Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Program Kampus Mengajar Menguak Sisi Gelap Sistem Pendidikan Sebuah Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung

Ardiansyah Mujahid Akbar Nurislam oleh Ardiansyah Mujahid Akbar Nurislam
8 Oktober 2024
A A
Kampus Mengajar Menguak Sisi Gelap Sebuah Sekolah Dasar MOJOK.CO

Ilustrasi Kampus Mengajar Menguak Sisi Gelap Sebuah Sekolah Dasar. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setelah mengikuti program Kampus Mengajar, saya malah menemukan sebuah sisi gelap sebuah sekolah di daerah Kabupaten Bandung. Miris!

Kampus Mengajar merupakan salah satu program dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Adalah Nadiem Makarim yang membentuk program ini. 

Jadi, di dalam program ini, kampus menerjunkan mahasiswa ke berbagai satuan pendidikan. Mulai dari SD, SMP hingga SMK untuk memberikan kontribusi nyata dan belajar langsung dari lapangan. 

Secara konseptual, Kampus Mengajar ini bertujuan meningkatkan literasi dan numerasi bagi siswa. Mahasiswa membantu membuatkan program kerja dan sistem pembelajaran yang menarik. 

Sayangnya, di lapangan, tidak jarang mahasiswa malah menjadi sumber “tenaga gratis”. Mereka seolah-olah menggantikan guru dan melaksanakan Praktik Kependidikan (PK) atau Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Padahal bukan itu tugas Kampus Mengajar.

Makanya, program ini pada akhirnya malah membuka borok dan sisi gelap sebuah sekolah dasar di Kabupaten Bandung. Tulisan ini murni pengalaman saya pribadi, salah satu peserta Kampus Mengajar angkatan 6 tahun 2023.

Ironi sekolah dasar yang berada di lokasi strategis

Saya adalah alumni angkatan 6 dan bertugas di sebuah sekolah di Kabupaten Bandung. Singkat cerita, lokasi sekolah ini sebetulnya sangat strategis. Oleh sebab itu, sebetulnya saya berharap banyak sebelum menempuh program Kampus Mengajar ini.

Namun, yang terjadi jauh dari bayangan saya. Selama 4 bulan bertugas, lantaran sekolahnya cukup strategis, tingkat kualitas sekolah seharusnya cukup tinggi.

Soal bangunan sekolah? Wajar kalau saya berharap bangunannya ya standar, punya perpustakaan yang bisa jadi basecamp, dan lain sebagainya. Namun, fasilitas di sekolah ini terbilang menyedihkan.

Misalnya, ruang guru dan kantor kepala sekolah berada di ruangan yang sama dan terbilang sempit. Selain itu, perpustakaan sekolah menjadi satu dengan ruang kelas aktif. Sudah begitu kelas dan perpustakaan tidak punya langit-langit karena belum lama ini ambrol, sesuai penuturan penjaga sekolah.

Kondisi siswa yang bikin peserta Kampus Mengajar prihatin

Soal siswa, saya menebak kalau mereka paling mentok belum lancar perkalian. Namun nyatanya di luar dugaan saya dan teman-teman. 

Jadi, masih banyak siswa yang belum bisa membaca, bahkan buta alfabet. Saya mencatat beberapa kenyataan yang memprihatinkan.

Misal, ada 2 murid kelas 6 yang masih buta huruf. Benar-benar buta huruf karena alfabet saja mereka belum menguasainya. Mereka ini masih sering tertukar antara huruf b dan d, tidak mengetahui bentuk huruf y, w, dan berbagai hal “gila” sekaligus menyedihkan lainya. 

Lalu, di kelas 5, masih terdapat 1 orang siswa yang belum lancar membaca. Di kelas 4, ada 2 siswa yang belum bisa membaca. Untuk kelas 3, terdapat 3 siswa yang belum bisa membaca dan kelas 2 banyak sekali siswa yang belum bisa membaca. 

Iklan

Jadi, sekitar 40% siswa kelas 2 belum bisa membaca dan mengenal huruf. Untuk siswa kelas 1? Saya tidak perlu menjelaskan karena mereka masih dalam tahap belajar membaca.

Baca halaman selanjutnya: Sebuah program yang malah menguak sisi gelap sebuah sekolah.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2024 oleh

Tags: Bandungkabupaten bandungkampus mengajarkampus mengajar angkatan 6program kampus mengajartujuan kampus mengajar
Ardiansyah Mujahid Akbar Nurislam

Ardiansyah Mujahid Akbar Nurislam

Rakyat yang, semoga tidak terus miskin.

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Indomaret Pasteur, Saksi Penderitaan Orang Kecil di Bandung MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Penderitaan dan Perjuangan Orang Kecil di Bandung dari Bawah Neon Putih-Biru-Merah Indomaret Pasteur

31 Oktober 2025
Kereta cepat Jakarta-Bandung, Whoosh. MOJOK.CO
Ragam

Proyek Kereta Cepat Whoosh Terlalu Eksklusif, Cuman bikin KAI dan Rakyat Menderita

10 September 2025
Kos bebas berpotensi kumpul kebo. MOJOK.CO
Ragam

Susahnya Jadi Ibu Kos: Tak Ingin Ada Kumpul Kebo, Tapi Ada Saja Anak Kos Ngaku-ngaku Nikah Siri demi Inapkan Pacar

30 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.