Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Filsafat Telor

Puthut EA oleh Puthut EA
21 Februari 2021
A A
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Telor dalam jagat kuliner di Indonesia menempati posisi paling unik dan berkarakter. Jika tempe dan kerupuk sering dilekatkan—sekalipun secara gegabah—pada persoalan mental, telor langsung menduduki posisi puncak karena sering digunakan dalam berbagai pertanyaan filosofis-retoris macam: Lebih dulu mana ayam sama telor?

Orang boleh saja menyanggah, posisi telor kalah dengan ayam. Tapi prakteknya tidak demikian. Telor jelas banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dibanding ayam. Dan ayam tak pernah sanggup memposisikan dirinya dalam situasi genting sebagaimana peribahasa: ibarat telor di ujung tanduk. Sudahlah, harus diakui, posisi ayam di depan telor selesai dengan hasil pasti bahwa ayam kalah telak.

Dari sisi praksis gerakan sosial kuliner, posisi telor sudah pasti sangat strategis. Ia bergizi, tapi mudah diolah. Dibikin telor dadar, dalam kondisi yang sangat terbatas, cukup dikDEasih garam. Waktu masaknya pun hanya singkat, kurang dari 2 menit saja. Telor juga bisa diceplok. Siapa sih yang tidak suka telor matasapi? Ya, persis. Tentu orang yang tak suka telor matasapi. Tapi survei membuktikan, itu hanya 1 banding 10. Survei dari mana? Ssshhh, tidak semua hal harus Anda ketahui, bukan?

Telor juga bisa menjadi bahan kuliner rekreatif. Bagi Anda penyuka hal-hal rekreatif tentu tidak asing lagi dengan bahan jamur tlethong sapi alias jamur tai sapi. Bagi sebagian kecil orang biasanya disup. Tapi itu kecil banget. Yang paling mudah dan disukai banyak orang, cukup diolah dengan telor, dijadikan jamur telor dadar. Jos gandos!

Menariknya, dari sisi keagamaan, Islam misalnya, punya kaidah fiqih yang menarik soal telor. Seluruh hal yang berwujud telor ternyata halal. Tentu dengan beberapa syarat dan ada khilaf di antara para ulama. Kalau Anda kurang yakin, silakan tanya kepada orang alim terdekat Anda. Maklum, saya hanya lulusan ngaji madrasah. Semoga ingatan saya tidak salah.

Sekarang mari masuk dalam inti pembahasan telor. Telor ini identik dengan sistem kepemimpinan yang pernah dijabarkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang juga merupakan filsafat pendidikan khas Nusantara. Semoga Anda masih ingat: Ing ngarso sung tuladha; Ing madya mangun karsa; Tut wuri handayani. Kira-kira terjemahan bebasnya begini….

Ing ngarsa sung tuladha
Seorang pemimpin/pendidik jika di posisi depan, haruslah memberi contoh yang baik.

Ing madya mangun karsa
Seorang pemimpin/pendidik jika di posisi tengah, maka harus pintar melakukan manajemen kehendak atau menjaga gairah publik/murid dalam mencapai kebaikan bersama.

Tut wuri handayani
Jika seorang pemimpin/pendidik di posisi belakang, mesti bisa dipimpin dan bisa mendorong dari belakang demi kemaslahatan.

Apa hubungannya dengan telor? Begini…. Telor itu bisa jadi menu utama ketika disajikan di atas meja. Ia bisa diceplok atau didadar, atau apalah. Tak ada lauk lain. Cukup didampingi sambal atau kecap. Namun ketika itu terjadi, telor bisa tampil sebagai lauk utama yang optimal.

Posisi telor juga bisa di tengah alias jadi makanan pendamping. Misalnya di berbagai varian soto, membutuhkan telor. Baik berupa telor yang diiris separuh atau sate telor burung puyuh. Telor asin pun bisa jadi makanan pendamping yang cocok untuk seporsi rawon yang lezat.

Dalam posisi di belakang, telor yang diolah menjadi kue manis, pun bisa menjadi hidangan penutup yang menenteramkan hati. 

Saking hebatnya telor, bahkan banyak menu atau hidangan yang membutuhkannya. Soal kue butuh telor, ah sudahlah. Itu sudah banyak yang tahu. Telor juga menarik dijadikan pelapis untuk bandeng goreng, campuran perkedel, perekat dan pelapis teri nasi, bahkan bakwan jagung akan lebih memikat lidah jika dicampur telor. Makan mi instan tanpa telor, duh… ibarat pergi keluar rumah di saat pandemi tanpa masker. 

Sebagai penutup, kita tahu bahwa sebagian selera orang terbelah dalam soal telor. Ada orang yang suka telor dadar, di sisi lain ada barisan garis keras orang suka telor ceplok. Selain itu, ada banyak orang suka putih telor, dan ada sebagian lagi yang suka kuning telor. Tapi perbedaan itu tak membuat orang ribut sebagaimana perbedaan antara orang yang suka bubur diaduk sebelum makan dan yang tidak diaduk. Ribut melulu nggak jelas. Penyuka telor terbelah tapi tetap damai. 

Iklan

Namun pencinta telor juga manusia biasa yang bisa marah besar. Kalau tidak percaya, ketika kamu makan bersama orang yang suka bagian telor yang kuning, biasanya mereka menyisakan sebagian di akhir. Untuk gong penutup. Saat mereka mau mengemploknya, coba ambil dan makan. Niscaya segala hal sangat mungkin menimpa Anda.

Tidak percaya, silakan buktikan….

BACA JUGA 5 Cara Masak Telur Paling Bener dan ‘Ndog’ Paling Enak Sedunia dan esai-esai Puthut EA lainnya di rubrik Kepala Suku. 

Terakhir diperbarui pada 27 Desember 2021 oleh

Tags: ayamfilsafatKulinerMakanantelortelur
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Gara-gara Kakek dari India, buka nasi biryani MOJOK.CO
Kuliner

Gara-gara Kakek dari India, Suami Istri Buka Rumah Makan Nasi Biryani di Jogja

9 September 2025
Posisi nanggung jurusan Filsafat di tengah turunnya minat mahasiswa baru MOJOK.CO
Mendalam

Posisi “Nanggung” Jurusan Filsafat: Terjebak Kejumudan, Tereduksi, dan Negara Tak Sediakan Industrinya

21 Agustus 2025
3 Dosa Penjual Gudeg yang Merusak Rasa dan Bikin Wisatawan Kapok Kulineran di Jogja Mojok.co
Pojokan

3 Dosa Penjual Gudeg yang Merusak Rasa dan Bikin Wisatawan Kapok Kulineran di Jogja

18 Agustus 2025
4 Penjual Ayam Geprek Red Flag yang Sebaiknya Dihindari Pembeli daripada Nyesek Mojok.co
Pojokan

4 Penjual Ayam Geprek Red Flag yang Sebaiknya Dihindari Pembeli daripada Nyesek

17 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.