Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Mari Bertanya Hal-Hal yang Lebih Rumit dan Penting kepada Pak Ustaz

Kalis Mardiasih oleh Kalis Mardiasih
28 Maret 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sejak kapan pemeluk agama di Indonesia begitu tidak percaya diri atas apa-apa yang ia lakukan sampai-sampai menraktir teman saja harus meminta pandangan hukum dari ustaz?

Tetangga kontrakan saya adalah santri YouTube paruh waktu. Maksudnya, ia tipikal pemeluk agama masa kini yang menimba ilmu pengetahuan agama dari channel YouTube atau akun Instagram ustaz terkenal yang rutin mengunggah video ceramah. Ketika menyampaikan hukum mengucapkan Hari Ibu adalah haram, ia bilang tahu dari Instagram ustaz. Ketika menyampaikan hukum tahlilan haram, ia bilang tahu dari Instagram ustaz. Ketika mengetahui hukum merayakan ulang tahun haram, tentu saja dari akun Instagram ustaz. Begitu pun ketika ia bilang hukum mencium tangan kiai haram, sumbernya adalah akun Instagram ustaz.

Video-video yang diunggah oleh akun instagram ustaz memang menarik. Sangat bersesuaian dengan karakter khas aplikasi Instagram. Santri YouTube paruh waktu tak perlu datang ke majelis taklim, tak perlu beli kitab, tak perlu maknani dan menyimak sambil sedikit ngantuk-ngantuk, dan tentu saja tak perlu mendiskusikan konteks jika tak paham. Video berdurasi tiga menitan itu biasanya sudah mampu menjawab satu pertanyaan tentang hukum dari mengerjakan suatu hal.

Dalam video-video ceramah itu, pertanyaan-pertanyaan dari jemaah itu biasanya dibaca dari sebuah kertas kecil, mirip undian arisan. Bentuk konten semacam itu memang sangat pas untuk para pemeluk agama masa kini, cukup modal bonus kuota gratis tengah malam, menggali ilmu agama sambil tidur-tiduran, mendapat ilmu tentang mengharam-haramkan, lalu keesokan harinya telah merasa paling mendapat hidayah dan mulai berdakwah, entah itu lewat update status atau bilang astagfirullah di kolom komentar Facebook teman yang masih belum tercerahkan. Ciri yang paling utama dan penting, jika terjadi perdebatan sebab teman itu ternyata belum mau diajak serta ke jalan kebenaran, kecakapan penting yang harus dimiliki adalah mengatakan kata-kata pamungkas, yakni: “Kata ustaz ane….”

Permasalahannya, makin lama pertanyaan dari undian kertas arisan ini makin remeh. Salah satunya, misal, ada seorang jemaah bertanya tentang hukum menraktir teman. Amboinya, ustaz tentu saja menjawab pertanyaan itu dengan template yang biasa, yakni memberikan jawaban tegas (yang tentu saja jawabannya boleh tho, cuuuk, cuuuk…) dan tak ketinggalan dengan dalil pendukung. Sungguh ustaz yang mulia dan penuh kesabaran.

Sebagai santri YouTube paruh waktu yang ingin meningkatkan kualitas diri, mari kita sama-sama berpikir sebagaimana perintah Quran kepada hamba yang berakal. Pertama-tama, pertanyaan itu tentu menghadirkan tanya, sejak kapan pemeluk agama di Indonesia begitu tidak percaya diri atas apa-apa yang ia lakukan sampai-sampai menraktir teman saja harus meminta pandangan hukum? Jangan-jangan, ia terlalu banyak mendengar konten pengajian “apa-apa diharamkan” yang sepaket dengan ancaman dosa dan neraka, sehingga mau apa-apa jadi ketakutan?

Pertanyaan hukum menraktir teman itu melukai kecerdasan dan kehormatan anak-anak SD yang gemar berbagi butiran cilok atau siomay satu plastik untuk mulut rame-rame se-geng, tak ketinggalan dengan es teh plastiknya. Anak-anak SD itu, atas nama solidaritas menraktir teman tanpa memikirkan hukum dan pahala.

Pertanyaan itu juga sungguh menyepelekan kemampuan sang ustaz, sebab sang ustaz lebih layak mendapat pertanyaan yang lebih rumit, seperti: Ustaz, jika mencium tangan kiai adalah haram, bagaimana hukum anak saya yang selalu ingin bersalaman ketika bertemu badut-badutan di jalan? Menurut ustaz, manakah yang benar: fotokopi, photocopy, atau poto kopi? Ustaz, motor saya buatan China, yang saya kredit di paguyuban arisan milik tetangga yang kafir, lalu saya jual lagi ke saudara yang kerja di perusahaan minyak Amerika? Ustaz, bagaimana hukumnya jika saya di-tag foto dari akun Facebook teman yang mengajak saya selfie ketika kondangan, apakah dosa saya dobel karena katanya selfie haram dan meng-upload foto pun haram?

