Karena Memberi Sumbangan di Jalan Raya adalah Amal yang Membahagiakan - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Karena Memberi Sumbangan di Jalan Raya adalah Amal yang Membahagiakan

Eni Siti Nurhayati oleh Eni Siti Nurhayati
16 Oktober 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Saya juga tidak menafikan diri bahwa saya sangat senang didoakan petugas sumbangan di jalan raya. Hahaha!

Seandainya diadakan polling di negara Indonesia—atau dibahas dalam rubrik Sensus di Mojok—mengenai siapa orang yang paling pelit, rasa-rasanya tentu saya akan mendapatkan nomor urut pertama! Apa pasal? Saya, terus terang saja, adalah orang yang paliiiing ogah jika dimintai sumbangan yang tidak jelas duduk perkaranya. Ya monmaap nih, tapi bagaimana saya mau sakkal-sakkal nyumbang kalau saya tahu dengan pasti bahwa dalam struk gaji bulanan saya saja sudah jelas tertera beberapa pasal yang disebut sebagai “sumbangan wajib” melalui agenda potong gaji?

Memang, apa saja, sih, “sumbangan wajib” itu? Mereka-mereka ini di antaranya adalah: Satu, sumbangan debagai donatur GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh); Dua, sumbangan untuk keperluan ZIS (Zakat, Infak, dan Sedakah); dan Tiga, dana sosial untuk lingkup intern lembaga dengan nominal yang sudah ditentukan, yaitu dua puluh ribu rupiah sekali kegiatan sosial. Keperluannya untuk apa? Ya untuk bermacam-macam agenda, seperti mengunjungi teman sakit, hajatan, dan lain sebagainya. Nah, jika dalam sebulan ada tiga kali kegiatan, ya tinggal mengalikan saja!

Sebagai informasi, sumbangan-sumbangan di atas belum semuanya. Kadang, malah ada pula tarikan sumbangan insidental alias biaya tak terduga, misalnya menyumbang untuk keperluan bantuan bencana alam. Menghadapi sumbangan semacam ini, biasanya saya mengambil dana dari amplop penyisihan gaji yang saya tandai sebagai keperluan sosial. Acapkali, pos ini juga saya pakai untuk mbecek atau buwuh (kondangan).

Selain itu? No, thanks!

Baca Juga:

Misteri Nyanyian Merdu di Gua Maria Tritis

Tak Rela Terima Sedekah karena Tak Mau Lihat Orang Lain Lebih Mulia

Kok Ada Ayat Jangan Mati kecuali dalam Keadaan Muslim? Lah Kan Mati Bukan Kita yang Ngatur?

Saya ini bahkan terkenal paling dingin jika ada orang datang ke rumah membawa map dan meminta sumbangan amal. Ada yang bilang dananya akan dipakai untuk pembangunan inilah, derma itulah, kegiatan sosial di lokasi antah berantahlah, blablabla. Tanpa banyak babibu, dengan tegas saya akan menolaknya. Satu alasan jujur yang juga bukan pembohongan publik adalah: saya ini sudah ditarik sumbangan di tempat kerja, loh!

Saya juga selalu menutup mata dan telinga tiap kali ada pengamen dan pengemis datang ke rumah. Biasanya, jika terdengar genjrang-genjreng di teras, saya akan mengeluarkan kalimat klasik, “Prei, Mas!” Hehehe. Bahkan, pengemis pun akan berputar haluan 180 derajat jika saat mau masuk ke halaman, pintu depan saya tutup perlahan.

Eh tapi, mosok saya se-nyambah (pahit bin medit) itu? Beneran?

Yaaah, sebenernya sih tidak juga. Sebuah anomali bisa saja terjadi, apalagi tiap kali saya bertemu pos amal jariyah alias petugas sumbangan di jalan raya!

*jeng jeng jeng*

Sekiranya teman-teman masuk wilayah Jawa Timur, terus ke arah timur, di antaranya melewati kota Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, hingga Jember, tentu tidak akan asing dengan pemandangan kegiatan penarikan amal di sepanjang jalan raya. Dari rumah hingga tempat kerja saya yang berjarak 5 km, saya bersua dengan lima pos penarikan amal! Kebetulan, kelima-limanya dikhususkan untuk penggalangan dana pembangunan masjid yang lokasinya berdekatan dengan tempat penarikan.

