ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Enaknya Orang Kristen, Begitu Mualaf Langsung Jadi Ustaz Seribu Umat

Margaretha Diana oleh Margaretha Diana
2 Maret 2020
0
A A
Enaknya Orang Kristen, Begitu Mualaf Langsung Jadi Ustaz Seribu Umat

Enaknya Orang Kristen, Begitu Mualaf Langsung Jadi Ustaz Seribu Umat

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Betapa nikmatnya jadi orang Kristen. Begitu mualaf, langsung jadi pakar perbandingan agama. Jadi ustaz mualaf dengan ratusan sampai ribuan umat.

Ngelihat banyak berita tentang penolakan renovasi gereja di Karimun, Kepulaua Riau, sama penolakan pelaksanaan perayaan Rabu Abu di Cilegon, kamu sedih nggak sih?

Kalau saya sih nggak sedih, biasa aja.

Hawong perkara penolakan pendirian gereja kan sudah biasa, sama kayak penolakan acara-acara yang berkaitan dengan acara orang Kristen, sudah jadi “makanan” wajib umat Kristiani. Jadi nggak kaget-kaget amat, apalagi pake acara marah-marah. Ngapain?

Bukan, bukan karena saya ini masih Katolik ber-KTP Islam dan masih males-malesan ke gereja. Saya nggak kaget-kaget amat, ya karena hal semacam ini sudah biyasaaaa banget terjadi, di negeri yang tinggi sekali tingkat toleransinya ini.

Makae, mau marah-marah juga percuma. Ngajak berantem apalagi, kayak berantem sama anak kecil. Menang malu, kalah malu-maluin. Nggak bisa dibanggain sama sekali.

Makanya, timbang marah-marah mending disenyumin aja, diketawain aja, sambil nanya sama Yesus.

“Sus, becandanya gini amat sih? Mbok bantuin gitu lho. Mosok mau bikin gereja biar bisa beribadah bareng-bareng aja susah. Katanya, ‘Mintalah, maka Aku akan memberi,’ lha itu, minta tolong biar gampang ngediriin gereja aja, kok nggak mau bantu sih?”

Etapi, ngomong kaya gitu sama Tuhan Yesus, kok malah jadi kepikiran yha, mau dijawab apa, jangan-jangan malah jawab gini;

“Halah, kayak gitu aja bingung. Memangnya di Kitab Suci, ada gitu, saya nyuruh kalian-kalian bikin gereja? Nggak ada kan? Katanya percaya kalau Roh Kudus itu ada di hati kalian, makae kalian mau jadi orang Kristen, kenapa harus susah-susah bikin gereja, wong berdoa di mana aja kan sama saja, yang penting Roh Kudus mengurapi kalian semua.”

Blaik to? Ambyar tenan.

Jadi kepikiran, itu, para ustaz mualaf, yang terkenal, kaya raya, dan banyak umatnya, jangan-jangan yha mereka murtad dari umatnya Yesus, karena kebanyakan ‘ngobrol’ sama Yesus? Terus dapet jawaban-jawaban selow semacam itu.

Secara, banyak banget jew, dari mereka, yang kasih penjelasan selow, tentang perjalanan mereka menjadi mualaf.

Tentang sejarah mereka menemukan panggilan, calling-calling dari agama lain, tanpa mikir, itu segala premis yang mereka pakai, hasilnya cuma zonk, kalau dicocokologikan dengan kenyataan kehidupan seorang Kristen.

Kayak Ustaz mualaf Steven Indra Wibowo yang lagi ngehits ini, yang ternyata seumuran saya (nggak penting banget). Si kokoh ustaz mualaf, yang sebelas dua belas sama Ustaz Felix Siauw ini, ngakunya anak seorang aktivis Gereja GKI alias Gereja Kristen Indonesia, juga aktivis Gereja Bethel.

Ini aneh lho, bisa gitu, ada yang aktivis Gereja Protestan (GKI), sekaligus gereja Karismatik (GBI/Gereja Bethel Indonesia). Aneh bin ajaib banget pokoknya wes.

Tahu nggak anehnya di mana?

Aktivis gereja Protestan, adalah orang-orang yang ditunjuk oleh yayasan pengelola gereja. Yang mana biasanya, berasal dari sekolah-sekolah teologia, alias sekolah agama. Sementara, yang namanya gereja Karismatik, semacam Gereja Bethel ini, biasanya, gerejanya adalah gereja milik pribadi, tidak dikelola oleh yayasan.

Pengurusnya, ya orang-orang yang masih ada hubungan keluarga, dengan pemilik gereja.