Saya yakin, meskipun pertanyaan sudah dibikin rumit begitu, para ustaz hits tersebut tetap bisa menjawab. Apa sih yang tidak bisa mereka jawab? Soal vaksin, misalnya, ibu-ibu follower yang ketakutan pada propaganda Yahudi dan Amerika percaya juga untuk tidak vaksin, sampai-sampai lebih baik kena difteri daripada tidak diridhai Allah, katanya. Soal telur, entah palsu entah tidak, pokoknya kalau bapak-bapak berjenggot dan berjubah yang identitasnya tak jelas bilang China-lah biang keroknya, niscaya mesti kita boikot juga. Bahkan soal utang negara, penjelasan Menteri Keuangan yang diakui terbaik sedunia pun tak ada gunanya, sebab Bu Menteri tidak pernah menggunakan bahasa-bahasa melankolis yang dapat membangkitkan ukhuwah umat beragama. Lagian, Bu Menteri kan lebih cantik kalau pakai jilbab…. Eh, Bu Menteri sudah pernah ditanya apa agamanya, belum?

Ustaz-ustaz pengayom masyarakat Instagram ini memang lebih hebat dari Rasulullah. Alkisah, Rasulullah saw. pernah mendapat interupsi dari seorang petani di Madinah. Ketika itu Rasulullah pernah mempertanyakan mengapa benih kurma harus dikawinkan dan tidak dibiarkan tumbuh secara alami. Petani kurma yang tidak enak hati kepada Rasulullah mengikuti saran Nabi, tetapi hasilnya justru produksi kurma menurun. Ketika melapor kepada Rasulullah, Rasulullah menyadari keterbatasan pengetahuannya di bidang pertanian dan mengatakan, “Kamu sekalian lebih mengetahui urusan duniamu.”

Rasulullah adalah manusia biasa yang meminta maaf dan mengaku bersalah ketika tidak kompeten dalam suatu bidang. Rasulullah mendampingi masyarakat, tetapi perannya adalah mendengarkan permasalahan-permasalahan penting yang disampaikan, lalu membentuk majelis diskusi dan mengidentifikasi masalah bersama itu sembari memikirkan sebuah sistem demokrasi yang memungkinkan munculnya para pemikir yang mengambil peran sesuai keahlian. Rasulullah hadir untuk menyelesaikan persoalan rumit pada zamannya. Jahiliyah ketika itu menistakan perempuan, saling bunuh antarsuku karena sistem ekonomi yang penuh kerakusan, pimpinan kabilah yang zalim menindas para budak, dan berbagai persoalan keadilan lainnya.

Jika ditarik pada masa kini, mungkin Rasululllah ingin para ustaz menjawab bukan sekadar hukum segala macam ucapan yang diharam-haramkan, tapi bagaimana ustaz membantu masyarakat agar punya strategi memerangi korupsi, memikirkan terumbu karang yang rusak, gunungan sampah plastik yang kian mengerikan, sumber mata air bersih yang dijarah limbah industri, juga hutan-hutan lindung yang dibabat para pemodal.

Eh, tapi ulama-ulama masa kini itu kan terbukti mampu menghukumi segala hal, mulai dari hukum menraktir teman hingga persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan pertahanan keamanan. Mungkin mereka memang tidak hanya lebih hebat dari para pakar keilmuan yang jelas latar belakang pendidikan dan jelas kiprahnya dalam lintasan sejarah, bahkan merasa lebih hebat dari Rasululllah, ya?

Terakhir diperbarui pada 28 Maret 2018 oleh

Tags: DakwahhukumInstagramnabi muhammadpertanyaantelur palsuustazvaksin
Kalis Mardiasih

Kalis Mardiasih

Artikel Terkait

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern
Video

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern

15 Maret 2025
Sunan Kudus: Bukan Sekadar Pendakwah, Tapi Juga Penegak Hukum dan Senapati Perang
Video

Sunan Kudus: Bukan Sekadar Pendakwah, Tapi Juga Penegak Hukum dan Senapati Perang

8 Maret 2025
Maulid Nabi dan Haul di Ponpes MALNU Pusat Menes: Momentum Umat Meneladani Keteguhan Nabi Muhammad dan Para Ulama.MOJOK.CO
Sosial

Maulid Nabi dan Haul di Ponpes MALNU Pusat Menes: Momentum Umat Meneladani Keteguhan Nabi Muhammad dan Para Ulama

21 September 2024
Ide Bodoh Ridwan Kamil untuk Atasi Kemacetan Jakarta MOJOK.CO
Esai

Ide Nggak Masuk Akal Ridwan Kamil: Datangkan Psikolog dan Ustaz Keliling untuk Atasi Kemacetan Jakarta

3 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.