Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Mudik Lebaran 2025 Terasa Aneh dan Berbeda: Penumpang Bus Sepi Hingga Pedagang Asongan Menghilang

Husni Mubarok oleh Husni Mubarok
4 April 2025
A A
Lebaran 2025 Lebaran Paling Aneh 10 Tahun Terakhir MOJOK.CO

Ilustrasi Lebaran 2025 Lebaran Paling Aneh 10 Tahun Terakhir. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hilangnya pedagang asongan

Keanehan ketiga, sepanjang perjalanan, sedikit sekali para pedagang asongan yang lalu-lalang ke dalam bus, terutama di rest area dan terminal. Padahal, dalam pengalaman mudik Lebaran tahun-tahun sebelumnya, ada lusinan, bahkan puluhan, pedagang asongan yang keluar-masuk bus sebelum bus melanjutkan perjalanannya. 

Ada 3 rest Area yang biasa menjadi tempat singgah bus tersebut dan kondisinya biasanya selalu ramai oleh pedagang asongan yang bersipongang. Tapi kali ini sepi. 

Hanya ada 1 atau 2 pedagang yang tampak tidak bergairah menjajakan dagangannya. Apakah gairah para pedagang itu redup demi melihat penumpang yang hanya sedikit? Entahlah.

Ekonomi Indonesia semakin lemah jelang Lebaran

Dari sini saya membuat kesimpulan dini. Apakah ini bisa saja efek dari melemahnya perekonomian negara kita? Ah, saya tidak mau tergesa-gesa membuat sebuah kesimpulan. Untuk alasan itulah saya tetap menyimpan kesimpulan mentah itu di benak saya.

Tiba di Terminal Tasikmalaya pada pukul 13:00, saya harus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus jurusan Cikalong. Ini adalah tujuan akhir perjalanan saya. 

Saya memutuskan untuk menunggu di luar terminal saja. Sembari menunggu bus tiba, saya mendirikan salat jemaah qasar zuhur-ashar di musala. Lalu, setelah itu, saya melanjutkan penantian di pinggir jalan. 

Sayangnya, saya tidak menemukan bus mini itu muncul, baik dari dalam atau luar terminal. Pada akhirnya, karena bosan, saya memutuskan ikut mengisi daya ponsel di sebuah warung mie ayam. 

Di situ saya harus menunggu bus sampai waktu Asar tiba. Tiga jam! Padahal, biasanya bus Cikalong itu akan datang dalam jarak kurang lebih 1 jam sekali. 

Lalu saya tanya ke ibu pemilik warung mie ayam: “Biasanya memang seperti ini, Bu?” Si ibu tahu saya hendak ke Cikalong karena sempat bertanya sebelumnya.

“Biasanya satu jam sekali. Telat begini mungkin karena tidak ada muatan.” Begitulah jawaban yang saya terima dari Ibu pemilik warung mie ayam itu. 

Karena bosan menunggu, saya memutuskan menggunakan bus jurusan Cikatomas, kecamatan tetangga. Hanya, nanti dari tujuan akhir perlu melanjutkan dengan motor sejauh 20 kilometer. Beruntungnya, ada adik yang siap menjemput ke kecamatan tetangga.

Di bus Cikatomas saya juga melihat hanya ada 5 orang penumpang. Barangkali hal itulah yang menyebabkan wajah sang sopir berkaus logo dan slogan salah satu partai itu menekuk muka. Wajahnya terlihat masam. 

Tiga penumpang turun 1 jam kemudian, di daerah Jatiwaras dan Salopa. Hanya ada 2 penumpang yang tersisa sampai tujuan akhir, Pasar Cikatomas, saya dan ibu paruh baya.

Lebaran yang sepi

Dua hari setelahnya, di rumah penuh kenangan, sembari menunggu waktu azan Magrib tiba, saya membaca berita bahwa arus mudik tahun ini turun sebanyak 24%. Melemahnya kondisi ekonomi menjadi penyebabnya.

Iklan

Saat ini, terjadi banyak PHK, orang kehilangan mata pencaharian dan menurunnya angka golongan ekonomi menengah. Orang-orang lebih memilih untuk tidak mudik karena 2 hal. Pertama, karena tidak ada uang. Kedua, ada uang tapi, mengalokasikan uang itu untuk kebutuhan yang lain alih-alih mudik Lebaran. Entah untuk konsumsi sehari-hari atau untuk biaya masuk sekolah anak-anaknya. 

Lalu beberapa hari setelahnya, seorang anggota dewan dengan bangga mengatakan bahwa mudik tahun ini adalah mudik paling lancar sejak 2000. Sang anggota dewan berasumsi, “lancarnya” arus mudik tahun ini tak lepas dari kinerja mereka dan polisi dalam mengatur arus mudik. 

Mungkin anggota dewan kita yang terhormat tidak mengetahui fakta bahwa pemudik turun drastis sebanyak 24% imbas dari kondisi ekonomi yang carut marut. Tidak mengetahui atau pura-pura tidak tahu? Entahlah.

Penulis: Husni Mubarok

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Hidup di Indonesia Hari Ini: Makan Siang dengan Kabar Buruk, Makan Malam dengan Kecemasan dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 4 April 2025 oleh

Tags: Arus Mudikbogorkrisis ekonomiLebaranlebaran 2025lebaran di bogormudik lebaranPHK
Husni Mubarok

Husni Mubarok

Seorang bibliofilia akut yang mencoba eksis lewat dunia aksara.

Artikel Terkait

anak muda.MOJOK.CO
Mendalam

Anak Muda Tidak Lemah, Masa Depan yang Tak Terlalu Ramah

20 November 2025
nelangsa korban PHK Michelin dan Blibli. MOJOK.CO
Ragam

Ekonomi Masyarakat Belum Pulih Sejak Pandemi Covid, Kini Makin Menderita karena PHK di “Negeri Konoha”

5 November 2025
Realitas pekerja swasta di Jogja: sudah gaji kecil, resign kena denda, bertahan malah kena PHK tanpa pesangon MOJOK.CO
Ragam

Risiko Dobel-dobel Jadi Pekerja Swasta di Jogja: Gaji Kecil untuk Kerjaan Nggak Ngotak, Resign Kena Denda kalau Bertahan Malah Di-PHK

14 Oktober 2025
Kelangkaan BBM di SPBU Shell: bayang-bayang PHK bikin nelangsa pikirkan nasib ibu, berat pindah merek lain karena ragu MOJOK.CO
Aktual

Kondisi SPBU Shell bikin Nelangsa Pikirkan Nasib Ibu, Takut “Risiko” kalau Pindah Pertamina

18 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.