Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Poetra dan Mak Ri

Nuran Wibisono oleh Nuran Wibisono
27 Agustus 2014
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Mungkin tak banyak kantor yang mempunyai office boy (OB) dengan kemampuan komplit seperti OB di kantor saya. Namanya Poetra Siregar. Badannya tinggi. Gempal. Dari namanya, kelihatan kalau ia orang Batak.

Poetra masuk di kantor saya pada pertengahan bulan Maret. Ia adalah mantan sous chef di sebuah restoran terbesar di Sarawak, Malaysia. Jabatan sous chef ini sangat vital di dapur. Ia adalah asisten chef yang bertugas menangani segala pesanan. Mulai memasak. Menata hidangan. Hingga memastikan semua rasa sesuai standar restoran. Karena pengalaman kerja mentereng itu, Poetra diterima dengan senang hati. Keputusan itu tak salah.

Poetra memang lihai di dapur. Cekatan menggoyang wajan. Resep masakan, ia hafal di luar kepala. Kalau membuat mie instan, ia tak mau mengikuti cara standar. Ia akan mengolahnya lagi. Ditambah dengan aneka bawang-bawangan, cabai, ditambah ini dan itu.

“Ini mie goreng terenak yang pernah gue makan,” kata salah satu staf redaksi saat pertama kali mencicipi mie goreng buatan Poetra.

Tapi puncak popularitas Poetra adalah saat pemimpin redaksi kami berulang tahun. Dengan modal minimalis, ia bisa memasak mewah ala restoran untuk perayaan ulang tahun sang pemred. Mulai dari gulai kambing, aneka masakan sea food, sampai gurami asam manis. Luar biasa.

Selain punya kemampuan memasak, Poetra memang pekerja keras nan rajin. Ia, yang tinggal di kantor, selalu bangun subuh saat matahari bahkan belum muncul. Ia menyapu. Mengepel. Setelahnya, baru ia merokok dengan tenang sembari menunggu para karyawan datang.

Siang menjelang, Poetra rajin menanyakan orang-orang kantor: mau minum apa? Kalau ada keperluan kantor, ia bisa dengan cepat pergi dengan mobil. Maklum, selain pernah jadi asisten chef, Poetra juga pernah jadi supir di sebuah perusahaan.

Poetra juga rajin cuci piring. Nyaris tak pernah ada tumpukan piring atau gelas kotor. “Bedanya pas aku jadi asisten chef, selepas masak aku langsung naruh aja cucian. Ada yang nyuci. Kalau di sini, aku masak, ya aku juga yang nyuci,” katanya cengengesan suatu ketika.

Singkat kata, Poetra adalah asisten rumah tangga serba bisa. Dan tak semua kantor bisa seberuntung kantor kami.

Kantor istri saya, sebuah perusahaan IT di bilangan Kuningan, punya OB yang bisa dibilang pemalas. Kalau disuruh biasanya mukanya tertekuk. Tak ada inisiatif menanyakan mau minum apa. Selain itu, orang-orang di sana juga agak was-was menaruh barang di kantor.

Pasalnya, sudah beberapa kali kejadian barang hilang. Waktu bertanya pada OB, mereka dengan enteng menjawab, “Oh iya, itu saya bawa ke rumah. Besok deh saya bawakan.” Gawat benar kan?

Berbicara mengenai OB dan asisten rumah tangga, sebenarnya berbicara tentang hubungan yang saling membutuhkan. Siapa bilang hanya asisten rumah tangga yang membutuhkan majikan? Para keluarga itu juga membutuhkan asisten rumah tangga. Bahkan nyaris mengidap ketergantungan.

Tak percaya? Silakan tengok kala musim mudik lebaran. Keluarga yang punya asisten rumah tangga pasti kelimpungan karena asistennya pada pulang kampung. Aktivitas menguras tenaga macam cuci baju, piring dan gelas kotor; hingga menyapu dan mengepel, jadi harus dikerjakan sendiri.

Keluarga-keluarga dengan kemampuan ekonomi yang berlebih, bahkan lebih memilih untuk tinggal di hotel ketimbang hidup di rumah tanpa asisten rumah tangga.

