Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Siapkah Jika Suatu Saat Kita Sakit dalam Waktu yang Panjang?

Puthut EA oleh Puthut EA
21 Maret 2018
A A
KEPALA SUKU-MOJOK

KEPALA SUKU-MOJOK

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kematian hanya bisa direnungkan oleh mereka yang masih hidup. Demikian juga tentang meninggalnya Cak Rusdi Mathari belum lama ini.

Sebentar lagi usia saya 41 tahun. Sudah cukup panjang jalan hidup saya. Selama itu pula saya telah menyaksikan cukup banyak kematian, terutama yang melewati fase sakit panjang. Dari sekian banyak yang saya saksikan, hanya sedikit yang beruntung. Termasuk Cak Rusdi.

Kita semua bisa mengalami apa yang dialami Almarhum dengan berbagai variasi: sakit yang berbeda atau hal lain, misalnya trauma, depresi, dipecat, masuk tahanan entah karena apa, dan seterusnya.

Kalau kita mengalami itu, kehilangan seluruh kapasitas survival kita tersebut, pertanyaannya: daya dukung apa yang kita miliki? Dan seberapa panjang? Merenungkan hal ini mirip dengan ketika kita belajar ilmu sosial tentang masyarakat atau komunitas yang mengalami “syok” dan “krisis”.

Lumrahnya, yang pertama-tama akan mendukung kita adalah keluarga. Tapi, berapa lama dan seberapa kuat keluarga mampu menyangga kita? Istri atau suami kita, bapak atau ibu kita, juga anak kita, mereka semua butuh meneruskan hidup. Mereka bukan hanya butuh membiayai kita saat sakit, tapi juga membiayai diri mereka sendiri. Tetangga kita juga demikian. Teman-teman kita juga demikian.

Padahal sakit di Indonesia bukan perkara sederhana (termasuk apabila kita kehilangan pekerjaan, mengalami depresi, atau trauma). Tentu saja saya bersyukur karena pelayanan pemerintah kepada orang sakit saat ini jauh lebih baik. Tapi, kita tidak sedang membicarakan hal itu saja.

Ada satu titian di hidup kita, yang hanya dengan satu kedipan, kita yang semula menjadi tulang punggung kehidupan tiba-tiba berubah menjadi “beban”. Sakit, kena gempa, kecelakaan kendaraan, bahkan terpeleset kulit pisang pun dalam kondisi tertentu bisa langsung membuat kita lumpuh dan tak berdaya.

Cak Rusdi saya kira beruntung. Dia sempat berbulan-bulan dirawat di rumah sakit. Berbulan-bulan dirawat di rumah. Dan saya menyaksikan sendiri uluran tangan banyak pihak kepadanya. Termasuk yang luar biasa adalah mereka yang mendampingi proses itu. Untuk memudahkan, saya akan menyebutnya daya dukung sosial.

Pertanyaannya sederhana, dengan tidak bermaksud mensyukuri sakitnya, kenapa Cak Rusdi bisa cukup beruntung seperti itu? Apa yang dia lakukan dalam hidup sehingga daya dukung sosialnya sangat lentur dan liat? Setahun lebih dia sakit. Itu bukan waktu yang pendek.

Pertanyaan selanjutnya, orang-orang seperti apa yang mendapat daya dukung sosial selentur dan seliat Cak Rusdi? Mereka terkoneksi dengan cara apa? Apa cara pikir mereka atas hubungan antar-manusia?

Dan yang terakhir, apakah jika kita mengalami seperti Cak Rusdi (dengan segala variannya), kita cukup beruntung seperti Almarhum? Kalau tidak, apa yang perlu kita persiapkan? Apakah bisa dipersiapkan?

Saya tidak berhak menilai apakah Cak Rusdi orang yang baik kepada banyak orang. Bagi saya pribadi, Almarhum adalah orang baik. Tapi, saya menyaksikan sendiri betapa banyak orang yang mengulurkan tangan buat dia. Bahkan dari orang-orang yang pernah berseteru dengannya. Artinya, orang-orang yang berseberangan pemikiran dengan Almarhum pun, mereka menaruh hormat kepada Cak Rusdi.

Bagaimana seandainya kita yang mengalami hal itu? Cukupkah daya dukung sosial kita?

Alfatihah buat Almarhum dan mari kita berdoa buat diri kita semua supaya senantiasa sehat, rukun, dan saling memuliakan satu sama lain….

Terakhir diperbarui pada 22 Maret 2018 oleh

Tags: antisipasiasuransiDaya Dukung Sosialjaminan sosialKehilangan Pekerjaanrusdi matharisakit
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

lulus SMK kerja jadi pedagang burger keliling. MOJOK.CO
Ragam

Menepis Gengsi Jadi Pedagang Keliling usai Lulus SMK, meski Selalu Dihina yang Penting Bisa Bantu Ekonomi Keluarga

8 September 2025
bpjs kesehatan.MOJOK.CO
Ragam

Daftar 21 Penyakit yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan, Pasien Masih Sering Salah Mengira

15 Februari 2024
solusi masalah pinjol dengan pals sjk - putcast mojok
Video

Punya Masalah dengan Pinjol, Bank, dan Asuransi Ternyata Tak Perlu Datang ke Pengadilan

12 September 2023
Pesan dari Nenek Tua 81 Tahun Asal Gunungkidul yang Tidak Pernah Sakit
Kilas

Pesan dari Nenek 81 Tahun Asal Gunungkidul yang Tidak Pernah Sakit

5 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.