Sejak kecil, saya suka sekali dengan segala permainan berbentuk judi. Mungkin faktor lingkungan. Di desa saya, salah satu cara supaya diakui keberadaannya adalah dengan suka bermain judi. Tidak peduli kalah atau menang.
Saking sukanya saya dengan judi, begitu kuliah di Yogya, saya mendirikan sebuah klub judi: Jackpot Society. Sebagian pengalaman saya di sana, sudah saya tulis menjadi sebuah buku, judulnya: “Para Bajingan yang Menyenangkan”. Tentang buku itu, silakan googling saja.
Sekarang, saya hanya sesekali berjudi. Saya main remi kalau pas pulang kampung. Di Yogya, sesekali saya main samgong. Dan dua tahun sekali, saya ikut hajatan judi massal saat Piala Eropa dan Piala Dunia berlangsung secara bergantian.
Di kesempatan yang tak terlalu baik ini, saya akan memberikan semacam panduan atau kiat atau apapun itu sebutannya, buat penjudi pemula. Semoga berguna.
1. Penjudi bukan profesi
Saya pernah berpikir bahwa dengan bermain judi, seseorang bisa kaya dan hidup mewah. Saya keliru. Saya sudah bertemu puluhan penjudi hebat di Yogya, dan semua jatuh miskin karena punya anggapan yang sama dengan saya. Maka sebelum memulai berjudi, pahami bahwa penjudi bukan profesi. Paling banter, letakkanlah sebagai hobi. Atau jika sudah cukup kenyang makan asam garam perjudian, anggaplah sebagai kesenangan yang sesekali mesti dilakukan. Dengan begitu, kemenangan tak terlalu menyilaukan, dan kekalahan tak terlalu menyedihkan.
Kalau ada orang bilang: menang tidak senang, kalah tidak sedih, itu anggap saja bualan. Justru di titik itulah, daya tarik emosi perjudian.
2. Punya rencana
Penjudi yang baik harus punya perencanaan yang baik. Bagaimana itu? Saya bagi rumusan yang saya lakukan. Siapa tahu berfaedah.
Dari Piala Dunia ke Piala Eropa nanti, ada kurang-lebih 2 tahun. Saya punya tabungan khusus. Misal, selama sebulan menabung 200.000 rupiah. Itu artinya selama 2 tahun, terkumpul uang: 4.800.000. Pas di saat perhelatan, genapi jadi 5 juta. Itulah modal Anda bermain judi. Kalau kekalahan sudah melewati 5 juta, berhentilah. Penjudi yang baik bisa mengontrol diri, tahu kapan saatnya pergi.
Kalau misalnya Anda makin punya pangkat yang bagus, karier yang juga bagus, boleh saja meningkatkan ‘tabungan judi’ Anda.
Untuk hajatan Piala Dunia kali ini, saya menabung sebulan 500.000. Artinya saya punya modal 12 juta rupiah. Saya genapi jadi 15 juta rupiah. Kalau kekalahan saya sudah melewati angka 15 juta, saya harus berhenti. Saya pernah jatuh miskin karena judi. Karena itu, saya tahu bagaimana jika saya meneruskan kekalahan.
3. Manajemen perjudian
Anggaplah saya sebagai contoh. Punya uang modal judi 15 juta rupiah. Dalam Piala Dunia kali ini, misalnya, ada 30 hari pertandingan. Bagi saja menjadi dua: 15 hari. Itu artinya, dalam sehari, maksimal saya hanya boleh berjudi 1 juta rupiah. Secara teoritis, sampai final saya tetap akan bisa bermain. Secara teoritis, saya tidak mungkin kalah berturut-turut. Sebaliknya, secara teoritis pula, saya tidak bisa menang berturut-turut sampai 15 hari. Berjudilah dengan tenang. Hari masih panjang. Atur modal dengan baik.
4. Tak perlu mabuk kemenangan
Pada Piala Eropa tahun lalu, saya pernah seminggu berturut-turut menang terus. Menang yang saya maksud di sini adalah kemenangan kumulatif. Misalnya, dalam sehari ada 3 laga. Ketiga pertandingan itu saya pasangi setiap hari. Kadang saya menang semua, kadang hanya menang 2 dan kalah 1. Itu dihitung tetap menang. Tapi saya tetap tidak lantas menaikkan angka taruhan saya secara sporadis. Sehari tetap 1 juta.
5. Naikkan angka taruhan dengan proporsional
Kalau sebuah babak selesai, dan Anda menang, atau setidaknya seri, Anda bisa menaikkan angka taruhan. Selain untuk menambah rasa deg-degan, juga karena jumlah pertandingan makin sedikit. Misalnya satu pertandingan di babak penyisihan, Anda pasangi 300 ribu rupiah. Babak selanjutnya bisa ditingkatkan menjadi 500.000 rupiah. Nanti babak selanjutnya lagi jadi 1 juta rupiah, dst. Tapi ingat, semua itu harus tetap dalam batas rasional dan proporsional.
6. Khusus laga final berbeda
Untuk laga final, saya punya kiat yang juga berbeda. Misalnya begini. Setelah saya lalui semua pertandingan, ternyata saya menang 5 juta. Jadi total modal plus kemenangan: 20 juta. Saya bisa memilih dua cara: pertama, khusus laga final hanya saya pasangi 5 juta (laba kemenangan). Tapi bisa juga saya pasangi 20 juta. Toh uang 15 juta itu memang saya tabung untuk hajatan ini. Kenapa harus saya sayangi? Pasangkan saja. Selesai.
Kalau misalnya sebelum final, saya kalah 5 juta, berarti tinggal 10 juta, uang sejumlah itu pula yang saya pasangkan. Proporsinya bisa saya bagi dua: perebutan juara ketiga 2 juta, final perebutan juara pertama: 8 juta.
7. Bagaimana kalau menang?
Saya tidak memberi makan anak-istri saya dengan uang judi. Jadi kalau saya menang, saya pakai mentaktir teman-teman, atau membeli buku, sepatu, hape, dll. Habiskan saja uang itu. Misal, modal 15 juta, menang sebelum final: 5 juta. Total: 20 juta. Dipasangkan semua di laga final. Menang lagi. Berarti: 40 juta. Bisa saja Anda habiskan semua. Jangan lupa nabung lagi untuk Piala Eropa dua tahun lagi.
Tapi bisa saja Anda sisihkan: 25 juta untuk Piala Eropa sehingga Anda tidak perlu nabung lagi. Sisanya, silakan habiskan. Saran saya, jangan kasihkan anak atau istri. Istri saya tahu kalau saya berjudi, tapi saya belum punya nyali untuk bilang, “Dik, ini duit hasil kemenangan judi…”
Oke… Itu kalau menang. Kalau kalah, rasanya tak perlu kita bahas. Kesedihan Anda hanya sebentar. Selain karena Anda penjudi, Anda sudah persiapkan semuanya dengan baik.
Menurut saya, hanya di permainan judilah, orang yang kalah bisa sombong, dan orang yang menang cukup rendah hati.