Dinasti Politik Mbulet ala Klaten - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Dinasti Politik Mbulet ala Klaten

Faisal Nur Hidayat oleh Faisal Nur Hidayat
6 Maret 2016
0
A A
Dinasti Politik Mbulet ala Klaten

Dinasti Politik Mbulet ala Klaten

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Saya coklat, cowok Klaten. Ini istilah bukan saya yang bikin lho, memang begitulah sebutan kami di kota penuh lelaki impian ini. Lalu buat cewek panggilan kerennya apa? Gak ada sih. Tapi jangan berkecil hati, kamu para mbak ABG, mamah-mamah muda, dan ukhti-ukhti asli Klaten sekalian patut berbangga, karena Klaten ini satu-satunya daerah yang dipimpin oleh Perempuan baik bupati maupun wakilnya.

Bagaimana? Sudah bangga belum? Kalau sudah mari sedikit mengulas Duo Srikandi kita yang mungkin akan mengurangi derajat kekerenan mereka.

Mungkin sudah pada sedikit tahu tentang ke-mbulet-an dinasti ini. Berawal dari status Pakde AS Laksana, yang kini sudah dibagikan hampir seribu kali. Sebenarnya sih saya sudah membahas tentang dinasti ini sejak keduanya ditetapkan sebagai pemenang Pilkada desember lalu melalu sebuah note di Facebook (yang hanya di-like dua orang teman dan dibagikan tiga kali). Ya, wajarlah. Saya ini apa sih, cuma butir buih di luasnya segara kidul.

Jadi begini ceritanya, harap diperhatikan dengan baik-baik karena ini memang mbulet.

Bupati Klaten saat ini bernama Sri Hartini. Beliau ini adalah wakil dari bupati sebelumnya, Sunarna, yang menjabat selama dua periode selama 2005-2015. Sri Hartini ini sendiri adalah istri dari bupati Klaten periode 2000-2005, Haryanto Wibowo.

Baca Juga:

Maria Ulfa, Perempuan yang Tumbuh dalam Dinamika Politik Internasional

Sutan Sjahrir: Realitas Politik Itu Beda dengan Kehidupan di Dunia Kampus

Upaya Sanusi Pane Melepas Batak dari Minang

Bupati Haryanto ini memiliki urban legend tersendiri. Konon katanya, dalam sebuah pidato pelantikannya, beliau membaca teksnya dengan sangat literalis.

“Asalamualaikum We Er We Be, Bapak dua, ibu dua sekalian.”

Saya sendiri kala itu masih terlalu ingusan untuk mengikuti dinamika politik, tapi “keantikan” mantan bupati kita ini sudah menjadi keniscayaan yang tersebar dari mulut ke mulut antargenerasi hingga sekarang.

Belum cukup mbulet?

Mari berlanjut ke wakilnya, Sri Mulyani. Beliau ini adalah istri dari mantan bupati Sunarna. Jadi, setelah sepuluh tahun mendampingi sang suami menjadi bupati, kini beliau menjabat menjadi wakil bupati mendampingi mantan wakil dari suaminya. Dan begitulah terjadinya Duo Sri yang kekuasaannya akan bercokol setidaknya hingga 2020, dan sangat mungkin diperpanjang lagi.

Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan adanya dinasti politik, selama dinasti itu terbentuk sudah melalui aturan yang berlaku dan memang orang-orang tersebut mempunyai kemampuan yang memadai. Contohnya di Amerika Serikat.

George Bush Junior tidak terpilih hanya semata-mata dia adalah anak dari George Bush Senior. Begitu pula Hilary Clinton dijagokan di bursa Presiden 2016 bukan hanya karena beliau adalah mantan ibu negara dan istri dari Presiden Bill Clinton. Keduanya memang memiliki kapasitas yang telah terbukti ketika sebelumnya memegang jabatan publik di pemerintahan AS.

Kalau mau mengambil contoh dari negara sendiri sih ya memang agak sulit. Saya masih tidak yakin Ibas Yudhoyono, misalnya, dapat menjadi anggota DPR-RI karena kemampuan sendiri, tetapi lebih karena kharisma sang bapak yang gemar bernyanyi itu.

