Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Industri Syar’i dari Ujung Rambut sampai Telapak Kaki Ukhti-ukhti

Esty Dyah Imaniar oleh Esty Dyah Imaniar
2 Februari 2021
0
A A
Industri Syar’i dari Ujung Rambut sampai Telapak Kaki Ukhti-ukhti

Industri Syar’i dari Ujung Rambut sampai Telapak Kaki Ukhti-ukhti

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bagaimana industri syar’i berhasil dulang rupiah dari tubuh muslimah? Dari jilbab hits sampai sepatu syar’i?

Sejak berstatus murid TPA yang berpuluh tahun lalu hobi memanjat pohon jambu tetangga, hingga menjadi guru TPA yang bulan lalu memanjat pagar untuk memperbaiki pipa air tetangga, jilbab tidak pernah membatasi gerak fisik saya.

Lebih dari itu, jilbab membebaskan saya sebagai perempuan dari batas-batas penilaian fisikal. Tetapi kalau boleh jujur kebebasan yang diberikan jilbab tersebut belakangan rasanya justru menghilang seiring banyak yang mengenakannya.

Saya senang ketika makin banyak teman perempuan dengan kesadaran keilmuan memutuskan berjilbab. Saya juga bersyukur ketika fenomena ini menyebabkan permintaan busana muslim meningkat sehingga membuka lapangan kerja bagi banyak pihak.

Tapi menjadikan jilbab sebagai fesyen adalah hal yang sepenuhnya berbeda. Industri fesyen tidak sesederhana jual beli baju untuk melindungi tubuh, jilbab untuk menutup kepala, sepatu untuk alas kaki, dan seterusnya. Fesyen lebih dari itu.

Dalam berbagai pengertiannya, fesyen merupakan ragam gaya populer terbaru pada suatu waktu tertentu. Maka setidaknya ada tiga kata kunci yang menampilkan karakter fesyen: gaya, populer dan waktu.

Fesyen sebagai ragam gaya diasosiasikan dengan fungsinya yang diyakini mampu menjelaskan identitas seseorang. You are what you wear. Bagaimana seseorang mencitrakan diri salah satunya adalah melalui gaya fesyen yang dikenakan; merek apa, dari koleksi (si)apa, dan seterusnya.

Semakin seseorang menyesuaikan citraan diri dengan standar (fesyen) popular, semakin diterima eksistensinya. Sehingga demi memenuhi standar fesyen arus utama yang terus berganti, tubuh seseorang akan dikapitalisasi demi alasan-alasan yang tampak indah: pencarian dan pengukuhan identitas diri.

Dulu sebagai jilbaber (yang mereka bilang) syar’i, saya bisa jumawa tidak terjebak kapitalisasi tubuh perempuan melalui fesyen. Sebab sebagai muslimah identitas “cantik” kami sudah solid sehingga dinilai bukanlah pangsa menarik dalam industri ini.

Baju muslimah dari dulu begitu-begitu saja, kan? Kalaupun ada perkembangan sejak zaman Ida Royani hingga Inneke Koesherawati, tetaplah tampak sederhana, tidak menjadikan perempuan ibukota berlomba mengenakannya tanpa takut dibilang ketinggalan zaman.

Lalu negara api menyerang. Lautan tutorial hijab cantik modern diluncurkan para influencer dan fashion blogger, hingga menjamurnya komunitas hijaber. Majalah-majalah fesyen menyambut wajah baru dunia jilbab dengan membuka lebar penerimaan atasnya.

Desainer busana hijab, pengatur gaya hijab, fotografer fesyen hijab, dan profesi spesialis fesyen hijab lain bermunculan. Platform e-commerce khusus hijab dirilis. Bahkan merek-merek kenamaan dunia tidak mau ketinggalan menciptakan lini fesyen muslim untuk produk mereka.

Industri ini terus berkembang dan diterima luas sebagai gaya hidup baru muslimah masa kini. Menurut laporan Global Islamic Economy 2020/2021 konsumsi fesyen muslim dunia pada 2019 mencapai 277 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut Indonesia cukup aktif sebagai konsumen dengan menduduki peringkat ke-5 dengan total belanja 16 miliar dolar AS atau setara 168.360.000.000.000 rupiah dalam setahun.

Mungkin sobatkismin yang hanya sanggup membeli jilbab paris tipis bertanya-tanya, uang sebanyak itu untuk apa saja? Maka izinkanlah saya selaku mantan penggiat fesyen muslimah memperkenalkan bagaimana industri ini berhasil mendulang rupiah di tubuh muslimah dari ujung kepala hingga telapak kaki.

