MOJOK.CO – MasterChef Season 8 kali ini beneran kurang gayeng, ini pasti karena Chef Arnold kurang gimmick, nggak kayak season sebelumnya.
Chef Arnold ini benar-benar aset bagi stasiun televisi mana saja yang memakai jasanya. Kehadirannya, selalu disambut semringah dengan bukti rating-rating yang melambung tinggi bagi acara yang sedang ia hadiri.
MasterChef, bisa jadi bakal ketiban untung (lagi) lantaran kehadiran chef yang satu ini.
Polahnya, air muka, hingga gestur, selalu dinanti oleh para fansnya. Katanya, kefanatikan mereka setara dengan fans Oppa Nazar Kiyowo. Yah, walau nggak sefanatik fans sebuah ormas, sih.
Nggak percaya? Coba Anda bercuit “Chef Arnold overrated”, maka saya jamin akun Twitter Anda punya potensi viral dalam hitungan jam. Lha gimana, selain masak, chef yang satu ini juga hobi war di media sosial.
Di acara televisi pun serupa. Adegan-adegan lucu di acara televisi, kadang kala ditangkap oleh para fansnya. Dijadikan konten TikTok atau cuitan di Twitter, mendulang followers untuk mereka.
Edyaaan, chef yang satu ini memang bermanfaat bagi siapa saja, di segala medan. Baik untuk para kliennya, bahkan untuk para fansnya. Bisa dibilang, Chef Arnold = ketahanan konten. Termasuk konten ini, sih. Thx, Chef.
Tapi ya itu tadi, jangan membahas esensi, lantaran kehadiran Chef Arnold sekarang hanya untuk hiburan dan lucu-lucuan, bukan untuk memasak lagi.
Gini lho, fans MasterChef nonton itu untuk melihat gimmick Anda, Chef, sedang para pengikut di Twitter ya sekadar menikmati Anda war melawan—so called—haters. Kalau penikmat YouTube ya jelas menunggu Anda kolab dengan Coki-Muslim atau Willgoz.
Nonton YouTube untuk melihat Chef Arnold masak? Ah, nggak dulu deh.
Tapi kita harus mafhum kepada blio, namanya juga melebarkan sayap jenjang karier, selain bikin rumah makan dan brand miliknya laku dan—puji tuhan—laris manis, ya sesuai kata pepatah bahwa sekali mendayung, tiga empat cuan terlampaui.
Tapi kembali berbicara seputar MasterChef, ya, Chef Arnold, tapi kok ya gegap gempita ajang kontestasi memasak Season 8 ini agak singup dibandingkan ajang Season 7, ya, Chef? Maksud saya, trending di Twitter pun nggak semasif edisi Season 7.
Season 7 lho, Chef, tiap acara dimulai, satu renceng trending Twitter, isinya MasterChef semua. Nomer satu #MasterChefIndonesia, nomor dua Yuri MasterChef, hingga nomor tiga ya tentu saja Chef Arnold, lha wong Chef Juna dan Chef Renatta itu kurang atraktif soal mendulang trending.
Untung Chef Arnold nggak nyalahin algoritma Twitter, ya, Chef? Nanti jadinya seperti Skinnyindonesian24 yang melulu nyalahin algoritma Youtube terus izin mundur dari platform tersebut, eh, ndilalah malah bikin YouTube’s Got Talent yang isinya—katanya sih—satir kepada para artis yang masuk YouTube.
Trending Twitter juga jarang lho menampilkan nama-nama peserta MasterChef edisi tahun ini. Entah karena kurang memiliki karakter atau aktingnya kurang menjiwai ketimbang peserta-peserta tahun lalu.
Itu masalah trending Twitter. Sekarang perihal rating televisi. Terbaru, nih, Chef, MasterChef Indonesia menempati peringkat 4 pada penayangan Sabtu (19/6) dan peringkat 3 pada penayangan Minggu (20/6).
Bagus? Yo juelaaaas. Untuk ukuran sebuah acara televisi non-gosip dan non-Mbak Andin, masuk peringkat 10 besar itu sudah bagus sekali, tapi…
…kalau ini membicarakan MasterChef, mosok ya puas hanya ada di posisi tiga?