Belum lagi kalau melihat kasus di daerah lain, dinasti politik itu hampir tidak ada yang baik.

Lihat kasus di Banten, mantan gubernurnya, Ratu Atut terdakwa kasus korupsi alat kesehatan. Beliau ini adalah istri dari anggota DPR-RI 2009-2014, Hikmat Tomet. Adiknya, Tubagus Chaeri Wardana yang merupakan terdakwa kasus penyuapan hakim Akil Mochtar adalah suami dari Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmy Diany.

Hebatnya, meski keluarga besar ini terkena beragam kasus, Airin kembali terpilih tahun ini. Tatapan sayu dan suara mendayu beliau agaknya begitu mudah menaklukan hati pemilih laki-laki se-Tangsel. Belum lagi anak dari Ratu Atut yang juga terpilih menjadi Anggota DPR-RI 2014-2019. Haybat to?

Di Dinasti Klaten juga mirip. Bupati Haryanto mengakhiri kariernya dengan tersandung kasus korupsi pengadaan buku. Kasus ini sendiri berhenti karena pada akhirnya belIau dipanggil oleh Yang Maha Kuasa terlebih dahulu. Dan karena orangnya sudah meninggal maka lebih baik kita tidak ngelek-elek lebih jauh, ora ilok!

Bupati Sunarna ini juga terlibat beberapa kasus. Prestasinya juga tidak mentereng amat. Malah bagi saya banyak hal tidak penting dibuat oleh beliau. Yang paling tidak penting menurut saya adalah pembangunan Masjid Agung Klaten–bagi yang sering wira-wiri Jogja-Solo pasti tahu tempat ini.

Hal ini tidak penting karena Klaten sejatinya sudah punya Masjid Raya di samping alun-alun. Di samping itu, masih banyak daerah di pelosok Klaten yang masuk dalam kategori miskin, bahkan desa miskin di Klaten ini terbanyak se-Jateng lho, kurang apa coba?

Peresmian Masjid Agung pun juga sangat dipaksakan karena pak bupati akan habis masa jabatannya, padahal pembangunan belum selesai sampai sekarang. Malah baru-baru ini ada laporan bangunan seharga 70 M itu atapnya bocor.

Dari latar belakang dua keluarga yang menguasai Klaten sejak tahun 2000 itu, saya enggak yakin kalau Duo Srikandi ini akan lebih baik.

Terkait Duo Srikandi ini memang sejak awal memiliki beragam masalah. Mulai dari timsesnya yang tertangkap tangan membagikan amplop, tentu berisi uang bukan ucapan selamat. Sampai Sri Hartini sendiri yang membagikan uang di sebuah pesta rakyat ketika masih menjabat sebagai wabup. Walaupun dalihnya uang tersebut hanya diberikan ke anak-anak. Belum lagi masalah latar belakang pendidikan beliau yang juga sempat dipermasalahkan.

Banyak alasan tersebut membuat saya yakin tidak memilih pasangan Hati-Mulya ini. Eits, tapi jangan langsung main tuduh saya ini barisan sakit hati yang jagoannya kalah lho, ya. Saya pribadi pada Pilkada 2015 memilih golput. Alhamdulillah saya istiqomah golput sejak Pemilu 2014 lalu. Jadi tulisan ini sama sekali bukan ujaran kebencian.

Terakhir, izinkan saya untuk sedikit riya’. Nama saya diakhiri dengan titel S.IP, Sarjana Ilmu Pelet, eh maksud saya Ilmu Politik. Maka saya akan menggambarkan bagaimana peta politik Klaten ke depannya yang saya yakin akan lebih mbulet lagi. Kita mulai dari awal,ya.

Bupati Haryanto, beristri Sri Hartini menjabat 2000-2005. Digantikan oleh Bupati Sunarna yang beristri Sri Mulyani, 2005-2010. Bupati Sunarna terpilih lagi, Sri Hartini naik pangkat menjadi wakilnya, 2010-2015. Sri Hartini kini yang jadi bupati di dampingi Sri Mulyani, istri mantan bupati sebelumnya, 2015-2020.

