Mengubah Ragam Nada Menjadi Orkestrasi Melawan Pandemi Corona - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Mengubah Ragam Nada Menjadi Orkestrasi Melawan Pandemi Corona

Puthut EA oleh Puthut EA
18 Maret 2020
0
A A
jokowi pandemi virus corona sri mulyani bpjs kesehatan agus mulyadi gibran rakabuming calon wali kota solo mojok.co dijatuhkan presiden jokowi puthut ea opini tulisan nonfiksi esai mojok.co analisis politik angkatan 2019

jokowi pandemi virus corona sri mulyani bpjs kesehatan agus mulyadi gibran rakabuming calon wali kota solo mojok.co dijatuhkan presiden jokowi puthut ea opini tulisan nonfiksi esai mojok.co analisis politik angkatan 2019

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Lima hal yang perlu segera dilakukan pemerintah agar bisa kompak dengan masyarakat melawan pandemi virus corona.

Sudah hampir dua minggu suara publik dan pemerintah tak menemukan titik temu yang selaras. Saya punya keyakinan, jika pemerintah bijak dan cermat membaca pertanda sosial ini, segalanya akan bisa diperbaiki dengan cepat. Lalu apa yang seyogianya dilakukan pemerintah?

Pertama, mengubah paradigma berpikir bapak-anak. Paradigma Orba semacam ini sudah banyak dikritik oleh para sarjana kita. Bapak dianggap tahu, anak dianggap tidak tahu. Bapak punya perintah, anak harus nurut. Bapak yang mencari makan, anak yang menghabiskan makanan. Dst. Ini bukan relasi yang sehat di dalam masyarakat sipil. “Bapakisme” ala negara Orba ini sebetulnya sudah mulai ditinggalkan, apalagi saat yang Gus Dur menjabat sebagai presiden. Saya secara pribadi berharap, panggilan mesra “Pakde” kepada Presiden Jokowi tidak sedang menggeser kembali ke pola relasi bapak-anak ke pakde-keponakan. Karena strukturnya mungkin lebih cair, tapi sesungguhnya substansinya bakal sama.

Kedua, kalau diperiksa, suara keras warga negara terhadap cara penyelesaian versi pemerintah sebetulnya muncul karena peduli. Mereka peduli pada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Jadi jangan dicurigai sebagai upaya delegitimasi kekuasaan. Mereka sedang memberikan suara dan argumentasi. Bukan sedang membangkang. Itu artinya, secara substantif, pemerintah dan warga sedang sama-sama mencari solusi. Tapi belum ketemu di tingkat strategi. Kalaupun ada suara yang ngawur, tendensius ke arah delegitimasi, itu angkanya nisbi kecil. Hanya saja yang kecil seperti ini mendapat exposure besar karena ditabuh dan dilawan secara berlebihan oleh para buzzer. Akibatnya, dalam riuh-rendah nada, nada yang bening terkotori oleh kebisingan nada yang tidak jelas.

Ketiga, pola atas-bawah yang instruktif, sudah saatnya digeser ke bawah-atas yang lebih aspiratif. Karena dalam situasi seperti ini, pola aspiratif lebih memungkinkan bekerja dengan optimal. Penggeseran wewenang ke gubernur, segera didistrisbusikan ke tingkat desa. Hanya dari wilayah seperti desalah pandemi ini akan lebih mudah diatasi. Desa beserta aparat wilayah yang lebih kecil (kepala lingkungan, kepela RT, kepala RW, dst) yang lebih sanggup menapis persoalan dari level bawah. Sistem dari lingkungan terkecil dan terbawah, akan mempermudah pelibatan warga. Sehingga kesadaran warga sebagai korban dan calon korban juga bisa digeser sebagai pelaku atau aktor yang bisa ikut serta menangkal pandemi corona.

Keempat, dengan kondisi geografis Indonesia yang sudah punya pengalaman menghadapi bencana, sesungguhnya Indonesia punya barisan relawan bencana yang tangguh. Sebagian mereka ada di lembaga-lembaga seperti SAR, pencinta alam, PMI, dan LSM-LSM serta organisasi rakyat. Ajak duduk mereka. Konsolidasikan mereka. Karena pengalaman mereka dalam menghadapi dan mengatasi bencana sangat diperlukan. Mereka punya pola komunikasi yang lebih cair kepada warga. Kalau situasinya bertambah gawat, kita mungkin butuh ratusan ribu relawan yang terlatih seperti itu. Kalau tidak segera dilakukan komunikasi dengan mereka, maka kita bisa kedodoran.

