Dikira Menulis Puisi Nggak Pakai Makan Nasi?
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Dikira Menulis Puisi Nggak Pakai Makan Nasi?

Orang-orang tidak melihat proses panjang belajar si penulis. Ada yang lima tahun menulis, 10 tahun belajar, 30 tahun berkarya.

Arman Dhani oleh Arman Dhani
22 Desember 2021
0
A A
Dikira Menulis Puisi Nggak Pakai Makan Nasi? MOJOK.CO

Ilustrasi penyair. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Royalti penyair itu sangat terbatas. Mereka belum tentu bisa hidup sepenuhnya dari menulis puisi.

Saya sempat menulis tentang bagaimana semestinya kita menghargai penulis. Seorang penulis copy iklan atau caption media sosial, bisa mengerjakan tugas hanya dalam hitungan menit. Ini tentu bukan karena pekerjaan itu mudah, tapi karena sebagai penulis, dia telah melalui proses belajar yang panjang. Seperti bertemu editor galak yang mengajari soal ejaan, menghafal kata dan artinya, logika kalimat, dan struktur kata yang membuat orang terpukau.

Beberapa orang akan melihat durasi pengerjaan sebagai tolok ukur kemudahan. Makin cepat makin mudah. Mereka tidak tahu, seorang penulis yang bisa membuat kalimat dalam rentang waktu 15 sampai 30 menit, harus melalui proses berpikir, memahami audiens, menerjemahkan brief, hingga kemudian melahirkan caption yang ciamik.

Orang-orang mungkin tidak melihat proses panjang belajar si penulis. Ada yang sudah lima tahun menulis, 10 tahun belajar, 30 tahun berkarya. Tidak instan, keras, dan mungkin membikin frustrasi. Untuk bisa menulis, orang itu harus banyak membaca, banyak membeli buku, mungkin juga berlangganan situs berbayar untuk meningkatkan kualitas dan itu tidak murah.

Sebagai penulis, saya cukup percaya diri untuk menulis esai. Sebuah esai mestinya lahir dari pengamatan yang serius, menguji sumber, dan ditulis dengan sikap keberpihakan yang jelas. Esai harus benar, ia tak perlu masuk akal.

Lho kok bisa? Bisa dong. Buat saya, seorang pemimpin yang berkomitmen pada Hak Asasi Manusia mustahil merekrut pelanggar HAM untuk jadi menteri, tapi ya ada tuh yang demikian. Ini mengapa bagi saya, menulis puisi adalah pekerjaan yang sulit. Seorang penyair mesti bekerja dengan metafor, pilihan diksi, dan seperangkat muslihat kata untuk membuatnya indah atau punya nilai.

Baca Juga:

TIARA UCI: PENULIS PALING VIRAL DI MOJOK SAAT INI!

Tiara Uci: Penulis Paling Viral di Mojok Saat Ini!

6 Maret 2023
remy sylado mojok.co

Remy Sylado, Pelopor Puisi Mbeling yang Melawan Orba

13 Desember 2022

Saya sangat bisa salah. Mungkin puisi yang baik adalah puisi yang bicara soal tulang belikat tukang becak yang kelaparan. Mungkin puisi yang baik adalah yang bicara soal angin, rintik hujan, atau minum kopi jelang senja. Sangat mungkin juga puisi adalah tentang anak Jaksel, yang literaly trying so hard buat nggak burn out di tengah coffee shop sembari teriak anti kapitalisma dari kartu kredit bapaknya yang pengusaha batu bara. Siapa tahu?

Saya setuju kok jika keterampilan menulis itu barang mahal. Puisi punya marwah istimewa, karena ia menerjemahkan kata-kata untuk tak hanya sekadar dibaca, tapi juga diresapi, dimaknai serius, dan jika kita cukup mujur, bisa menjadi semangat zaman. Ini mengapa, penyair punya tempat terhormat di hati saya, tentu ini dengan pengecualian kanda Taufiq Ismail.

Bagi banyak orang, menulis puisi adalah pekerjaan penuh. Mereka yang berusaha mencari padan kata untuk menerjemahkan perasaan, peristiwa, atau perubahan suasana. Penyair yang menulis puisi semestinya dibayar dengan layak. Mereka yang dengan rela mengambil pekerjaan untuk merawat kata-kata dan membuat pembacanya bisa mengambil jeda, lalu berteriak, “Oalah jancok,” atau “Ya juga ya.”

Penyair yang baik butuh banyak membaca, butuh banyak menulis, butuh banyak menghafal kata, butuh banyak menonton/mencari inspirasi, hal-hal yang bisa dilakukan dengan baik jika tak sibuk cari uang. Tapi tentu sampai hari ini, seperti juga profesi buruh migran dan guru, penyair dilekatkan dengan label gawat yang suci.

Penyair harus bekerja untuk sastra, jangan ngarep honor, apalagi ingin dibayar layak. Ini kan berak. Penyair juga butuh makan. Butuh baca buku supaya puisinya jitu, butuh nonton film agar puisinya kalem, butuh dengar musik agar puisinya asik, dan jika perlu penyair butuh liburan agar puisinya membawa kegembiraan.