Iklan

Soal asisten rumah tangga, keluarga saya punya seorang asisten rumah tangga abadi. Namanya Mak Ri. Sudah bekerja di keluarga kami sejak tahun 1987. Nyaris 27 tahun. Mak Ri bisa apa saja. Memasak. Mengepel. Cuci piring. Hingga memarahi saya dan abang waktu kami nakal berlebih. Waktu itu, di perumahan kami, tak ada asisten rumah tangga yang berani memukul anak majikan. Kecuali Mak Ri.

Perempuan asal Pasuruan ini tak segan memukul saya dan abang dengan penebah alias sapu lidi. Apalagi sewaktu kami pulang ke rumah dengan rambut merah terpanggang matahari selepas berenang di sungai. Dengan Bahasa Madura, Mak Ri akan mengomel sembari mencubit betis saya dan abang. Kami hanya bisa mengaduh-aduh sembari cengengesan.

Ayah dan ibu saya memang memberikan privilese pada Mak Ri untuk ikut mengasuh kami. Termasuk all stage back pass untuk memarahi dan menjewer. Selepas saya dan abang beranjak remaja, Mak Ri, lebih memberi perhatian kepada kedua adik perempuan saya. Sampai sekarang, adik perempuan saya yang ketiga, umurnya 24 tahun dan sudah bekerja, tak mau punya kamar sendiri dan memilih untuk tidur dengan Mak Ri.

Meski seringkali marah, Mak Ri menyayangi kami semua seperti cucunya sendiri. Ia tak segan membela kami kalau ayah dan ibu marah. Atau mengelus kepala adik perempuan saya kala ia sedang sedih.

Sudah nyaris satu dekade Mak Ri tak mau menerima gaji. Pasalnya, ia menganggap kalau ia tak bekerja di rumah kami. Melainkan jadi bagian dari keluarga. Karena itu ia merasa tak perlu gaji. Mak Ri sekarang sudah tua. Sudah sakit-sakitan. Karena itu, ibu saya tak membolehkan Mak Ri bekerja. Tapi dasar keras kepala, tetap saja ia ngotot cuci piring dan menyapu.

Lebih dari seperempat abad ia tinggal di rumah keluarga kami, membuat ia tak mau pulang ke kampung halamannya. Lagipula, ia beralasan, kalau ia tak punya keluarga lagi di sana. Mak Ri memang pernah menikah, kemudian cerai, tanpa anak.

“Kalau aku mati, aku mau mati di sini saja,” katanya suatu ketika.

Mengenal Mak Ri selama puluhan tahun, saya belajar banyak darinya mengenai kesetiaan. Mak Ri memang tipikal asisten rumah tangga idaman semua orang. Tak berbilang orang yang merayunya, mengiminginya dengan gaji berlipat ganda untuk pindah dari rumah kami. Tapi Mak Ri bergeming. Baginya, keluarga kami adalah keluarganya juga. Dan sebuah keluarga tak selayaknya saling membalikkan punggung.

Karena itu pula, saya membayangkan akan tersedu-sedan saat Mak Ri menghembuskan nafas terakhirnya kelak. Sembari membayangkan betapa nakalnya saya semasa kanak-kanak, dan tersenyum kala mengingat Mak Ri mengomel dengan bahasa Madura karena saya dan abang mencuri pisaunya untuk mencuri tebu.

Ah saya jadi rindu Mak Ri. Sehat terus ya…[]

Terakhir diperbarui pada 29 Juni 2017 oleh

Tags: office boypembantu
Nuran Wibisono

Nuran Wibisono

Suka menulis dan memasak. Bekerja di tirto.id.

Artikel Terkait

Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir.MOJOK.CO
Ragam

Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir

7 Mei 2024
Merekam Pengalaman dan Keluh Kesah PRT yang Bekerja Sejak Remaja. MOJOK.CO
Geliat Warga

Merekam Pengalaman dan Keluh Kesah PRT yang Bekerja Sejak Remaja

31 Maret 2023
Nostalgia Sitkom 'Office Boy' dan Mengingatl Betapa Menyebalkan Karakter Saschya mojok.co
Pojokan

Nostalgia Sitkom ‘Office Boy’ dan Mengingat Betapa Menyebalkan Karakter Saschya

13 Juni 2021
Esai

Bukan Cuma Tengku Zulkarnain Saja yang Suka Rendahkan Profesi Pembantu

13 Juli 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.