Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Ketika Kucing Naik Haji dan Cerita dari Tanah Suci

Muhammad Zaid Sudi oleh Muhammad Zaid Sudi
1 September 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalau manusia naik haji itu hal biasa, tapi bagaimana kalau kucing? 

Selalu ada cerita unik, lucu, haru, dan heroik tentang ibadah haji. Salah satunya mungkin adalah kisah berikut ini.

Pada tahun 1813 seorang perempuan kaya di Alexandria, Mesir, meninggal dunia. Ia meninggalkan harta yang amat banyak. Sebelum mati, ia sempat menulis surat wasiat agar anak-anaknya dihajikan setiap tahun. Jumlah mereka tidak sedikit; 52. Yang disebut sebagai “anak-anak” oleh perempuan tersebut—menariknya—bukan manusia melainkan kucing.

Oleh karenanya, demi menunaikan wasiat ganjil tersebut, pada tahun itu seorang wanita penerima wasiat berangkat menuju Mekah mengendarai unta untuk membawa 52 ekor kucing. Bisa dibayangkan betapa ribetnya mengantarkan puluhan ekor kucing berhaji. Tidak ada cerita tentang kerumitan tersebut kecuali bahwa semua kucing kemudian kembali dengan selamat sambil menyandang gelar haji.

Ini bukan cerita fiktif. Pak Quraish Shihab pernah menukilnya dari harian al-Akhbar, Kairo, edisi 18 Maret 1959. Dan kini saya menukilkannya untuk Anda.

Mekah dan Madinah adalah tempat yang dirindukan oleh kaum muslim. Tidak kaya tidak miskin semua ingin ada hari dalam hidupnya mereka bisa menjejakkan kaki di Tanah Suci, menatap Kakbah secara langsung, mencium Hajar Aswad, meminum air zamzam, menziarahi pusara Nabi Muhammad SAW., serta mengunjungi situs-situs penting di tanah kelahiran Islam. Bahwa ada orang yang juga menginginkan binatang peliharaannya ikut merasakan kenikmatan yang sama, ini memang tidak biasa.

Apakah selepas haji kucing-kucing itu menjadi makin saleh? Kutipan Pak Quraish tidak menerangkan soal itu. Tapi setidaknya Mesir punya ceritanya yang lain—masih soal kucing juga.

Kabarnya, seekor kucing yang baru pulang haji mengikrarkan dirinya bertobat. Kepada para tetangga yang menyambut kepulangannya ia berjanji tak akan mengganggu mereka lagi. Ia juga berjanji tidak lagi memburu tikus. Semua lega dan bergembira. Sayangnya, semua itu tidak lama. Setelah para tikus memberanikan diri bergaul dengannya, si kucing kembali pada kelakuan lamanya.

Nah, kalau ini tampaknya fiksi. Kisah rekaan ini naga-naganya sengaja dibuat sebagai sindiran terhadap banyaknya orang yang pergi haji namun tingkah polah mereka tidak mencerminkan kualitas orang yang telah berhaji. Ritual-ritual haji seperti tidak memberikan bekas apa-apa dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.

Haji adalah ibadah yang berat. Sejak tahap mengumpulkan bekal, menunggu antrean, semuanya itu sebenarnya sudah termasuk jadi bagian dari melatih kesabaran. Bagi yang hidupnya tidak kaya, biaya besar itu harus dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya bisa dibayarkan. Bagi yang kaya sekalipun, mengeluarkan biaya besar untuk ibadah, sesuatu yang tidak menguntungkan secara finansial, juga butuh perjuangan.

Selama berhaji seseorang dilarang bermaksiat, berkata-kata jorok, bertengkar, dan mengumbar nafsunya. Di tengah cuaca yang terik, lautan manusia, dan ritual-ritual yang menguras energi dan emosi, larangan itu pasti tak mudah. Haji mendidik ego. Dalam pakaian ihram, semua embel-embel duniawi ditanggalkan. Egoisme dilepas makin jauh dalam upacara melempar jumrah.

