Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Agar Film ‘Nussa dan Rara’ Nggak Dibacotin Denny Siregar Lagi

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
12 Januari 2021
A A
Agar Film ‘Nussa dan Rara’ Nggak Dibacotin Denny Siregar Lagi

Agar Film ‘Nussa dan Rara’ Nggak Dibacotin Denny Siregar Lagi

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sutradara Angga Sasongko perlu serius menanggapi bacot Denny Siregar. Anu, biar film “Nussa dan Rara” nggak bermasalah nantinya.

Mungkin karena kehabisan isu-isu politik karena semakin banyak oposisi yang merapat ke istana, Denny Siregar yang cerdas pun tiba-tiba menyerang film Nussa dan Rara. Film yang ditargetkan akan tayang di bioskop dalam waktu dekat.

Semua ini diawali dengan gaya khas cuitan Denny Siregar yang tanpa tedeng aling-aling menuduh bahwa Nussa dan Rara dibidani oleh Felix Siauw. Tokoh yang aktif di organisasi HTI, organisasi terlarang di Indonesia.

Saya pikir, ketika Denny Siregar menuduh kayak begitu, blio bakal kasih data penguat yang keren macam data-data intelejen. Entah data survei, data CIA, atau data Treadstone yang ternyata menyebut kalau kaki palsu Nussa itu ternyata diimpor dari ISIS misalnya.

Sayang seribu sayang, rupa-rupanya bukti tuduhan Denny Siregar itu cuma pada model bajunya Nussa doang. Buset, gitu doang? Ealah buajilak. Tiwas geger, Ngab.

Mas @anggasasongko apa gak paham ya, kalau pilem Nusa ini yg bidani Felix Siaw ?

Liat aja bajunya si Nusa, emang anak muslim Indonesia bajunya model gurun pasir gitu ? Setau saya, dr dulu kita sarungan deh.

Hati2 mas, jangan jd jembatan propaganda mrk..https://t.co/yTiVCj8fTS

— Denny siregar (@Dennysiregar7) January 11, 2021

Dari sekian banyak aspek-aspek prinsipil yang menganggu ideologi negara dan persoalan Bhineka Tunggal Ika, seorang Denny Siregar cuma fokus mempersoalkan pilihan pakaian dari seorang tokoh kartun bernama Nussa? Pfft.

Yak, kamu nggak salah baca, si Denny ini nuduh bahwa bajunya Nussa ini model gurun pasir. Dan karena sudah diasosisasikan sebagai pakaian gurun pasir, maka secara umum, pakaian itu tidak selayaknya dipakai oleh karakter kartun seorang anak.

Tentu ini bikin kita bertanya-tanya dong. Oke deh, kita amini dulu itu pakaian gurun pasir, lah terus emang kenapa? Nggak boleh ya? Apa kalau anak-anak pakai pakaian gurun pasir begitu anak kita auto-radikal dan tidak loyal terhadap PDI NKRI?

Padahal ya Mas Denny, kalau situ ngomongin baju gurun pasir, yang masuk di pikiran saya justru gaya berpakaian setil khas Brendan Fraser dalam film The Mummy jeh. Jadi kenapa gurun pasir harus diasosiasikan jadi sesuatu yang negatif? Aneh banget dah.

Maksud saya, ealah kalau selo mbok ya jangan selo-selo banget. Apalagi Angga Dwimas Sasongko selaku sutradara juga sudah menjelaskan bahwa film ini tidak melibatkan tokoh agama sama sekali. Ini film anak-anak kok.

Bahkan skenario film Nussa dan Rara ini digarap Skriptura, Divisi IP Development Visinema Group, produksi animasinya oleh The Little Giantz, dan distribusi serta promosinya oleh Visinema Pictures.

Kurang jelas, Mas Denny? Nggak ada ISIS-ISIS-nya sama sekali kok dah. Tenang.

Yang saya tahu sih Anda gabut karena nggak ada kontestasi pemilu lagi, sekaligus oposisi sedang tepar, tapi mbok ya jangan gabut-gabut banget ngurusin baju Nussa di film Nussa dan Rara. Ini seperti saya yang pengangguran, tetapi muntab sama bajunya SpongeBob dan Plankton.

Iklan

Meski begitu, sebagai warga negara yang baik, sudah tentu keresahan Mas Denny Siregar ini perlu dijawab dengan jelas. Oleh karena itu, demi kelancaran film Nussa dan Rara ini, saya berikan usulan untuk Angga Dwimas Sasongko agar nggak dibacotin Denny Siregar lagi.

Oke yok.

