Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

B.J. Habibie, Bapak Demokrasi Indonesia

Prima Sulistya oleh Prima Sulistya
11 September 2019
A A
bj habibie meninggal dunia biografi obituari

bj habibie meninggal dunia biografi obituari

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Magrib hari ini, 11 September 2019, Presiden Ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia di Jakarta. Satu sosok besar Indonesia baru saja berpulang. 

Bacharuddin Jusuf Habibie menjadi presiden Indonesia lewat jalan dramatis karena kebetulan menjadi wakil presiden di waktu genting. Hanya 70 hari ia menjabat wakil presiden. Periode kepresidenannya adalah yang paling singkat di antara 7 presiden (yang diakui di) Indonesia, tapi bisa dibilang juga yang paling krusial. Di masa pemerintahannya, Timor Timur merdeka. Perannya dikecilkan sejarah, mula-mula sebagai figur genial, belakangan sebatas simbol cinta sejati.

***

Dalam sebuah pernyataannya di bulan Juli 1999, Habibie mengibaratkan kondisi Indonesia ketika ia dilantik sebagai presiden (setelah menjabat sebagai wakil presiden selama 70 hari) layaknya pesawat yang tengah mengalami “super stall”. Daya angkatnya nol dan menjelang jatuh. Penduduk Indonesia berjumlah 210 juta orang adalah penumpang yang tidak menyadari pesawat tengah menuju kejatuhan. Sementara, pilotnya sedang tidak sadarkan diri. Habibie adalah kopilot yang harus segera mengambil alih kendali dan menyelamatkan pesawat.

Saat itu, Habibie hanya memiliki dua pilihan. Masuk kabin dan menjelaskan kepada penumpang bahwa pesawat akan jatuh atau tetap diam dan mencoba menyelamatkan pesawat. Sementara waktu terus berkurang.

Siapa pun yang menjadi pilot di saat-saat seperti itu, kata Habibie, tidak bisa melakukan sesuatu menurut keinginannya. Ia harus berkompromi dengan keadaan. Jika ia tidak melakukan itu, maka Indonesia akan mengalami “balkanisasi”. Pecah menjadi negara-negara kecil seperti yang terjadi di Yugoslavia.

“Kalau saya tidak mengambil kebijakan yang sesuai dengan kriteria yang saya tentukan, kondisi di Indonesia bisa lebih tidak rasional. […] Bangsa Indonesia dapat terpecah-pecah mengalami ‘Balkanisasi’. […] Negara yang besar terpecah-pecah menjadi negara-negara yang kecil. Di Afghanistan dan Irak dibayar dengan darah. Jika ini terjadi, maka yang menderita adalah rakyat,” tulis Habibie dalam memoarnya, Detik-detik yang Menentukan (2006: 449).

Indonesia di awal tahun 1998 adalah pesawat yang mengalami “super stall” dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan psikologi. Menghadapi situasi tersebut, Habibie yang telah “berada di kokpit” selama 20 tahun sebagai menteri dan sebagai wakil presiden selama 70 hari adalah orang tepat di waktu dan tempat yang tepat, serta mengerjakan hal tepat. Setelah dilantik, Habibie meprediksi, jika hingga September 1998 krisis politik dan ekonomi tak teratasi, maka pemerintahan Indonesia akan jatuh.

“Menjadi presiden, bukan segalanya bagi saya, tetapi yang penting apa yang terbaik bagi bangsa ini,” tulisnya (2006 : 450).

Naiknya Habibie disambut pesimisme. Ia diragukan mampu melaksanakan agenda reformasi sebab dianggap merupakan bagian dari Orde Baru. “Prasangka dan praduga negatif mengenai saya adalah wajar saja. Rakyat akan menilai dan sejarah mencatat,” Habibie mengatakan (2006: 54).

Kebijakannya perdananya menggambarkan usahanya menyelamatkan negara dari “super stall” tersebut. Sehari setelah dilantik, pada 22 Mei 1999, ia langsung melantik kabinet baru yang dinamai Kabinet Reformasi Pembangunan. Terdapat 36 menteri dalam kabinet ini, yang terdiri dari 4 menteri negara koordinator, 20 menteri negara pemimpin departemen, dan 12 menteri negara yang menangani tugas tertentu.

Kabinet tersebut mencerminkan semua unsur kekuatan bangsa, meliputi Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, Golongan Karya, ABRI, unsur daerah, kaum intelektual, dan lembaga swadaya masyarakat. Ini merupakan langkah demokratis awal untuk menjawab tuntutan Reformasi.

Di saat yang sama, Habibie juga mengumumkan pemisahan Bank Indonesia (BI) dari pemerintahan, dengan tidak memasukkan Gubernur BI dalam kabinet barunya. Ia beralasan bahwa dengan begitu, BI menjadi lembaga independen yang dapat membuat kebijakan yang logis, tanpa intervensi politik. Selain itu, negara juga tidak diperbolehkan meminjam dana ke BI, melainkan harus ke pasar modal. Ini merupakan cara Habibie untuk menyehatkan nilai tukar rupiah guna menyelesaikan krisis moneter.