Ibaratnya, Gereja Karismatik itu bisa dianalogikan sama dengan sebuah pesantren keluarga, yang pemilik serta pengurusnya, ya orang-orang yang masih ada hubungan darah, dengan si pemilik pesantren.

Nah, hubungan semacam ini juga, biasanya amat sangat kuat, satu sama lain, bakal sibuk mencari dan merekrut jemaat, agar gereja menjadi besar dan kuat.

Makae, nggak mungkin banget ada aktivis gereja Karismatik, bakal ndobel jadi aktivis juga, di gereja Protestan. Karena boleh dibilang juga, hubungan gereja Protestan, dengan gereja Karismatik itu. Mungkin kayak pengurus Fatayat dobel jadi pengurus Aisyiyah. Emejing kan?

Nah, dengan cerita kronologi awal seselow itu, saya ndlongob dong. Itu ceritanya gimana yak, pas ngobrol-ngobrol sama Tuhan Yesus? Njuk kepikiran gitu, bikin prolog pengenalan diri jadi mualaf kok seajaib itu?

Apalagi pake acara pengenalan tambahan, bahwa dirinya itu, sebelum putus iman dengan Yesus, pernah juga jadi bruder, plus sekolah misdinar, biar jadi pastor. Duh, itu obrolannya gimana yak? Sampai diurapi Roh Kudus? Dikasih kecerdasan tingkat neraka ketujuh? Bisa mikir cerita seruwet sapu ijuk.

Gini loh say, cyn, wahai kelen-kelen yang ngaku habis putus iman sama Yesus, trus ngaku sekolah misdinar biar jadi pastor… mbok ya tolong, nyempetin gugling dulu sebentar sebelum nggedabrus.

Hawong gugling bentar aja, ngetik kata “misdinar” bakal keluar, arti kata misdinar itu apa.

Misdinar atau Akolit, itu sebutan buat para putra-putri altar. Itu lho, bocah-bocah yang kadang ada yang unyu kadang nggak, yang bantuin romo, alias pastur, melaksanakan liturgi.

Mereka ini, yang biasanya melayani pemimpin liturgi (dalam hal ini romo atau pastor), bawa tongkat gembala di depan arak-arakan para petugas liturgi. Terus, mereka-mereka juga yang biasanya membawa stribul, bejana untuk air berkat, plus lonceng di dalam sebuah liturgi.

Terus apa iya, perlu sekolah misdinar dulu, biar jadi pastor? Hawong misdinar ini ya ditunjuk, atau mengajukan diri secara sukarela, hanya diberi pelatihan bagaimana menjadi seorang misdinar doang. Artinya nggak ada itu acara sekolah-sekolahan.

Lagian, ini bocahnya putra dan putri lho, masa iya, terus ada calon pastor perempuan gitu?

Wadoooh, bisa guncang tuh tahta Vatikan.

Nah, kalau perkara bruder, ini ya jelas beda lagi acaranya dengan frater, alias calon pastor. Seorang bruder, itu biarawan, layaknya suster, mereka hidup selibat, tapi tidak menerima tahbisan imam.

Mereka memilih hidup selibat, mengikat diri dengan sebuah tarekat, tapi lebih banyak mengabdikan diri untuk melayani sesame. Di bidang sosial, pendidikan, atau administrasi yang berkaitan dengan agama Katolik, tapi tidak mempunyai kewenangan memimpin atau mengadakan sebuah liturgi.

Sementara frater, bakal menerima tahbisan imam dan kemudian menjadi seorang pastor.

See? Seruwet itu lho cerita yang didongengkan oleh Ustaz Steven Indra Wibowo, yang ngaku anak seorang aktivis gereja Protestan dan gereja  Karismatik, tapi diarahkan oleh ayahnya, agar menjadi seorang pastor.

Itu ibaratnya ada seorang Rabi Yahudi, yang mengajari anaknya, agar menjadi seorang pastor. Nggak mungkin banget lah. Ini sama kayak nunggu virus corona bisa sembuh pakai Fatigon, eh, Hemaviton.

Duh, kalian puyeng ngga sih baca fakta segambreng begitu? Kalau saya sih terus terang aja mumet. Padahal itu baru ngekroscek seuprit fakta dari bualan sang ustaz yang mendadak jadi selebritis ini lho.

Tapi herannya, banyak bohong kaya gitu kok laku yha?

Banyak gitu, yang terkagum-kagum sampai ngepens. Terus mendaulat diri jadi umat ustaz atau ustazah mualaf rasa selebritas, yang demen banget jualan cerita perjalanan putus imannya dari Yesus, lalu mendapat pencerahan, dengan cara menjelek-jelekan agama lamanya kemudian jadi mualaf.