Baca Juga:

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar MOJOK.CO

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar

14 Juni 2022
rektor uii mojok.co

Medsos Bisa Lahirkan Diktator dan Kubur Demokrasi

31 Mei 2022

Kelima, wartawan sebagai salah satu ujung tombak penting dalam mendiseminasikan informasi kepada publik, mesti dirangkul. Jangan berprasangka buruk dulu dengan wartawan. Suara keras mereka sebetulnya karena ingin menyampaikan kecemasan publik. Mestinya cara pandang pemerintah terhadap wartawan juga harus digeser dari rasa curiga menjadi mitra. Para influencer termasuk kategori ini. Kalau pemerintah tepat dalam melihat posisi mereka, maka tidak perlu ada buzzer. Ada ribuan influencer media sosial di Indonesia yang siap bekerja sama, tanpa perlu dibayar. Tidak perlu menghabiskan uang dan energi untuk mengurus hal-hal yang tidak produktif dengan memelihara puluhan buzzer. Habis energi, habis uang, habis waktu.

Jika kelima hal itu secepatnya dilakukan pemerintah, saya yakin situasi akan cepat berubah. Dalam situasi seperti ini, perlu prasangka baik, itikad baik, dan menerima dengan lapang dada masukan yang baik.

BACA JUGA Isu Penggulingan Jokowi di Tengah Pandemi Corona dan esai Puthut EA lainnya di KEPALA SUKU.

Terakhir diperbarui pada 18 Maret 2020 oleh

Tags: buzzerpemerintahrelawanvirus corona
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar MOJOK.CO
Podium

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar

14 Juni 2022
rektor uii mojok.co
Kilas

Medsos Bisa Lahirkan Diktator dan Kubur Demokrasi

31 Mei 2022
Jokowi minta relawan Projo untuk tidak kesusu
Kilas

Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama

21 Mei 2022
Pengangguran adalah Takdir Buzzer Berkat Teknologi AI Bernama GPT-3 MOJOK.CO
Esai

Pengangguran adalah Takdir Buzzer Berkat Teknologi AI Bernama GPT-3

15 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Liga Inggris dan Liga Lain yang Menangguhkan Pertandingan: Sebuah Solusi

Meminjam Duit Pasangan Itu Berat, Menagihnya Lebih berat Lagi

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
jokowi pandemi virus corona sri mulyani bpjs kesehatan agus mulyadi gibran rakabuming calon wali kota solo mojok.co dijatuhkan presiden jokowi puthut ea opini tulisan nonfiksi esai mojok.co analisis politik angkatan 2019

Mengubah Ragam Nada Menjadi Orkestrasi Melawan Pandemi Corona

18 Maret 2020
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
warung madura mojok.co

Tiga Barang Paling Laris di Warung Madura Menurut Penjualnya

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023

Terbaru

BELAJAR NOISE DARI SEORANG WOTA

Belajar Noise dari Seorang Wota

31 Januari 2023
anak muda ngomongin pemilu

Pro Kontra Sistem Proporsional Tertutup di Mata Anak Muda

31 Januari 2023
koalisi perubahan

PKS Dukung Pencalonan Anies, Koalisi Perubahan Siap Berlayar?

31 Januari 2023
jabatan gubernur dihapus mojok.co

Sultan Tak Peduli Soal Usulan Cak Imin Menghapus Jabatan Gubernur

31 Januari 2023
Mencari Tempat Parkir di Jogja yang Tarifnya Rp1.000 MOJO.CO

Mencari Tempat Parkir di Jogja yang Tarifnya Rp1.000

31 Januari 2023
megawati puan

Teori Kelas Sendok Menjawab Mengapa Popularitas Puan Maharani Tinggi

31 Januari 2023
ekspor lato-lato mojok.co

Indonesia Ekspor Lato-Lato, Pengusaha Sumbar Kirim 7 Kwintal ke Malaysia

31 Januari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In