Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Antara Ahli Logika dan Ahli Fakta

Irfan Afifi oleh Irfan Afifi
29 Mei 2018
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dua orang yang masing-masing terkenal sebagai orang jujur dan pembohong memberi jawaban yang sama atas satu pertanyaan. Jadi, siapa yang berbohong sekarang? Bisakah permasalahan ini diselesaikan dengan logika?

Suatu hari seorang pemuda yang sangat terpelajar di bidang logika berniat pergi ke sebuah desa. Ia hendak melakukan studi latihan logika dari yang telah dipelajarinya terkait perbedaan sudut pandang orang. Ia ingin mengambil sampel perbedaan sudut pandang tersebut dari dua orang atau lebih dari desa yang akan ia kunjungi. Ia kemudian bergegas menuju desa tersebut.

Di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan rombongan karavan dari arah desa yang ia tuju. Pemuda tersebut kemudian menanyai rombongan tersebut, siapakah orang terjujur dan siapa orang yang dianggap pembohong di desa tersebut.

Rombongan karafan tersebut bulat suara mengatakan bahwa di desa itu terdapat seorang yang dianggap paling jujur bernama Rastgu, sedangkan orang yang terkenal sebagai pembohong bernama Kazzab.

Mendengar jawaban rombongan karavan tersebut, si pemuda lega. Ia berpikir jika ia bisa menanyai dua orang yang saling berlawanan ini—orang yang terjujur dan orang yang pembohong—mungkin ia bisa membandingkan sudut pandang di antara keduanya, lalu dengan cara ini diharapkan ia bisa menemukan jenis dan pola bernalar dalam kaitan dengan ilmunya.

Maka, segera saja ia memacu langkahnya ke desa tujuan. Sesampai di desa tujuan ia mendatangi kerumunan pertama yang ia lihat dan menanyai mereka.

“Apakah kalian mengenal Rastgu dan Bazzar? Apakah mereka penduduk di sini? Di mana rumahnya?” tanya pemuda tersebut memohon.

Kerumunan penduduk membenarkan pertanyaan pemuda itu, lalu ia diberi petunjuk lokasi masing-masing orang yang dicari pemuda tersebut. Pemuda tersebut pun bergegas menemui Ratsgu dan Kazzab satu per satu.

Saat bertemu Ratsgu yang dipercayai sebagai orang terjujur, si pemuda menanyakan, “Kalau saya hendak menuju desa berikutnya, jalur manakah yang sebaiknya saya tempuh?”

Orang jujur itu menjawab, “Lewat gunung.”

Si pemuda kemudian mengunjungi Kazzab yang dianggap pembohong, kemudian menanyai pertanyaan sama. Pembohong itu menjawab, “Lewat gunung.”

Mendapat jawaban yang sama dari si pembohong dan si jujur, pemuda itu kebingungan. Untuk mengatasi kebingungannya, ia menanyai beberapa penduduk desa sekadar mencari jawaban perbandingan. Ternyata beberapa penduduk menjawab “lewat perladangan”, sebagian lagi menjawab “lewat sungai”, sedangkan sebagian lainnya menjawab “lewat gunung”.

Pemuda tersebut bertambah bingung.

Sembari berjalan, pemuda tersebut berpikir keras memecahkan teka-teki jawaban si pembohong dan si jujur. Yang benar-benar tak habis dipikirnya, kenapa jawaban si pembohong dan si jujur sama. Dan meski belum terpecahkan, pemuda tersebut memutuskan mengambil jalur gunung seperti disarankan pembohong dan orang jujur.

Tak berapa lama, ia benar-benar sampai di desa berikutnya.

Pemuda tersebut lalu mencari tempat duduk dan berteduh. Ia masih belum berhasil memecahkan teka-tekinya hingga seorang sufi mendatanginya. Mereka pun saling bercakap. Pemuda tersebut meceritakan teka-tekinya pada si sufi dan memintanya memberi pendapat. Mereka pun berdiskusi dan pemuda tersebut mengutarakan kesimpulan sementaranya.