Terus, apa yang menarik dari kegiatan tersebut? Pembaca tak akan bisa merasakan sensasinya sebelum benar-benar melewatinya. Sungguh! Saya selalu merasa bagai seorang artis, orang penting, atau si kaya raya yang sangat dimuliakan. Bahkan, saya juga didoakan dengan penuh rasa hormat. What? Chauvinis biaanget, sih?!

Jadi begini, loh, Saudara-saudara. Kita pasti sudah mafhum bahwa jarang-jarang kita bisa terkenal tanpa prestasi atau kelebihan di mata orang banyak, atau bahkan posisi penuh gengsi di tengah mesyarakat. Jangankan dikenal dan terkenal, lah wong orang yang mengenal kita pun belum tentu mau mendoakan kita tanpa sebab! Iya, kan?

Nah, posko-posko sumbangan di jalan raya itu berbeda, mylov. Mereka umumnya memasang loudspeaker besar sehingga saat ada orang beramal, orang-orang ini akan disambut dengan kalimat-kalimat mendoakan yang masih akan terdengar hingga berpuluh meter sesudahnya. Bahkan, beberapa istilah dalam bahasa Madura yang diucapkan pun membuat saya jatuh hati, misalnya: “Mator sakalangkong!” (terima kasih), “Mator kasoon!” (terima kasih), “Alhamdulillah pollee…” (alhamdulillah lagi), “Cemplungagi, cemplungagi…” (masukkan, masukkan), dengan nada panjang berirama. Enakkkk, gitu, di telinga!

Itu pun belum ditambah pemandangan yang menyejukkan. Si penerima amalnya bersarung, berbaju koko plus berkopyah, sopan dalam mengayunkan timba untuk dimasuki uang, plus berbonus senyum menawan. MC di pos pun tak kalah keren dengan tampilan serupa. Sungguh, tiada beban untuk beramal dengan jaminan doa yang bisa mendinginkan hati!

Kalimat doa yang hampir sama tiap hari ini pun berbaur antara bahasa Madura dan bahasa Jawa. Kurang lebih, isinya begini dalam Bahasa Indonesia.

“Terima kasih banyak untuk amalnya ibu berbaju merah dengan sepeda motor nopol 1234567, semoga dimudahkan rezekinya, dijaga keselamatannya, dilancarkan pekerjaannya, diberikan anak yang saleh dan salehah, dimasukkan surga, Jannatul Firdaus nantinya.”

Olala, adem!~

Ya, benar, benar: mending beramal sumbangan di jalan raya! Cukup ngasih uang sekadarnya, semampu  yang saya punya. Seribu, dua ribu, atau paling banyak lima ribu. Ikhlas jugakah? Pastinya! Apalagi, berbonus doa puuaanjang. Saya juga tidak menafikan diri bahwa saya sangat senang didoakan semacam itu. Hahaha! Benna ta lah diarani riya’ (biar saja disebut riya’)!

Ngomong-ngomong soal amal, saya jadi ingat seorang teman pernah bilang begini, “Surga yang akan kita tuju itu jauh dekatnya bergantung amal kita. Jika beramal dengan nominal kecil, ya nyampenya luuaaama. Andaikan menuju surga itu ada tangganya, paling-paling amal tersebut belum cukup untuk njangkah ke tangga berikutnya!”

Tapi, yaaa biarlah. Barangkali, kemampuan saya dalam beramal sukarela baru sebatas mencapai tangga terbawah dari surga. Bagi saya, doa-doa yang dilafalkan petugas sumbangan di jalan raya itu sudah lebih dari cukup mengawal ketenangan hati saya berangkat dan pulang kerja. Perkara jauh dekatnya surga, itu urusan Allah Sang Maha Pengasih.

