Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Misteri Dua Kucing Temperamen

Septradi Setiawan oleh Septradi Setiawan
9 Februari 2017
A A
Misteri Dua Kucing Temperamen

Misteri Dua Kucing Temperamen

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kamar saya adalah saksi bisu sebuah cerita penuh misteri. Cerita itu soal dua ekor kucing yang hampir tiap malam terlibat pertempuran.

Si kucing satu, sebut saja inisialnya WJK, dan kucing dua berinisial BRP, sama-sama dikenal memiliki karakter pemarah, temperamental, juga arogan. Hal itulah yang membuat warga di Sunter, Jakarta Utara, tempat selama setahun ini saya tidur dan rebah, resah dan gelisah.

Bukan apa-apa, kalau saya sih tidak masalah karena masih hidup sendokir alias dibebastugaskan dari cengkeraman buah cinta (boro-boro buah cinta, ibu negaranya aja pergi sama si Rangga). Setidaknya, ketika kucing terlibat adu mulut, saya masih bisa cuek sambil melanjutkan kegiatan lain seperti baca buku terbaik versi Arman Dhani. Tapi persoalannya, BRP dan WJK ini kadang membuat kesal para tetangga yang kebanyakan punya anak 1, 2, bahkan sampai 5.

Ambil contoh Bapak Iding. Tiap malam, anak pertamanya mewek-mewek kayak habis diputusin cinta dalam acara reality show putus yang pakai dikata-katain segala itu. Saking kesalnya, terkadang Iding melempari dua kucing itu dengan apa saja yang penting haram. Entah botol minuman berisi cairan spritus, kaleng cat bekas berisi minyak tanah, bahkan pernah juga dilempar pakai sempak bekas yang warnanya pudar plus bolong-bolong. Namun, semua upaya itu rupanya selalu berakhir dengan kesia-sian. WJK dan BRP tak pernah merasa takut apalagi kapok. Mereka kembali beradu mulut ketika Iding masuk rumah.

Hingga suatu hari, di siang yang terik, wajah Iding terlihat seperti putus asa. Ia seperti sedang mikir keras caranya agar si kucing minggat. Tak berapa lama ide pun muncul. Iding menyiapkan karung dan meminta bantuan sobatnya untuk melakukan penangkapan. Rencana pun dibuat taktis. Yaitu dengan cara mengepung kucing lalu memasukannya ke dalam karung, setelah itu membuangnya ke kampung paling ujung.

Awalnya usaha mereka berjalan dengan mulus. Iding menangkap satu kucing hanya berbekal jaring. Sementara sobatnya menangkap dengan kedua tangan kosong. Demikian juga dengan proses pembuangan. Mereka berhasil menyingkirkan kucing ke kampung seberang. Usai dibuang, Iding pulang dengan mulut sedikit nyengir-nyengir. Sang anak tentu saja langsung diberi tahu jika kucing sudah dibuang. Ia memastikan besok hari takkan ada lagi kegaduhan kucing-kucing bedebah itu.

Namun, tak disangka tak dinyana seperti Rangga yang datang tepat saat purnama, beberapa hari kemudian kedua kucing itu kembali pulang. Dengan kepala tegak seperti tanpa dosa, mulutnya mengeong sembari saling menatap marah. Keduanya seperti memberi pesan agar pertikaian di antara keduanya tak dipisahkan.

Melihat hal itu, Iding tentu saja kaget sekaligus kesal bukan kepalang. Tanpa basa-basi kemudian dia mengambil ketapel berikut gundu milik anaknya yang kedua. Dengan kekeran mata jereng, kaki Iding memberi aba-aba untuk mulai melepaskan tembakan. Namun si kucing sadar, lantas mereka bersembunyi di balik dinding. Tapi wajahnya tak tampak tegang, mereka justru kelihatan santai.

Cetar … cantik … contreng …. Beberapa kali tembakan Iding mengenai bagian punggung dan kaki si kucing hingga mengeong keras. Tapi, tidak dengan tembakan berikutnya. Begitu tembak, meleset … tembak, meleset … tembak, meleset.

