Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

5 Kegagalan Hoax Naiknya Harga Rokok

Themmy Aditya Nugraha oleh Themmy Aditya Nugraha
23 Agustus 2016
A A
5 Kegagalan Hoax Naiknya Harga Rokok
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Belakangan, para perokok di Indonesia mendapat teror. Bertubi-tubi, informasi tentang naiknya harga rokok tersebar di media massa maupun media sosial. Belum sempat bibir ini menghembuskan asap, kabar tak mengenakan selanjutnya kembali muncul: daftar harga rokok yang baru telah beredar.

Tentu saja, informasi tersebut perlu diragukan. Lewat artikel ini, saya berusaha membedahnya. Hanya saja, saya tidak akan menyinggung persaingan bisnis antara industri farmasi melawan industri rokok. Tidak juga membahas potensi impoten dan membandingkannya dengan perokok yang hobi bikin anak. Bukan pula membandingkan ancaman kematian dengan perokok yang berumur panjang.

Dalam artikel ini, saya hanya akan menunjukkan betapa tidak konsistennya kabar yang beredar tentang naiknya harga rokok. Pihak yang menyebar hoax, entah sadar atau dalam keadaan mabuk, dan apapun motifnya, tidak mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain wacana.

Sebagai seorang perokok, saya sadar perlunya menghormati orang lain yang tidak merokok. Selain itu, beberapa kampanye terkait kesehatan perlu mendapat dukungan. Namun, yang saya sesalkan, hal-hal yang bersifat persuasif tidak ditemukan dalam semarak hoax naiknya harga rokok.

Bagi saya, membujuk orang untuk berhenti merokok tidak sama dengan menakut-nakuti mereka. Apalagi dengan kabar yang dipenuhi kebohongan.

Gagal Menafsir Berita

Dari beberapa artikel yang saya baca, besar kemungkinan hoax kenaikan harga rokok itu disebabkan oleh kegagalan menafsir isi berita di Kompas.com yang judulnya “Bagaimana jika Harga Sebungkus Rokok Lebih dari Rp.50.000?”

Dalam berita tersebut, Hasbullah Thabrany, Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menyatakan, sejumlah perokok akan berhenti merokok jika harganya dinaikan dua kali lipat.

“Sebanyak 72 persen bilang akan berhenti merokok kalau harga rokok di atas Rp.50.000,” ungkap Hasbullah pada kompas.com dalam acara 3rd Indonesian Health Economics Association (InaHEA) Congress di Yogyakarta.

Di berita itu, tak ada satupun kalimat yang menyatakan harga rokok akan naik. Rekomendasi riset Hasbullah dkk, dimodifiasi oleh artikel-artikel hoax yang kemudian disebar dan menjadi trending topic di jejaring sosial. Rekomendasi riset yang mendukung naiknya harga rokok, dianggap merupakan pernyataan bahwa harga rokok memang telah naik.

Logikanya macam begini, jika saya berharap bisa segera menikah, maka harapan tersebut adalah pernikahan itu sendiri.

Sesat!

Gagal Memahami Tulisan Sendiri

Bagian ini masih berhubungan dengan hasil riset yang dipublikasi kompas.com. Ketika membaca artikel hoax lainnya dengan judul “Harga Rokok Naik Menjadi Rp.50 Ribu Per Bungkus!”, alih-alih merasa terteror saya justru menggelinjang karena geli. Kenapa?

Iklan

Sebab, meski di judul tersebut penulisnya menyatakan harga rokok telah naik, namun tidak demikian dalam keseluruhan artikel!

Dalam artikel tersebut, penulisnya meminjam mulut anggota DPR RI, mengutip hasil riset Hasbullah dkk, hingga nasib buruh pabrik rokok dan petani tembakau jika harga dinaikkan. Tapi, ya gitu, deh. Tak ada satupun pihak yang menyatakan harga rokok sudah naik.

Jadinya, judul nggak nyambung dengan isinya. Lebih ngehe lagi, di penghujung tulisan ia menutup dengan kalimat, “… Maka, bola liar sekarang ada pada presiden Jokowi. Apakah wacana tersebut akan disetujui? Kita tunggu perkembangannya.”

Logika macam apa ini, setelah lempar hoax, ngajak presiden main bola liar! Lah, terus rokok yang naik jadi Rp.50ribu itu di mana? Zimbabwe, kah?