Dalam semesta fesyen muslimah, kepala perempuan tidak cukup ditutup dengan jilbab. Muslimah perlu tahu apakah jilbab yang diinginkan adalah shawl, pashmina, khimar, bergo, scarf, turban, atau square. Masing-masing memiliki lusinan pilihan bahan, model, warna, ukuran, dan tentu harga. Masing-masing juga mewakili konsep identitas tertentu.

Untuk tubuhnya muslimah diberi setidaknya empat pilihan kategori busana. Pertama, atasan; tersedia berbagai tunik, kemeja, blouse, sweater, dan inner kaos. Kedua, dress; tersedia berbagai model jumpsuit, kaftan, long dress dan midi dress. Ketiga, outwear; tersedia blazer, cardigan, bolero, vest, jaket, cape, overall, dan coat. Keempat, bawahan; tersedia rok, celana, dan palazzo.

Seiring aktivitas muslimah masa kini yang kian variatif, model-model baru fesyen jilbab pun memberi perhatian pada fungsi khusus semisal hijab breastfeeding friendly untuk ibu menyusui atau fesyen muslimah khusus olahraga. Kapan lagi kan, bisa main berenang dengan tetap tampil syar’i?

Muslimah pengguna cadar pun tidak perlu khawatir tertinggal dalam pergerakan dakwah jilbab masa kini. Ragam gaya mulai dari niqab mesir, yaman, bandana biasa, bandana poni, flap niqab, cadar tali, cadar butterfly, hingga cadar instan tersedia untuk melengkapi koleksi ukhti.

Jangan lupakan aksesoris basic penambah nilai kemuslimahan. Aneka ciput atau dalaman jilbab untuk melindungi rambut-rambut kecil mengintip dari jilbabmu: ciput ninja, rajut, anti pusing, dua warna, dll. Juga aneka penutup lengan sebab yang boleh tampak hanyalah telapak tanganmu: handsock rajut, jempol, renda, dll.

Lalu sempurnakan tampilan muslimahmu dengan kaos kaki aneka fungsi: wudhu friendly, jepit friendly, dll. Belum lagi aksesoris tambahan semisal brooch, headpiece, bahkan sendal dan sepatu syar’i. Uh, banyak sekali!

Mungkin kamu bertanya-tanya: memangnya kenapa jika jilbab menjadi fesyen? Bukankah itu menjadikan semakin banyak muslimah tertarik mengenakan jilbab karena variasi modelnya? Bukankah aneka produk itu juga dihadirkan sebagai solusi kebutuhan muslimah? Tidak mungkin kan, ada penjualan tanpa ada permintaan?

Faktanya, pasar selalu bisa diciptakan. Dalam The Hidden Persuaders (1980), Vance Packard menjelaskan bagaimana bahasa iklan kerap menembak sisi emosi konsumen sehingga mereka terdorong membeli atau menggunakan produk sekalipun tidak bermanfaat bagi mereka. Hal ini diperparah ketika kontestasi identitas dikawinkan dengan simbol-simbol keagamaan melalui fesyen muslim.

Penelitian Shah Alam dkk (2011) menjelaskan bagaimana religiusitas seseorang terbukti mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumsi secara signifikan. Dalam riset lain, Rehman dkk (2010) bahkan menemukan bagaimana religiusitas bisa menjadi guiding force seorang muslim dalam keputusan mengonsumsi produk baru.

Itulah kenapa muncul fesyen muslim yang serampangan menempelkan atribusi religiusitas semacam “jilbab halal” atau “sepatu syar’i” dalam strategi pemasaran produk baru mereka.

Sayangnya konsumsi identitas muslimah melalui fesyen terus dilakukan tanpa benar-benar mengkritisi standar diri yang ditawarkan gaya fesyen, pihak pengontrol industrialisasi standar diri tersebut, hingga pengepul keuntungan di balik kontestasi intentitas visual tersebut.

Bagaimana bisa jilbab A menjadikan seseorang lebih agamis dari jilbab B? Otoritas ilmu macam apa yang bisa membuat standar sepatu A sesuai syariat sementara sepatu B tidak? Siapa yang sebenarnya diuntungkan dari label-label produk fesyen syar’i ini?