Prediksi saya, 2020 elektabilitas Sri Hartini menurun, maka yang maju adalah Sri Mulyani. Kali ini akan didampingi anak dari Sri Hartini yang merupakan anggota DPRD Klaten 2014-2019. Tahun 2025 Sri Mulyani mungkin juga sudah agak menurun elektabilitasnya, namun masih cukup kuat. Di sisi lain, wakilnya juga memiliki kans yang sama. Maka 2025 ini yang masih agak susah untuk diprediksi. Yang jelas setidaknya sampai 2030 pemimpin Klaten masih didominasi keluarga itu-itu saja.

Piye, cah Klaten? Kira-kira opo yo ora bosen kalau punya pemimpin yang mbulet-mbulet seperti itu terus?

Kalau bosen, begini saja, saya ada wacana:

Bagaimana kalau saya nyalon bupati terus kalian pilih. Sekali lagi ini cuma wacana lho, ya.

Tapi, sebentar, saya biar cari pendamping hidup dulu…

Tags: dinasti politikduo srikandijawa tengahklatenpolitik
Faisal Nur Hidayat

Faisal Nur Hidayat

Artikel Terkait

maria Ulfa, perempuan dan politik

Maria Ulfa, Perempuan yang Tumbuh dalam Dinamika Politik Internasional

17 April 2022
Sutan Sjahrir Realitas Politik

Sutan Sjahrir: Realitas Politik Itu Beda dengan Kehidupan di Dunia Kampus

16 April 2022
Upaya Sanusi Pane Melepas Batak dari Minang

Upaya Sanusi Pane Melepas Batak dari Minang

12 April 2022
ilustrasi kuburan mojok.co

Cerita dari Warga Godong: Selasa Kliwon, Tali Pocong, dan Tidur 7 Hari di Lantai

16 Maret 2022
Menelusuri Bukti Mataram Kuno Cabang Kerajaan Sriwijaya Terakit Keberadaan Candi Borobudur dan Candi Prambanan MOJOK.CO

Menelusuri Bukti Mataram Kuno Cabang Kerajaan Sriwijaya Terkait Keberadaan Candi Borobudur dan Candi Prambanan

12 Februari 2022
ibu-ibu yang bekerja

Ibu-ibu yang Bekerja Sekuat-kuatnya di TPI Tasik Agung Rembang

20 Januari 2022
Pos Selanjutnya
Donald Trump Bisa Menjadi Presiden Amerika

Donald Trump Bisa Menjadi Presiden Amerika

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Dinasti Politik Mbulet ala Klaten

Dinasti Politik Mbulet ala Klaten

6 Maret 2016
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Bogor: Kota Paling Ideal di Indonesia untuk Pensiun MOJOK.CO

Kota Bogor: Kota Paling Ideal di Indonesia untuk Pensiun

2 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022

Cara Hadapi Henry Subiakto Menurut Mahasiswanya, Itu Lho Staf Kominfo yang Unggah Liputan Narasi TV Tanpa Watermark

3 November 2020
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyampaikan visi dan misi 2022-2027 di DPRD DIY.

Terapkan Pancamulia, Sri Sultan HB X Sampaikan Visi Misi Jadi Gubernur 

9 Agustus 2022
Sri Sultan Mampu Redam Konflik Pemaksaan Jilbab Secara Taktis, Bukti Jogja (Mungkin) Masih Istimewa MOJOK.CO

Sri Sultan Mampu Redam Konflik Pemaksaan Jilbab Secara Taktis, Bukti Jogja (Mungkin) Masih Istimewa

9 Agustus 2022
keuangan mahasiswa mojok.co

Pentingnya Pengelolaan Keuangan bagi Mahasiswa, Agar Tak Kehabisan Uang di Tengah Bulan

8 Agustus 2022
Whatsapp dan Gojek Jadi Aplikasi Paling Berpengaruh versi Google Play Store

Whatsapp dan Gojek Jadi Aplikasi Paling Berpengaruh versi Google Play Store

8 Agustus 2022
menyusui mojok.co

Tips Menyusui Agar Kebutuhan Kalori Bayi Tercukupi 

8 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In