Ibadah haji bisa juga menjadi semacam sekolah yang mengedukasi setiap muslim agar memiliki sikap terbuka dan berwawasan luas. Perjumpaan dengan saudara-saudara muslim dari berbagai penjuru dunia membuat seseorang mengalami dan menyaksikan bagaimana Islam dipraktikkan oleh beragam penganut aliran dan mazhab lain.

Kita yang sering cekcok karena hal-hal kecil, pada saat haji dibuka tempurungnya sehingga dapat melihat cakrawala yang lebih luas. Ini penting, sebab wawasan yang luas, konon (atau seharusnya?) bisa membentuk seseorang menjadi lebih arif dan bijak. Bukan malah sebaliknya, menjadikan diri kelewat fanatik pada satu pemikiran, lalu jadi terlalu sempit dan jadi tidak mau menerima segala macam perbedaan.

Di Indonesia antusiasme untuk berhaji begitu tinggi, sampai-sampai untuk bisa berangkat haji, seseorang harus rela menunggu antrean hingga 10 tahun lebih. Itu pun bagi yang sudah mendaftar, kalau belum tentu jauh lebih lama lagi. Artinya, potensi orang yang baik, yang lebih sabar, arif dan bijak makin banyak. Tidak seperti kucing yang tetap pada tabiat lamanya meski sudah berhaji.

Iklan

Karena itu, setiap kedatangan haji, kita menyambut dengan suka cita. Kita mengharapkan semoga segera diberi kesempatan yang sama dan keberkahan doa, selain tentu saja oleh-oleh dari Tanah Arab seperti air zamzam, kurma, tasbih, kayu siwak, kadal mesir, atau rumput fatimah. Tapi jika semua pernak-pernak haji itu boleh terlewat maka tidak demikian cerita selama berhaji.

Di Surabaya saya pernah mendengar cerita seorang nenek yang baru pulang naik haji. Ia bercerita tentang iklim religius di Kota Suci yang membuatnya takjub. Di mana-mana dan kapan saja yang ia lihat adalah suasana ibadah. Bahkan di semua gelombang di radio yang terdengar hanya orang-orang yang mengaji.

Terdorong oleh rasa sayang dan keinginan luhur agar cucunya di rumah bisa belajar ngaji setiap saat melalui radio, ia membeli satu buah sebagai hadiah istimewa. Setibanya di rumah, betapa kaget si nenek. Suara-suara orang mengaji di radio itu kini tak terdengar lagi. Bolak-baik ia memutar tunning. Nihil. Isi radio yang dibelinya kini tak ubahnya radio lama miliknya yang menyiarkan acara dangdut dari Suara Giri FM atau lawakan Wonokairun dari Radio Suzana.

Terakhir diperbarui pada 31 Agustus 2018 oleh

Tags: hajar aswadHajikakbahkucingmadinahmakammazhabMekahMuslimnaik hajiQuraish ShihabrasulullahSurabayatanah sucizamzam
Muhammad Zaid Sudi

Muhammad Zaid Sudi

Kadang penulis, kadang penerjemah, kadang guru ngaji. Tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Rela Patungan demi Ikut Kompetisi Futsal di Jogja, UBAYA Berikan Penampilan Terbaik meski Harus Menerima Kenyataan Pahit MOJOK.CO
Ragam

Rela Patungan demi Ikut Kompetisi Futsal di Jogja, UBAYA Berikan Penampilan Terbaik meski Harus Menerima Kenyataan Pahit

10 November 2025
Wisudawati jual harta berharga untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), sempat ditolak di PTN. MOJOK.CO
Kampus

Uang Habis untuk Biaya Pengobatan Ibu sampai Jual Harta Berharga agar Bisa Kuliah, Kini Jadi Wisudawati dengan Segudang Prestasi

27 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.