MOJOK.CO – Mudik Lebaran tahun ini terasa aneh dan berbeda. Terlihat kelesuan di mana-mana. Kok bisa? Izinkan saya menceritakan pengalaman mudik saya.
Sudah 10 lamanya saya tinggal di Bogor. Setelah menikah dan punya anak, sejak 4 tahun terakhir, saya telah berganti KTP menjadi warga Bogor.
Sepuluh tahun, artinya 10 kali saya mudik Lebaran. Dan selama 9 kali mudik sebelumnya, saya merasakan vibes yang sama. Suasana Lebaran dan mudik yang teramat kental. Tapi mudik tahun ini, ada yang tidak biasa.
Bus yang kosong menjelang Lebaran
Saya berangkat pukul 07:00 WIB dari Cibungbulang, Bogor. Tidak perlu datang ke terminal, saya cukup menunggu bus dari Leuwiliang lewat di pinggir jalan. Menunggu setengah jam, bus yang saya tunggu akhirnya tiba.
Inilah keanehan yang pertama. Bus jurusan Leuwiliang-Tasik itu hanya terisi setengahnya. Padahal, 7 hari menjelang Lebaran, biasanya semua jok terisi penuh, dan saya pulang empat hari menjelang Lebaran. Masa di mana ramai-ramainya suasana mudik.
Bahkan, biasanya, ada penumpang yang harus gigit jari karena tidak kebagian kursi. Karena pengalaman buruk tidak kebagian kursi itulah saya memutuskan untuk mengamankan satu jok jauh-jauh hari sebelum mudik lewat aplikasi trayek Budiman. Kalau tahu bus akan kosong melompong, tak perlu saya pesan tiket di aplikasi.
Tidak ada kemacetan
Saat itu saya bertanya-tanya, kok bisa kosong melompong, ya? Sepanjang perjalanan juga, alhamdulillah, lancar terkendali. Tidak ada macet sama sekali. Padahal, di beberapa titik di luar tol biasanya terjadi macet parah, bahkan harus ada operasi buka tutup jalan.
Baca halaman selanjutnya: Tahun ini, Lebaran terasa aneh.