Bukannya saya tidak setuju sama sekali dengan perkembangan fesyen muslim. Tetapi ada yang bermasalah dalam industri yang sejak awal kehadirannya berorientasi pada kapitalisasi tubuh muslimah ini.

Melihat bagaimana produk fesyen muslim hanya menjadi “versi lengan panjang” dari produk fesyen konvensional, industri ini terkesan hadir sebagai wajah baru konsumerisme fesyen alih-alih menawarkan model bisnis khas dengan nilai-nilai agama yang mendasarinya.

Ironisnya, dalam industri ekonomi kreatif, konsumerisme ini justru dipuja-puji sebagai adaptasi gaya hidup muslimah berkemajuan. Padahal kemajuan apa yang ditawarkan dari kapitalisasi tubuh muslimah?

Boleh jadi dulu jilbab telah membebaskan banyak muslimah dari jerat standar kecantikan fisikal. Tetapi hari ini fesyen jilbab justru kembali memenjarakan muslimah pada kontestasi kecantikan berbasis “tren industri syariat” musiman.

Jadi jangan heran jika kita kini mengetahui perayaan World Hijab Day tidak lagi dari berita-berita aksi ukhtivis turun ke jalan membagikan jilbab gratis melainkan dari akun-akun selebhijrah penjaja fesyen muslimah.

Oh, ya ngomong-ngomong (meski telat sehari) Selamat diskon Hari Hijab Dunia.

Sudah checkout apa saja hari ini, ukhti?

BACA JUGA Indonesia, Surganya Bakul Hijab dan tulisan Esty Dyah Imaniar lainnya.

Terakhir diperbarui pada 2 Februari 2021 oleh

Tags: HijabJilbabmuslimahsepatu syar'i
Iklan
Esty Dyah Imaniar

Esty Dyah Imaniar

Artikel Terkait

‘Katanya Pancasila, Tapi Pakai Jilbab Saja Tak Boleh’ - Cerita Pekerja Jakarta yang Dipecat Gara-gara Tak Mau Melepas Hijab.MOJOK.CO
Ragam

‘Katanya Pancasila, Tapi Pakai Jilbab Saja Tak Boleh’ – Cerita Pekerja Jakarta yang Dipecat Gara-gara Tak Mau Melepas Hijab

21 Januari 2025
Paskibraka Lepas Hijab Wujud Tidak Merdeka di Hari Kemerdekaan MOJOK.CO
Esai

Aturan Paskibraka Lepas Hijab Adalah Blunder Paling Bodoh. Paskibraka Tidak Merdeka di Tengah Peringatan Kemerdekaan Itu Sendiri

15 Agustus 2024
Orde Baru Larang Jilbab, Cak Nun Lawan dengan Lautan Jilbab
Movi

Orde Baru Larang Jilbab, Cak Nun Lawan dengan Lautan Jilbab

30 Juli 2024
Apakah Konten Oral Es Krim Oklin Fia Menista Islam? MOJOK.CO
Esai

Apakah Kita Harus Tersinggung dengan Oklin Fia dan Menganggapnya sebagai Penista Agama Islam?

8 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

ide bisnis mahasiswa.MOJOK.CO

Ditolak Kampus PTN, Kini Malah Menciptakan Ide Bisnis Menjanjikan: Modal Iseng, Bisa Kantongi Rp50 Juta Pertama di Usia 20

17 Juni 2025
Tukang parkir (jukir) liar di Surabaya bikin repot, tak seperti di Jogja MOJOK.CO

Jukir di Surabaya Bisa Ngajak Ribut dan Bikin Repot karena Uang Rp2 Ribu, Tukang Parkir Jogja Lain Cerita

15 Juni 2025
Sri 'Itut' Hastuti melatih dengan hati. MOJOK.CO

Sri Hastuti, Pelatih Sepak Bola Putri yang Melatih dengan Hati

17 Juni 2025
Lapangan Stadion Tridadi Sleman jadi saksi tubuh kecil bisa tumbangkan tubuh besar di ajang MLSC Jogja edisi ketiga MOJOK.CO

Haru dan Dramatis Sepak Bola Putri di Lapangan Tridadi: Tubuh-tubuh Mungil Tumbangkan Lawan Lebih Besar

21 Juni 2025
Pemuda Jogja bisa kerja dengan gaji senilai perusahaan Amerika Serikat. MOJOK.COA

Pertama Kali Dapat Kerja di Jogja sambil Kuliah, Kaget Bisa Dapat Cuan Senilai Perusahaan Besar di Amerika Serikat

20 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.