Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Orang-orang Mulai Kehilangan Pekerjaan

Puthut EA oleh Puthut EA
2 April 2020
A A
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setelah kesehatan, kini pekerjaan orang-orang terkena dampak wabah. Berat sekali cobaan kali ini. 

Saya baru saja mengecek laman Facebook dan menemukan sana seorang kawan dipecat dari perusahaan tempat dia bekerja. Ini bukan kabar baru bagi saya. Pandemi corona mulai menyerang perekonomian kita.

Bahwa pandemi corona akan membuat perekonomian dunia terpuruk, kita semua sudah tahu. Bahwa pandemi itu juga memukul perekonomian kita, kita juga tahu. Pemerintah sudah mencoba membuat strategi supaya imbasnya tidak terlalu buruk buat masyarakat. Tapi mengalami sendiri atau melihat orang-orang di sekeliling menutup bisnisnya, entah untuk sementara waktu, dan menjadi saksi terdekat orang-orang kehilangan pekerjaan, tetaplah sebuah pengalaman yang memilukan.

Semenjak pandemi berlangsung, saya punya kebiasaan baru keluar malam tanpa harus turun dari kendaraan. Saya berputar saja di jalanan. Selain mencoba mengusir stres, saya mencoba memperhatikan jalanan, kedai makan dan minum, para pedagang kaki lima, dan para ojol yang berseliweran.

Berita tentang puluhan ribu orang mudik ke kampung halaman karena bisnis mereka terpuruk, memang tidak bisa dinilai dalam posisi benar atau salah. Dalam hal ini, saya setuju dengan pernyataan Gubernur DIY: “Mosok mulih ora oleh?” Masak tidak boleh pulang ke kampung halaman? Yang perlu dipersiapkan adalah prosedur standar jika mereka pulang kampung. Memang seruan mudik mulai didengungkan para gubernur, dan saya kira seruan itu bermaksud baik. Supaya pandemi ini tidak menyebar terlalu cepat. Tapi orang-orang yang kehilangan pekerjaan adalah orang-orang yang punya masalah, dan hanya mereka yang tahu betul masalah mereka.

Di media sosial, saya juga menyimak argumen bahwa kelas menengah perkotaan adalah kelompok masyarakat yang rentan atas krisis ini. Mereka bukan hanya terpuruk dalam bisnis, tapi juga mendapat beban ganda, salah satunya adalah mencoba menyelamatkan karyawan mereka. Tapi sejauh mana hal itu bisa dilakukan? Saya kurang tahu.

Di dunia perbukuan, salah satu dunia yang saya ketahui, industri buku pun terpuruk. Awalnya, ini soal toko-toko buku yang kebanyakan berada di mal, ditutup. Kalaupun tidak tutup, sudah pasti sepi. Toko buku menginginkan pengunjung dan kerumunan, sementara corona mensyaratkan tidak ada kerumunan. Setelah itu, percetakan mulai membatasi jam kerja, bahkan sebagian juga mulai tutup. Apa yang hendak mereka cetak jika toko buku sepi atau tutup? Andalannya pun berpindah ke toko buku online yang masih agak menjanjikan. Tapi akhirnya terjadi penurunan juga karena beberapa ekspedisi pun mulai tidak mengirim barang ke beberapa daerah. Mungkin karena tidak ekonomis lagi. Selain itu, daya beli merosot. Buku bukan kebutuhan primer. Perlahan, satu per satu penerbit mulai mengumumkan tidak menerima naskah. Mereka tinggal menjual stok buku yang ada, lewat online, walaupun tentu sudah tidak sama dengan sebulan lalu.

Seminggu lalu, kedai kopi langganan saya memberi pengumuman kalau kedai ditutup sementara. Waktu saya tanya kapan buka lagi? Jawabnya singkat: “Tidak tahu, Pak.”

Makin ke sini, setiap keliling kota di malam hari, saya menyaksikan satu per satu warung kaki lima tutup. Kalau ada yang tersisa, jam buka mereka diperpanjang. Beberapa warung tenda yang biasanya sudah tutup pada pukul 23.00, rata-rata tutup lewat tengah malam. Berharap masih ada pembeli.

Kemarin sore, saya mengecek wadah jeruk nipis di rumah. Tersisa hanya tiga butir. Jeruk nipis sangat penting di keluarga kami karena semenjak ada pandemi, istri saya selalu membuat jamu. Salah satu bahannya adalah jeruk nipis. Saya hampir pergi ke salah satu supermarket, tapi tiba-tiba ingat kalau ada teman saya yang tinggal di pinggiran kota Yogya pernah menawari jeruk nipis. Saya mengontaknya. Dia mengirim jeruk nipis dalam jumlah yang banyak, dan bukan hanya itu, masih ada belasan telur ayam yang dia kirim lewat jasa Gosend. Saya mau membayar semua benda penting yang dia kirim. Tapi saya tahu jawabannya, dia tidak mau. Menurut kawan saya, dia tinggal petik saja buah jeruk nipis di belakang rumahnya yang sedang berbuah lebat dan tinggal mengambil butiran telur ayam kampung di kandang miliknya. Dia merasa tidak sedang dirugikan jika memberikan itu kepada saya. Di detik ketika saya menerima kiriman paketnya, saya hampir mengeluarkan air mata.

Belum lama, saya juga dikirimi madu dengan kualitas tinggi hanya karena saya mengunggah kiat membikin jamu melalui akun medsos saya. Di sana saya pajang bahan-bahan jamu, termasuk madu agar anak saya yang berusia 7 tahun tidak merasa terlalu pahit. “Mas, saya kirim madu bagus ya.” Saya tidak kenal si pengirim. Dua hari kemudian, dua botol madu berkualitas sudah mendarat di depan rumah saya.

Banyak orang mulai kehilangan pekerjaan. Tentu itu hal yang menyedihkan. Tapi saya tahu persis, di banyak tempat, orang-orang menggalang dana untuk membantu pengadaan masker, alat pelindung diri bagi paramedis, dan banyak pula yang membuka dapur umum. Saya sebetulnya bukan termasuk orang yang harus dibantu, tapi saya tetap dikirimi jeruk nipis, telur ayam kampung, dan madu.

Orang-orang banyak yang kehilangan pekerjaan, tapi banyak pula dari kita yang tidak mau kehilangan rasa kemanusiaan. Di titik itulah saya percaya, kita akan bertahan dan mampu melalui pandemi ini. Semoga. Amin.

BACA JUGA Kabar Baik dari Presiden Jokowi dan esai Puthut EA lainnya di KEPALA SUKU.

Terakhir diperbarui pada 2 April 2020 oleh

Tags: Ekonomi Indonesiavirus corona
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Koin Jagat, Bukti Ekonomi di Surabaya Tidak Baik-baik Saja?. MOJOK.CO
Aktual

Fenomena Koin Jagat, Bukti Ekonomi RI Tidak Baik-baik Saja?

16 Januari 2025
UMKM Menjadi Ladang Cuan ketika Ekonomi Indonesia Terpuruk MOJOK.CO
Esai

Ketika Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik-Baik Saja, UMKM Bisa Menjadi Sumber Harapan untuk Hidup Nyaman

20 Agustus 2024
jacinda ardern selandia baru melawan wabah corona keberhasilan resep tips langkah mojok.co
Pojokan

4 Hal Penentu Keberhasilan (Sementara) Selandia Baru Melawan Virus Corona

1 Juni 2020
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Kepala Suku

Obrolan Utusan Manusia dengan Utusan Corona

31 Mei 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.