Kebijakan Habibie lainnya adalah tetap memperbolehkan mata uang rupiah bergerak sesuai dengan ekonomi pasar, membebaskan semua tahanan politik, memberi kebebasan pers, kebebasan berbicara, dan berdemonstrasi, serta berkunjung ke DPR/MPR untuk berkonsultasi tentang jadwal Sidang Istimewa MPR dan Pemilu.

Iklan

Ia juga memberi kebebasan berpendapat dan menguatkan legitimasi DPR/MPR. Pertimbangannya, dalam krisis politik 1998, salah satu tuntutan rakyat adalah adanya kebebasan dan kemerdekaan. Derivasi dari dua tuntutan ini adalah hak asasi manusia dan demokrasi. Tuntutan ini adalah wajar. Seiring dengan kemajuan yang dibawa pembangunan, sistem pendidikan semakin baik dan sistem informasi semakin sempurna sehingga kualitas SDM semakin meningkat. Namun, perkembangan ini tidak disertai dengan proses keterbukaan dan demokratisasi pemerintah dan pemimpin nasional.

Sejarah membuktikan, para pemula paling banyak lahir dan berkembang menjadi unggul dan andal dalam satu masyarakat yang bebas total (bebas dari dogma), merdeka, dan demokratis. Para pemula ini menjadi salah satu penggerak utama dalam peningkatan produktivitas dan daya saing suatu masyarakat.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Habibie memutuskan untuk menyediakan ruang bagi setiap orang untuk mengeluarkan pendapat dan berunjuk rasa tanpa rasa takut. Pers juga diberi kebebasan mengeluarkan pendapat, dengan segala konsekuensinya. Tahanan politik juga segera dilepaskan. Kelak, tidak boleh terjadi seseorang dipenjarakan karena bertentangan pendapat atau rencana dengan presiden.

Kuatnya pengaruh lembaga eksekutif dalam lembaga yudikatif dengan keberadaan Keluarga Besar Golkar membuat DPR/MPR tidak memiliki legitimasi di mata rakyat. Ditambah lagi dengan adanya kewajiban bagi PNS untuk memilih Golkar dalam pemilu. Menurut Habibie, DPR dan MPR harus diberi legitimasi yang kuat berdasarkan pemilu yang demokratis. Dengan demikian, sebelum Pemilu 1999, Habibie membubarkan Keluarga Besar Golkar dan menghapus kewajiban bagi PNS untuk memilih Golkar. Ia juga membuka kesempatan untuk membuat partai politik apa saja, asalkan tidak melanggar UUD 1945 dan ketetapan MPR. Sebelumnya, pemerintah hanya mengizinkan dua partai, yakni PDI dan PPP serta Golongan Karya menjadi peserta pemilu.

Secara keseluruhan, selama 512 hari Habibie menjabat sebagai presiden ketiga, ia telah melakukan reformasi di bidang ekonomi, politik, HAM, dan birokrasi, serta menuntaskan permasalahan Timor Timur. Semua kebijakannya dilakukan dalam kerangka demokratisasi Indonesia. Oleh karena itu, menurut Bilveer Singh, profesor ilmu politik dari National University of Singapore, jika Sukarno disebut sebagai “Bapak Kemerdekaan Bangsa” dan Soeharto sebagai “Bapak Pembangunan Nasional”, maka Habibie adalah “Bapak Demokrasi Indonesia”.

BACA JUGA Biografi B.J. Habibie, Si Jenius dari Parepare atau artikel Prima Sulistya lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 September 2019 oleh

Tags: BJ HabibieObituaripresiden indonesia
Prima Sulistya

Prima Sulistya

Penulis dan penyunting, tinggal di Yogyakarta

Artikel Terkait

Doktor termuda di UGM, Jogja ingin jadi presiden. MOJOK.CO
Sosok

Doktor Termuda UGM Usia 25 Tahun Ingin Jadi Presiden RI, Meneruskan Sepak Terjang BJ Habibie di Bidang Eksakta

6 November 2025
timbul raharjo mojok.co
Kilas

Prof. Timbul Raharjo, Rektor ISI yang Selalu Kedepankan Kreativitas Itu Telah Berpulang

6 September 2023
djoko pekik mojok.co
Kilas

Maestro Lukis ‘Berburu Celeng’ Djoko Pekik Meninggal Dunia

12 Agustus 2023
nirwan ahmad arsuka mojok.co
Kilas

Duka atas Berpulangnya Nirwan Ahmad Arsuka, Tokoh Literasi Penggagas Pustaka Bergerak

8 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.