Ah, Om, waktu nulis panjang-lebar itu sadar atau lagi mabuk lem sih!

Gagal Verifikasi

Jadi, penyebar hoax kenaikan harga rokok, bukan cuma dilakukan oleh individu per individu. Tapi ada juga lembaga berita. Saya tak akan menyebut nama medianya. Anda bisa mengetahui sendiri jika menelusuri berita berjudul “Harga Rokok Naik Bulan Depan, Berikut Daftar Harganya”.

Penulis berita ini sudah benar-benar kebangetan liar imajinasinya. Meski pemerintah dan pengusaha telah membantah wacana kenaikan harga rokok, si penulis malah menebar data yang tak diverifikasi terlebih dahulu. Bukannya meluruskan kesalahan, ia malah mengeluarkan daftar harga rokok yang baru.

Dji Sam Soe Rp.72.500 per bungkus, Sampoerna A Mild Rp.72.500, Djarum Super Rp.67.500, Surya Rp.75.000, U Mild Rp.71.500, Marlboro Rp.71.500, dan lain sebagainya.

Data yang disebar hanyalah fantasi penulis berita belaka. Ilusi. Kalau meminjam istilah Ebiet G Ade, “Bercinta dengan bayang-bayang”. Istilah populernya: onani. Alias masturbasi.

Walau pemerintah dan pengusaha belum menyusun harga rokok, ia telah yakin hitung-hitungannya masuk akal. Barangkali harga rokok memang akan naik segitu. Tapi belum bulan depan. Mungkin, nanti. Ketika tim nasional sepak bola Indonesia sudah bisa ikut Piala Dunia.

Gagal Berbohong

Kita kemudian tahu, bahwa kabar tentang naiknya harga rokok hanya sekadar wacana. Tak akan terjadi pada bulan depan. Tapi, tetap saja ada kelompok yang anti rokok belum patah semangat menyebar kebohongannya.

Seorang penyebar hoax, contohnya, di kolom komentar Facebook-nya, sempat menuliskan bahwa Rp.50.000 adalah harga minimum yang berlaku di bandara. Sejurus kemudian, dengan yakin, ia menambahkan, “Pasti jadi, kalau presiden setuju”.

Huh, sudah bohong dan dibohongi, yakin pula!

Sudahlah, kalian sudah gagal. Bikin sesuatu yang lain aja deh. Karena nggak ngerokok, kalian pasti lebih pinter atur duit. Mending serius nabung aja buat nikah atau beli pesawat!

Gagal Mewujudkan Harapan

Terlepas dari berbagai kegagalan tadi, ada satu kegagalan yang rasanya menyakitkan: gagal menaikkan harga rokok. Kegagalan itu tak kalah sakitnya dengan perasaan Lionel Messi yang gagal membawa Argentina juara Copa America.

Dan sebagaimana halnya sikap ksatria Messi, saya berharap, wahai orang-orang yang memungut rupiah dari menyebar kebohongan dan hoax, cepat-cepatlah pensiun dari kebiasaan kalian. Bukan apa-apa, bahkan membuat kebohongan saja kalian begitu bebal.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2021 oleh

Tags: Anti rokokCukai RokokHarga rokokhoaxMedia
Themmy Aditya Nugraha

Themmy Aditya Nugraha

Artikel Terkait

Merunut campur tangan asing di balik kampanye antirokok yang tentang kebijakan Purbaya tak naikkan cukai rokok 2026 MOJOK.CO
Ragam

Merunut Campur Tangan Asing di Balik Kampanye Antirokok Menentang Kebijakan Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok

2 Oktober 2025
Tembakau Hidupi 6 Juta Orang tapi Mau Dibunuh? Bajingan Sekali! MOJOK.CO
Esai

Industri Hasil Tembakau Menghidupi 6 Juta Petani dan Rakyat Kecil tapi Kamu Mau Membunuh Sumur Rezeki Ini? Kamu Jahat Sekali

2 Oktober 2025
Dukung kebijakan Purbaya tak naikkan cukai rokok. MOJOK.CO
Catatan

4 Alasan Kebijakan Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok Tak Perlu Ditentang

1 Oktober 2025
cukai rokok, tembakau.MOJOK.CO
Ragam

Cukai Rokok Tak Naik: Melawan Tekanan Antirokok, Menjaga Nafkah Jutaan Petani dan Buruh

1 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.