Dengan wajah yang tampak capek, kekesalan Iding tiba-tiba mereda. Sebab dia mulai kebingungan dan tak tahu harus berbuat apa lagi. Namun, di saat-saat kebingungan itulah sobatnya mengarahkan untuk pergi ke seorang pawang binatang. Tak berpikir lama, dia menganggukan kepala sambil berkata: “Iya, saya akan pergi.”

Esok harinya, ambisi melenyapkan kucing sudah dipikir bulat, kali ini Iding dan si pawang bertemu. Dia meminta agar si kucing ditangkap dan setelah itu dibunuh. Si pawang tentu saja bertanya.

“Kucing kok dibunuh?” pawang memulai percakapan.

“Iya, Pak, habis tiap hari binatang jalang itu berantem terus, bikin pusing, juga bikin anak saya nangis.”

“Kok bisa?”

Iklan

“Bisa, lah. Anak saya kan masih kecil. Dia punya ketakutan sama suara kucing.”

“Emangnya kucing jenis apa?”

“Tidak tahu.”

“Loh?”

“Saya memang tidak tahu.”

“Kamu gimana sih, masa jenisnya saja tidak tahu.”

“Tinggal bunuh saja, ribet banget sih, Pak,” Iding mulai kesal.

“Ya gimana, saya kan harus memahami dulu karakter binatangnya!”

“Tapi, paling tidak Bapak kan pawang yang sudah tentu punya pengetahuan binatang.”

“Ya sudah, jelaskan ciri-cirinya.”

“Pokoknya badannya agak besar, yang satu warnanya kuning dan yang satunya lagi badannya hitam, tapi buntutnya putih. Matanya melotot, kumisnya rada panjang, kukunya tajam, dan bulunya tebal. Kalau malam mereka pasti berantem, kadang saya siram pakai air, kadang-kadang pake spritus, pernah suatu hari saya buang tapi mereka balik lagi dan berantem lagi. Saking kesalnya saya juga pernah tembak pakai ketapel sampai pincang. Anehnya setelah saya masuk rumah, binatang itu berantem lagi seperti tak ada kapoknya. Sekarang saya mau bapak tangkap lalu bunuh saja itu kucing, saya mohon, Pak.”

Mendengar penjelasan itu, si pawang langsung berpikir, ia terdiam seperti sedang menerawang sesuatu. Sementara Iding memperhatikannya secara serius.

Sekitar lima menit berlalu, si pawang membuka kembali pertanyaan.

“Ada sedikit borok di bagian punggung kucing yang warna kuning, ya?”

“Iya, Pak.”

“Yang hitam borok di bagian kuping?”

“Iya benar.”

“Yang satu buntutnya lurus dan yang satunya lagi melingkar?”

“Iya benar, Pak. Kalau begitu kapan mau ditangkap?”

Namun, betapa kagetnya Iding ketika si pawang memberi jawaban mengejutkan.

“Eh, bahlul, itu kucing gue yang sebulan lalu ilang, elu mau bunuh kucing gue berarti elu berantem sama gue. Muke gile madikipe lu pake dilempar spirtus segala. Itu kucing kesayangan anak gue. Sekarang pegi lu dari sini dan bawa tuh kucing kemari, kalau enggak elu yang gue bunuh!”

Mendengar jawaban itu, Iding kaget. Ia terus menerus menunduk tanpa berani menatap wajah si pawang. Perlahan dia pergi karena merasa takut oleh gagang golok yang terlihat menonjol di bagian pinggang.

Sejak itu ia menyadari, kucing adalah mahluk Tuhan yang paling disayang. Maka, hari-hari Iding berikutnya dipersembahkan untuk mengurus semua kucing dengan penuh kasih sayang.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: featuredkucing kelahi
Septradi Setiawan

Septradi Setiawan

Artikel Terkait

penyekapan karena kritik seragam mojok.co
Prejengan

Hari-Hari Seragam PNS Kementerian Keuangan

16 Mei 2017
Es Goreng Rasa Mellow van Yogyakarta
Smokol

Es Goreng Rasa Mellow van Yogyakarta

15 Mei 2017
Membubarkan NU Lebih Mudah daripada Membubarkan HTI
Status

Membubarkan NU Lebih Mudah daripada Membubarkan HTI

15 Mei 2017
Musique

Mixtape untuk Ahok

14 Mei 2017
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.