MOJOK.CO – Jogja sudah laku. Sold out! Dibeli investor dan pemilik kapital. Dan juga dibeli mereka yang mencuri uang Anda.
Betapa saya muak setiap ingat satu kenyataan, yaitu punya rumah di Jogja itu khayalan tingkat tinggi. Terutama bagi warga lokal yang terus bahagia dalam kemiskinan. Tapi, sebetulnya ada yang lebih membuat muak, khususnya saat mengetahui para pejabat berpesta pora di properti Jogja.
Bahkan lebih kejamnya, pesta itu didanai uang korupsi dalam praktik money laundry. Ketika kami, warga lokal, merana mendamba rumah layak, para koruptor bangsat seperti dapat diskon di Bumi Mataram.
Kabar buruk ini bukan sekadar isu. Kini santer terdengar praktik pencucian uang yang dilakukan di Jogja. Didukung oleh pertumbuhan properti yang menjanjikan, dan disempurnakan prospek pariwisata yang menguntungkan pemodal.
Jika Anda masih semangat bilang “Jogja Ora Didol,” Anda sudah telat. Karena Jogja kini SOLD OUT! Wis payu! Wis kukut! Meleko Su! Dan Anda kini terdesak oleh banjir uang haram yang menanti untuk diungkap.
Properti tumbuh untuk koruptor
Jika Anda warga asli Jogja, pasti merasakan dampak gentrifikasi ini. Harga tanah memang ugal-ugalan seperti motor sein kiri belok kanan. Dua juta per meter kini sudah akrab terdengar ketika bicara harga tanah. Kalau tidak percaya, silakan buka marketplace atau baca koran lokal.
Cukup sulit menemukan tanah seharga satu juta per meter atau lebih murah. Kalau ada, pasti lokasinya cukup memprihatinkan. Kalau tidak, mungkin dijual oleh pemilik yang sedang BU atai butuh uang. Entah karena penyakit menahun atau kalah judi.
Masalahnya, harga tanah per meter ini hampir sama dengan upah minimum warga Jogja. Jadi untuk Anda yang masih gaji UMR, setiap bulan Anda baru bisa beli tanah satu meter persegi. Itu pun harus puasa mutih, atau sekalian mati kelaparan. Bahkan untuk harga tanah di daerah minim fasilitas umum, per meter tetap setengah gaji Anda.
Tapi apa ini dirasakan semua orang? Untuk mereka yang kaya raya, tentu tidak masalah. Apalagi bagi mereka yang punya uang panas hasil korupsi. Jogja menjadi ladang subur bagi mereka, dan saya bisa memaklumi. Harga properti yang tumbuh pesat memang memanjakan koruptor.
Baca halaman selanjutnya….