Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Kolom: Gerak Relatif (2)

Hasanudin Abdurakhman oleh Hasanudin Abdurakhman
7 Juni 2020
A A
Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan "Kemewahan" yang Tak Diberikan Sekolah Formal.MOJOK.CO

Ilustrasi Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan "Kemewahan" yang Tak Diberikan Sekolah Formal.MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kalau kita sedang duduk di sebuah mobil yang sedang melaju di jalan yang mulus, sensasi yang kita rasakan adalah kita tidak bergerak. Kita diam. Yang bergerak adalah benda-benda di sekitar kita, seperti pohon-pohon atau tiang-tiang listrik di pinggir jalan. Dari arah depan benda-benda itu bergerak mendekati kita, berpapasan, lalu menjauhi. Itu adalah contoh sederhana relativitas. Kita yang berada di dalam mobil dapat menganggap diri kita diam. Dalam bahasa fisika kita menjadikan mobil yang kita tumpangi sebagai kerangka acuan yang diam. Semua benda di dekat kita yang bergerak.

Bila ada mobil lain (mobil A) bergerak dengan kecepatan dan arah yang sama dengan kita, maka kita melihat bahwa mobil itu juga diam.

Kalau kita bergerak dengan kecepatan dengan kecepatan 60 km/jam, dan ada mobil lain (mobil B) yang bergerak dengan kecepatan 20 km/jam dengan arah yang sama, maka kita melihatnya sebagai benda yang bergerak dengan kecepatan 40 km/jam, mendekati kita kemudian menjauh. Mobil lain (mobil C) yang bergerak dengan kecepatan 40 km/jam berlawanan arah dengan kita tampak seperti sedang bergerak dengan kecepatan 100 km/jam, mendatangi lalu menjauhi kita.

Orang lain yang berdiri di pinggir jalan melihat kejadian yang kita alami sebagai kejadian yang berbeda. Bagi dia mobil A bergerak dengan kecepatan yang sama dan searah dengan kita. Dia melihat mobil kita bergerak dengan kecepatan 60 km/jam, dan mobil B searah dengan kita, dengan kecepatan 20 km/jam. Mobil C bagi dia bergerak dengan kecepatan 40 km/jam ke arah yang berlawanan dengan mobil kita. Bila kita berada di mobil melempar bola ke depan dengan kecepatan 20 km/jam maka kecepatan bola bagi kita adalah 20 km/jam. Tapi orang yang berdiri di pinggir jalan melihat bola tadi bergerak dengan kecepatan 80 km/jam.

Itulah yang disebut keadaan-keadaan relatif. Besar kecepatan benda-benda yang bergerak tidak mutlak, melainkan relatif, sesuai dengan posisi dan kecepatan pengamat. Tidak ada kerangka acuan absolut. Semua titik di alam semesta bisa dijadikan kerangka acuan. Dalam pengertian ini kita yang berada di mobil tadi bisa menganggap diri kita sedang diam, pohon-pohon dan tiang-tiang listrik, serta benda-benda lainlah yang bergerak.

Setiap hari kita melihat matahari terbit di timur, lalu meninggi, dan terus berjalan menuju ke barat lalu tenggelam. Orang zaman dulu mengira matahari itu bergerak mengitari kita. Karena itulah selama ribuan tahun orang mengira bumi merupakan pusat alam semesta. Pengalaman harian kita terhadap matahari itu tak berbeda dengan pengalaman kita melihat pohon-pohon yang berlari saat kita berkendara tadi.

Kalau kita berada dalam sebuah kendaraan tertutup yang sedang bergerak, kita tidak akan merasakan efek gerakan apa pun selama tidak ada perubahan kecepatan. Ini sesuai Hukum Newton I. Kita merasakan segala sesuatu di dalam ruangan kendaraan itu berperilaku sama seperti saat kita berada di rumah.

Hal yang kita saksikan itu bukan ilusi. Rumah kita seebnarnya juga bukan tempat yang diam. Rumah kita berada di permukaan bumi yang sedang bergerak mengitari matahari dengan kecepatan 107.000 km/jam atau sekitar 30 km/detik. Itu bukan kecepatan yang kecil nilainya dalam kehidupan kita sehari-hari. Itu belum seberapa. Bumi ini bersama matahari dan planet-planet lain di Tata Surya bergerak mengelilingi pusat Galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 828.000 km/jam, atau 230 km/detik.

Kenapa kita tidak merasakannya? Ada hukum fundamental fisika yang berlaku di situ. Bunyinya adalah setiap hukum fisika berlaku sama dalam sebuah kerangka inersial. Apa itu kerangka inersial? Yaitu kerangka yang diam atau sedang bergerak dengan kecepatan tetap. Kita bisa main pingpong dalam pesawat yang sedang terbang, dengan cara dan rasa yang sama dengan kita main ping pong di halaman rumah kita. Syaratnya tidak ada gaya yang bekerja pada pesawat itu. Kecepatannya tidak bertambah maupun berkurang, juga tidak ada guncangan apa pun.

Bila kita sadari bahwa Bumi ini bergerak, dan semua benda di alam semesta ini bergerak, maka kita menyadari sebuah prinsip penting dalam ilmu fisika, yaitu tidak ada sebuah kerangka acuan yang benar-benar diam. Tidak ada kerangka acuan yang diam absolut.

Karena tidak adanya kerangka acuan absolut, maka ketika kita mengatakan nilai kecepatan, kita sebenarnya sedang membandingkannya dengan kecepatan sesuatu yang lain, yang kita anggap diam. Di Bumi kita ukur kecepatan berdasarkan kerangka acuan bumi, yang kita anggap diam. Padahal Bumi tidak diam.

Ada cerita menarik yang ditulis oleh Stephen Hawking soal relativitas ini. Perumusnya adalah Isaac Newton. Tapi, kata Hawking, Newton tidak menyadari konsekuensi teori yang ia rumuskan. Newton tadinya percaya tentang adanya suatu kerangka absolut. Tapi justru rumusan yang ia buat meruntuhkan kepercayaan dia sendiri.

BACA JUGA Kecepatan dan Percepatan dan esai sains Hasanudin Abdurakhman lainnya di kolom TEMAN SEKELAS. 

Terakhir diperbarui pada 7 Juni 2020 oleh

Tags: gerak relatifmomen inersialrelativitasteman sekelas
Hasanudin Abdurakhman

Hasanudin Abdurakhman

Artikel Terkait

Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan "Kemewahan" yang Tak Diberikan Sekolah Formal.MOJOK.CO
Kolom

Kolom: Gerak Dua Dimensi

28 Juni 2020
Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan "Kemewahan" yang Tak Diberikan Sekolah Formal.MOJOK.CO
Kolom

Kolom: Gerak Jatuh dengan Gesekan

21 Juni 2020
Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan "Kemewahan" yang Tak Diberikan Sekolah Formal.MOJOK.CO
Kolom

Kolom: Gerak Jatuh Bebas

14 Juni 2020
Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan "Kemewahan" yang Tak Diberikan Sekolah Formal.MOJOK.CO
Kolom

Kolom: Kecepatan dan Percepatan

31 Mei 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.