Bahkan nih ya, ketika saya sempat jatuh dari sepeda motor berulang kali dengan beragam sebab, saya senantiasa bersyukur:

“Ya Allah, andai saya tidak rajin ngamal uang kecil di jalan, barangkali ‘kejatuhan’ saya dari sepeda motor bisa jadi lebih parah dari sekadar begini!”

Benar, kan? Alhamdulillah luka yang saya alami hanya sekadar lecet ataupun babras, meskipun jatuhnya akibat terserempet truk gandeng. Pun, laptop saya utuh meski terlempar ke badan jalan, sementara biaya perbaikan kendaraan pun juga tidak seberapa!

Barangkali juga, kemudahan mutasi kerja dari tempat kerja berjarak 65 km tiap kali PP menjadi hanya 5 km dalam tempo singkat, merupakan barokah doa dari petugas amal di jalan yang saya lewati beserta doa-doa lain dari orang-orang yang mencintai saya. Wallahu a’alam bisshowab.

Terakhir diperbarui pada 16 Oktober 2018 oleh

Tags: amal jariyahDoaposko amalSedekahsumbangan di jalan rayaZIS
Eni Siti Nurhayati

Eni Siti Nurhayati

Artikel Terkait

Gua Maria Tritis Gunungkidul

Misteri Nyanyian Merdu di Gua Maria Tritis

26 Maret 2022

Tak Rela Terima Sedekah karena Tak Mau Lihat Orang Lain Lebih Mulia

17 Desember 2021
Kok Ada Ayat Jangan Mati kecuali dalam Keadaan Muslim? Lah Kan Mati Bukan Kita yang Ngatur?

Kok Ada Ayat Jangan Mati kecuali dalam Keadaan Muslim? Lah Kan Mati Bukan Kita yang Ngatur?

5 November 2021
Noni Belanda Bunuh Diri di Dekat Gereja, Ketika Jalan Keselamatan yang Dirindukan Adalah Doa

Noni Belanda Bunuh Diri di Dekat Gereja, Ketika Jalan Keselamatan yang Dirindukan Adalah Doa

7 Oktober 2021
Bagaimana Hukum Sedekah ke Pengemis yang Pura-pura? MOJOK.CO

Bagaimana Hukum Sedekah ke Pengemis yang Pura-pura?

1 Oktober 2021
Beda dengan Zakat, Sedekah Adalah Amal yang Tak Mensyaratkan Islam

Beda dengan Zakat, Sedekah Adalah Amal yang Tak Mensyaratkan Islam

4 Juni 2021
Pos Selanjutnya
Tebak-tebakan tempe vs telur - movi

Tebak-tebakan Telur vs Tempe

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Peruntungan dan Semangat Tak Mau Kalah Pada Kupon Kuda Lari

Karena Memberi Sumbangan di Jalan Raya adalah Amal yang Membahagiakan

16 Oktober 2018
Lokasi 18 SPBU di Jogja untuk uji coba MyPertamina

Lokasi 18 SPBU di Jogja yang Jadi Tempat Uji Coba MyPertamina untuk Roda Empat

30 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
PPDB SMA/SMK DIY dan sekolah pinggiran kekurangan murid

PPDB SMA/SMK Ditutup, Sekolah Pinggiran di DIY Kekurangan Murid

30 Juni 2022

Terbaru

prambanan jazz mojok.co

Tentang ‘Golden Hour’, Waktu Tersyahdu Nonton Prambanan Jazz

3 Juli 2022
es doger balai yasa mojok.co

Kesegaran Es Doger Balai Yasa dan Kenangan tentang Lapas Cebongan

3 Juli 2022
Wasesa dari Dragon Ball dirikan Hobikoe jual beli barang antik di Indonesia

Berawal dari Dragon Ball, Wasesa Jual Beli 200 Ribu Barang Antik

3 Juli 2022
sai sapi jogja mojok.co

Sei Sapi, Saat Daging Asap NTT Beradaptasi dengan Lidah Jogja

2 Juli 2022
tyrell malacia mojok.co

Tyrell Malacia Resmi ke MU, Target Selanjutnya Lisandro Martinez

2 Juli 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In