“Mungkin yang salah saya, Darwis. Saya telah melakukan kesalahan logis mendasar bahwa saya terlalu percaya pada rombongan karavan. Bisa jadi mereka berbohong atau informasi yang mereka sampaikan tentang Ratsgu sebagai orang jujur dan Kazzab sebagai pembohong tidak dapat dipercaya atau bahkan salah. Itu mungkin yang menyebabkan jawaban Ratsgu dan Kazzab sama. Ratsgu dan Kazzab bisa jadi orang yang jujur semua. Buktinya saya mencapai desa ini dengan mudah dan cepat.”

Si sufi segera menimpali.

“Hai, anak muda pemuja logika, sudah terbukti banyak orang yang mengandalkan logika lebih menyukai meminta orang lain untuk menguji kesahihan dan keruntutan logika pikir yang ia susun. Masalahnya dalam kasus Anda saat ini bukan pada logika penalarannya, melainkan pada faktanya

“Faktanya adalah jalur melewati sungai sebenarnya adalah jalur tercepat. Hal itulah yang membuat si pembohong menyarankan Anda melewati gunung. Namun, si jujur juga menyarakanmu untuk melewati gunung karena ia melihatmu membawa seekor keledai. Juga ditambah karena ketulusannya, jika ia menyarankanmu pergi melalui sungai, ia tahu hal itu justru akan memperlambatmu. Maka ia menyarankanmu melewati gunung,” pungkas si sufi sambil menepuk pemuda itu.

Dinukil dan disadur serta dikembangkan dari Idries Shah Tale of Dervish, 1969.

Baca edisi sebelumnya: 600 Ribu Orang Naik Haji, Hanya Satu yang Diterima Hajinya dan artikel kolom Hikayat lainnya.

Terakhir diperbarui pada 29 Mei 2018 oleh

Tags: #hikayatbohongcerita sufifaktajujurkisah sufiLogika
Iklan
Irfan Afifi

Irfan Afifi

Artikel Terkait

kompilasi from this to this versi pemerintah luhut binsar yasonna laoly pembebasan napi menteri terawan jokowi indonesia mojok.co Gapapa Pemerintah Koreksi Target Herd Immunity Indonesia, Jujur Lebih Bagus
Pojokan

Gapapa Pemerintah Koreksi Target Herd Immunity Indonesia, Jujur Lebih Bagus

4 Agustus 2021
Imam As'ad Lelah Miskin, Meniti Jalan Sufi dan Zikir, Malah Hidup Berkecukupan
Liputan

Lelah Miskin, Meniti Jalan Sufi, Malah Hidup Berkecukupan

4 Juni 2021
Kolom

Puasa Prasangka dan Kisah Sufi yang Angkuh karena Merasa Lebih Saleh

4 Mei 2021
pendapat argumen orang bodoh mojok.co pendapat argumen orang bodoh mojok.co Pentingnya Belajar Seni Membuat Alasan
Esai

Pentingnya Belajar Seni Membuat Alasan

7 Maret 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nopek Novian: Godfather Konten Kampung yang Panen Dolar

Nopek Novian: Godfather Konten Kampung yang Panen Dolar

17 Juni 2025
Cerita Lintang dan Ayla dari SSB menjadi pemain sepak bola putri yang banggakan Jogja MOJOK.CO

Lintang dan Ayla, Dari Pertanyaan “Perempuan Kok Main Bola” Jadi Inspirasi Sepak Bola Putri di Jogja

18 Juni 2025
Pertama kali naik bus patas setelah sekian tahun naik bus ekonomi. Coba-coba pakai toilet bus malah berujung drama MOJOK.CO

Coba-coba Boker di Toilet Bus Patas, Niat Legakan Perut Malah Dibikin Waswas hingga Repot saat Cebok

19 Juni 2025
Bus ekonomi Mira, saksi perantau Surabaya nekat ke Jogja tanpa bekal apa-apa buat cari kerja. Tujuh jam menderita dengan kerandoman penumpang MOJOK.CO

Naik Bus Mira karena Pengin Nikmati Perjalanan dengan Harga Murah, Malah Menderita karena “Keanehan” Penumpangnya

16 Juni 2025
Tinggalkan Probolinggo untuk kerja di Korea Selatan demi bantu Ibu. Dapat cuan gede malah dituduh tetangga jual diri MOJOK.CO

Nekat Kerja di Korea Selatan demi Bantu Ibu, Dapat Cuan Gede Malah Dituduh Tetangga Jual Diri hingga Tak Mau Pulang Lagi

17 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.