Padahal, nggak cerah-cerah amat gitu. Wong kebanyakan, cerita bohongnya ruwet semua.

Jadi mikir, ternyata jadi orang Kristen enak juga yha? Nggak menderita-menderita banget lah.

Nyatanya kesempatan untuk meraup segala kemewahan, gampang banget didapat. Hanya dengan satu kata, jadi ”mualaf” terus banyak jalan menuju surga dunia.

Bayangin aja. Bakal banyak fans, banyak yang mencintai dan menyayangi, membuka tangan, pelukan, sampai harta bendanya, demi bisa berceloteh meski nggak ada isinya.

Padahal, kalau masih ngaku Kristen, bakal dicap kafir, diperlakukan sebagai minoritas, yang harus bin wajib tahu diri, nggak boleh rewel atau banyak bacot di mana-mana. Jangankan pengen ngebangun gereja, komen di sosmed aja, auto ditanya, situ agamanya apa? Kafir yha?

Giliran ngaku mualaf, lalu jualan mantan agama, duh, yang beli bejibun. Antusias antriannya bakal panjang, kayak antri sembako di pasar murah menjelang lebaran.

Coba gitu, posisinya dibalik, yang tadinya muslim, pindah menjadi Kristen. Boro-boro bakal laku jadi PaGem atau BuGem, ngasih kesaksian di gereja-gereja Karismatik aja, belum tentu ada yang mau ndengerin. Belum lagi bakal panen hujatan dari sana-sini.

Makae, kalian-kalian yang senengnya memandang orang Kristen dengan sebelah mata, nggak usah pada nggaya deh. Nggak usah sok ribat bin ribet ngelarang acara ini-itu dengan alasan takut ada pelemahan iman.

Kalau di situ jebul ada acara mualaf massal gimana coba? Dapat tambahan stok pakar pembanding agama ya kan?

BACA JUGA Pindah Agama Lantas Mengejek Keyakinan Terdahulu itu Buat Apaan Sih? atau tulisan Margaretha Diana lainnya.

Terakhir diperbarui pada 23 Juli 2020 oleh

Tags: Felix Siauwmualafustaz mualaf
Iklan
Margaretha Diana

Margaretha Diana

Ibu dua anak. Tinggal di Semarang,

Artikel Terkait

Felix Siauw Seharusnya Pro Syiah Iran Sejak Dulu MOJOK.CO
Esai

Coba Bayangkan Kalau Sejak Dulu Felix Siauw Pro Iran, Israel Pasti Sudah Rata dengan Tanah!

17 April 2024
Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi
Khotbah

Kalimat Tauhid Burung Beo dan Iman yang Tersembunyi

24 Desember 2021
Kolom

Berteman dengan Coki Pardede Adalah Jalan Ninjaku

21 April 2021
Jadi Mualaf Demi Bisa Nikahi Perempuan Muslim
Khotbah

Jadi Mualaf Demi Bisa Nikahi Perempuan Muslim

15 Januari 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya

Drama Amien Rais vs Zulkifli Hasan yang Semakin Menuju Puncak

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kos dekat UPN Jogja, harga murah fasilitas mewah MOJOK.CO

Tinggal di Kos Dekat UPN Jogja: Murah tapi Mewah, Fasilitas bikin Iri Penghuni Kos Rp700 Ribu

23 Mei 2025
Mahasiswa UIN Jogja, UIN Sunan Kalijaga.MOJOK.CO

Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Jogja “Terjebak” Stigma, Disuruh Meruqyah sampai Melacak Uang Hilang Gara-gara Dianggap Paham Hal Klenik

21 Mei 2025
UMR Jakarta, merantau ke jakarta.MOJOK.CO

Butuh Gaji Rp15 Juta untuk Hidup Nyaman di Jakarta, Perantau yang Miskin Kudu Rela Tinggal Bersama Kecoa-Tikus dan Melahap Makanan Sisa

23 Mei 2025
Tukang sayur di Solo lebih makmur ketimbang kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Nekat Merantau dari Jakarta ke Solo untuk Bangun Usaha Sendiri, Kini Hidup Jauh Lebih Tenang dengan Gaji Berkecukupan

21 Mei 2025
Ujian warga plat K seperti Rembang yang merantau di Semarang MOJOK.CO

Orang Plat K Harus Hadapi Banyak Derita kalau Merantau di Semarang, Benar-benar Penuh Drama

22 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.