Sekali lagi, ini MasterChef lho. Acara berjam-jam mengalahkan durasi main bola, iklannya pating tlecek di sana-sini bahkan sampai close-up pantry, dan yang terpenting, ada sosok adiluhung mendulang rating macam Chef Arnold. Wah, ini sih hal ganjil kalau rating tidak nomor satu.
Ya, MasterChef Indonesia masih masuk episode awal-awal, sih, ya. Atau setidaknya, belum masuk bagian paling seru semisal datangnya Black Team atau menuju lima besar. Tapi saya punya beberapa indikasi perihal kurang gayengnya MasterChef edisi tahun ini.
Yak, benar, Chef Arnold belum mengeluarkan gimmick-gimmick andalannya.
Terbukti, MasterChef Indonesia Season 7 yang tayang pada Sabtu, 31 Oktober 2020 dan Minggu, 1 November 2020 ada di posisi dua, menempel Mbak Andin yang sibuk nangis di posisi satu.
MasterChef Season 7, episode lainnya pun kalau nggak posisi dua ya satu. Laris manis mendulang rating karena rambut tergerai Chef Juna? Atau senyum menawan Chef Renatta? Para Wota yang ngebet nonton Yuri eks-JKT48? Bukan, bukan. Bukan itu alasannya.
Kita harus sama-sama nrimo wes, Chef, bahwa penonton MasterChef Season 8 itu nggak menunggu Chef Arnold masak. Juga nggak nunggu para pesertanya. Yang masak biarkan Chef Juna dan Chef Renatta saja, sedang Chef Arnold cukup mengeluarkan gimmick-gimmick andalannya. Itu dia, Chef.
Pada edisi MasterChef Indonesia sebelumnya, aksi Chef Arnold selalu jadi pusat perhatian. Entah mimik muka sampai tindakan, semua padu dan solid. Setelah Chef Arnold gimmick, saya saja jadi banjir bahan meme atau setidaknya ada saja bahan untuk ngguyu di forum Facebook atau sarang geger gedhen bernama Twitter.
Edisi kali ini, Chef Arnold jujur saja kurang memberikan gimmick yang memeable. Karena gimmick blio, lantas jadi konten di berbagai platform, semua yang skeptis kepada televisi jadi paham bahwa jebul ada hiburan yang mengasyikan di televisi, yakni melihat aksi seorang chef yang alih profesi jadi pengepul komedi.
Mereka yang betah nawar-nawar produk di marketplace Facebook, mereka yang hobi nge-spill di Twitter, mereka yang doyan goyang di TikTok, atau mereka yang sibuk ngobrolin gim di Discord, berkat meme Chef Arnold yang melalang buana ke berbagai platform media, jadi paham bahwa televisi masih ada secercah harapan walau yang dikagumi itu aksi kocak, buka aksi memasak.
Lha gimana ya, Chef, yang mereka tahu—orang-orang yang bacut skeptis kepada televisi—tentang acara televisi ya kalau nggak sinetron azab, Mas Al ngomong sok cool, kalau nggak ya FTV di luar nalar yang nantinya akan muncul klarifikasi dari penulisnya skenarionya dan langsung tayang di Mojok.co.
Sebagai pemulung meme di berbagai media cum masih menikmati televisi lantaran terpaksa, saya sih setuju sekali jika MasterChef diperbanyak gimmick dan hal-hal lucu misalnya seperti peserta yang saling teriak. Ya, walau akting mereka buruk dan terlalu textbook, tapi nggak masalah, lha gayeng jhe.
Pun dengan Chef Arnold. Jangan perbanyak segmen masak. Sudah, cukup gimmick-gimmick seperti usil kepada para peserta atau memanfaatkan properti di sekitar, kalau bisa, bagian masak-memasaknya diringkas saja. Cukup itu.
Acara masak, bumbunya drama, sambalnya Chef Juna, gulanya Chef Renata, dan topingnya Chef Arnold. Ah, mantap.
BACA JUGA Bukan Chef Juna, Bukan Chef Renata, Inilah Kunci MasterChef Indonesia dan tulisan Gusti Aditya lainnya.