata alamnya. Saya sebagai orang daerah yang sering terkena pungli tentu kaget bukan main.

Sesampainya di sana, hanya ada satu pos jaga yang mengharuskan saya membayar uang masuk sebesar Rp10 ribu. Awalnya saya skeptis, karena saya kira bakalan ada beberapa pintu lain di depan nanti. Tapi ternyata tidak, sungguh ekspektasi saya terbanting begitu hebatnya. Dengan uang semurah itu saya bisa menikmati banyak pantai di Gunungkidul.

Saya pun memutuskan untuk mengunjungi Pantai Pok Tunggal. Dan di sana saya cukup membayar parkir motor saja tanpa biaya masuk lainnya. Sungguh di luar nalar, karena saya seperti tertampar dengan realita. Bahwa orang Gunungkidul punya pantai sebanyak dan sebagus ini tapi mereka gak serakah.

Iklan

Begitupun ketika saya pergi ke Pantai Jetis di Purworejo. Masih di Pulau Jawa. Saya hanya membayar parkir motor saja tanpa ada uang masuk dan sebagainya. Sudah bisa main-main air, pantai bersih, juga terasa sekali kearifan lokal di sana. Saya bisa mengatakan bahwa saya lebih nyaman dan tertarik untuk mengeksplorasi lebih banyak tempat wisata di Pulau Jawa.

Siapa yang harus mulai berbenah?

Malu rasanya jika keindahan alam di Sumatera Utara dikenal justru tercoreng pungli yang merajalela dan turis pindah ke Pulau Jawa. Sudah sepantasnya wisata daerah bangkit dan dikenal oleh masyarakat luas. Bukan hanya mengandalkan turis lokal saja, alangkah senangnya jika bisa dikenal hingga mancanegara.

Tapi sayangnya, sebagai masyarakat kecil, saya bisa apa?

Penulis: Nur Mar Atushsholihah Siregar

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 3 Salah Paham terkait Sumatera Utara yang Perlu Diluruskan dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 4 September 2023 oleh

Tags: danau tobaDIYgunungkidulmedanpantai gunungkidulpulau jawasumatera utara
Nur Mar Atushsholihah Siregar

Nur Mar Atushsholihah Siregar

Hamba Allah. Tinggal di Sumatera Utara.

Artikel Terkait

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO
Ragam

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO
Aktual

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Pengalaman 22 Jam Naik Kereta Api Membelah Pulau Jawa MOJOK.CO
Otomojok

Pengalaman Dianggap Nekat dan Gila ketika Menempuh Nyaris 22 Jam Naik Kereta Api dari Ujung Barat Pulau Jawa Sampai ke Ujung Paling Timur

24 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.