Saya dulu pernah menulis jika harga buku di Indonesia sangat mahal, untuk menonton film juga bukan hal yang murah. Jika kamu bukan orang kaya, baca buku adalah kemewahan yang tak bisa dipenuhi. Banyak kasus di mana penyair itu hidup dalam kemiskinan meski sudah menulis puluhan buku.

Royalti penyair ini sangat terbatas. Mereka belum tentu bisa hidup sepenuhnya dari menulis puisi. Puisi adalah genre sastra yang susah laku, kecuali tentu saja jika puisimu dibacakan Nicholas Saputra. Ada penyair yang harus bekerja serabutan, yang tak ada kaitan dengan kerja menulis supaya bisa makan.

Nasibnya akan lebih blangsak dan lebih ancur jika buku puisinya dibajak atau karyanya diplagiat. Jadi kalau ada temanmu yang jadi penyair, beli karyanya. Paling dari penerbit, dia cuma dapat Rp6.000 per buku. Jangan minta gratisan! Apalagi berharap dia menuliskan puisi secara gratis.

Tentu kita berharap penyair tidak hanya menulis puisi atau malah menghamba pada bandar puisi esai. Kita berharap para penyair ini bisa menulis sajak yang bermutu, yang baik, yang mengetuk perasaan, dan bisa dinikmati siapa saja. Untuk bisa mencapai ini, mereka butuh lebih banyak membaca karya berkualitas, butuh lebih banyak latihan menulis, dan butuh lebih sering melakukan kurasi atau mengedit kata dan kalimat.

Jadi, jika ada temanmu yang berprofesi sebagai penulis, entah copywriter atau melabeli diri penyair/sastrawan, hargai dia sebagai manusia yang berproses panjang. Jika dia menulis puisi dan berharap mendapatkan upah dari kerja-kerja kepenyairan yang dia lakukan, bayarlah kerjanya itu. Semoga kelak, penyair bisa dibayar sama mahalnya seperti buzzer, tapi tentu dengan martabat pekerjaan yang lebih baik.

BACA JUGA Kenapa Penyair itu Kere? dan artikel menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Arman Dhani

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 22 Desember 2021 oleh

Tags: copywriterkarya sastramenulis puisipenghasilan penulispenulisPenyairpuisisajak
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

TIARA UCI: PENULIS PALING VIRAL DI MOJOK SAAT INI!
Movi

Tiara Uci: Penulis Paling Viral di Mojok Saat Ini!

6 Maret 2023
remy sylado mojok.co
Kilas

Remy Sylado, Pelopor Puisi Mbeling yang Melawan Orba

13 Desember 2022
Fatur mahasiswa tunanetra yang suka merantau dan baca buku.
Bertamu Seru

Cerita Fatur, Mahasiswa Tunanetra yang Hobi Merantau, Membaca Buku, dan Main Catur

15 November 2022
M. Aan Mansyur & A. Saeful Anwar: Melihat Chairil Anwar Bekerja
Movi

M. Aan Mansyur & A. Saeful Anwar: Melihat Chairil Anwar Bekerja

12 September 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
HP Baru dan Laptop Apple untuk Dibeli di Penghujung 2021 MOJOK.CO

HP Baru dan Laptop Apple untuk Dibeli di Penghujung 2021

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Dikira Menulis Puisi Nggak Pakai Makan Nasi? MOJOK.CO

Dikira Menulis Puisi Nggak Pakai Makan Nasi?

22 Desember 2021
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
unair mojok.co

10 Prodi UNAIR yang Sepi Peminat dan Persaingannya Tidak Ketat

15 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023
Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang MOJOK.CO

Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang

16 Maret 2023
its mojok.co

7 Jurusan ITS yang Sepi Peminat dan Persaingannya Tak Begitu Ketat

17 Maret 2023

Terbaru

Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
korban mutilasi mojok.co

Kronologi Mutilasi di Sleman, Keluarga Curigai Mantan Orang Terdekat

21 Maret 2023
jokowi ketemu megawati di istana

3 Jam Jokowi Ketemu Megawati di Istana, Timang-Timang Nama Capres atau Reshuffle Menteri?

20 Maret 2023
Miftahur Rizaq: Perupa Muda yang Hidupnya Diselamatkan Rokok

Miftahur Rizaq: Perupa Muda yang Hidupnya Diselamatkan Rokok

20 Maret 2023
5 rekomendasi podcast politik

5 Podcast yang Seru Disimak Menjelang Tahun Politik 

20 Maret 2023
becak listrik mojok.co

Gantikan Becak Kayuh, Becak Listrik Mulai Mengaspal di Malioboro  

20 Maret 2023
arsip surat RA Kartini

Rieke Diah Pitaloka Sebut Surat-Surat RA Kartini Penting Dijadikan Memori Kolektif Dunia

20 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In