Pertama, Mas Angga Sasongko mungkin perlu mengganti motif busana Nussa dan Rara di film itu. Tetep gamis, tapi motifnya aja yang diganti. Misalnya diganti dengan motif kotak-kotak warna merah. Biar dikira bukan ekstremis gitu.

Pakaian ini juga bagus sebagai pengingat untuk Nussa, kalau dapat amanah itu mohon diselesaikan sampai tuntas. Kalau dapat PR dari guru, diselesaikan, jangan malah cari tugas lain.

Kalau mau kasih kepercayaan ke teman, jangan pilih-pilih semata-kata karena ada motif balas jasa. Kalau ketahuan maling duit kas kelas, jangan malah disembunyiin ramai-ramai. Juga sebagai pengingat, agar jangan demen berkomplot dalam hal kejahatan.

Korupsi dana bantuan misalnya. Eh.

Lanjut, lanjut. Keburu ada yang nggak terima nanti.

Oke, kedua. Pakai sarung seperti apa yang dititah dalam cuitan Denny Siregar. Daripada ribet yaudah ikutin aja kemauannya. Pakaian pakaian Nussa menggunakan sarung, lantas Rara juga. Dialognya jangan menggunakan Bahasa Indonesia, tapi daerah sekalian biar menjiwai.

Ambil satu contoh daerah Bantul. Nussa setelah magriban di Masjid Nurul Hikmah nyeletuk begini sama Rara, “Masmu tak ke cakruk ya, Dek? Ditunggu Pak Dukuh mau main karambol.”

Sambil nggulung sarung, lalu berangkat ronda.

Ketiga, pakai baju kader PDI Perjuangan.

Ya itung-itung sebagai bentuk perayaan ulangtahun ke-48 PDI Perjuangan beberapa hari yang lalu. Nussa juga bakalan cocok kok pakai baju kader partai berlogo banteng ini.

Selain necis, setil, dan perlente, saya yakin Nussa juga bakalan semringah. Kapan lagi pakai baju berlogo mirip klub basket Chicago Bulls?

Masih kurang? Iya, sih, apa sih yang proposional di mata seorang buzzer senior macam Denny Siregar?

Ya sudah, begini saja, Nussa yang pakai peci bunder diganti pakai blangkon saja. Bajunya yang pakai gamis diganti pakai beskap. Lantas Rara pakai sanggul biar dicap nasionalis.

Laah, lah, malah jadi kayak cerita FTV setting di Jogja dong?

Terlepas dari itu semua, kalau saya usul untuk Mas Denny Siregar sih, mending situ sekalian bilang ke Pemerintah agar negara bisa mengatur pakaian yang boleh dikenakan rakyatnya gih.

Ngurusin kartun Nussa dan Rara beginian mah nggak segitu pengaruhnya. Yakin deh. Mending urusin juga deh pakaian kita-kita ini. Apa yang dimau Mas Denny Siregar deh. Kita ngikut kok.

Anu, sekalian sampean aja yang menentukan pakaian rakyat. Dari pakaian di kehidupan nyata, sampai pakaian di kartun. Biar kayak Kim Jong-un yang bikin aturan resmi menentukan potongan rambut nasional buat rakyatnya. Semua rakyat seragam semua ikut kata pemerintahnya. Enak banget itu.

Jadi kalau mau nuduh kelompok radikal kan asyik. Orang kayak sampean mencak-mencak sama orang radikal. Lucu aja rasanya bayangin orang nunjuk-nunjuk cermin.

Masalahnya satu: sampean punya nggak?

BACA JUGA Alasan Serial Animasi Nussa Nggak Cocok untuk Tayangan Anak-anak di Televisi dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terakhir diperbarui pada 2 Februari 2021 oleh

Tags: denny siregarnussa dan rara
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Bercita-cita menjadi pelatih Nankatsu. Mahasiswa filsafat.

Artikel Terkait

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar MOJOK.CO
Podium

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar

14 Juni 2022
Mbak You akan Dilaporkan Pakai UU ITE Jadi Pelajaran kalau Dukun pun Kini Harus Pro-Jokowi
Esai

Mbak You akan Dilaporkan Pakai UU ITE Jadi Pelajaran kalau Dukun pun Kini Harus Pro-Jokowi

18 Januari 2021
Esai

Alasan Logis Kenapa Habib Rizieq Pantas Disambut Ribuan Orang saat Pulang

11 November 2020
5 Alasan Kamu Perlu Meninggalkan Twitter atau Jaga Jarak Sekian Meter
Esai

5 Alasan Kamu Perlu Meninggalkan Twitter atau Jaga Jarak Sekian Meter

25 Juli 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.