Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

5 Alasan Mengapa Inkonsisten Itu Enak dan Perlu

Zainal Arifin Mochtar oleh Zainal Arifin Mochtar
17 Maret 2021
A A
5 Alasan Mengapa Inkonsisten Itu Enak dan Perlu

5 Alasan Mengapa Inkonsisten Itu Enak dan Perlu

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Inkonsisten adalah keniscayaan. Oleh sebab itu, jangan dilawan. Percuma.

Coba bayangkan betapa buruknya dunia ini tanpa inkonsistensi. Dunia akan terasa membosankan. Stagnan. Kayak hafalan. Persis seperti pakem rumus matematika dan fisika yang tidak bisa bergeser. Kaku.

Perhitungan geser sedikit, gedung bisa roboh atau sekurang-kurangnya miring. Apa iya, kehidupan manusia mau disamakan dengan bangunan gedung? Apalagi dalam ketatanegaraan.

Makanya, saya coba ulas lima hal betapa inkonsisten itu enak dan perlu bagi kehidupan yang fana—layaknya kampanye politisi—ini.

Pertama, perubahan itu adalah keniscayaan. Mengutip filsuf Yunani, Heraclitos bahwa satu-satunya yang tidak berubah di dunia ini adalah perubahan itu sendiri.

Ya, berubahlah.

Jangan khawatir berubah dengan cepat dan lincah di tengah permainan kata dan lagu politik. Ketidakpermanenan manusia, kata Kahlil Gibran adalah seperti ayat-ayat yang dituliskan di permukaan air. Ia akan berubah seiring arus.

Masih ingat kata-kata para pejabat yang mengatakan akan fokus menjabat kepala daerah selama lima tahun dan tidak akan berpindah? Janji tidak akan mencoba menjadi presiden dan lain-lain? Masih ingat?

Kalau ada yang terkesan melanggar dan terdengar mencla-mencle soal beginian, Anda jangan marah,  Anda saja yang kelihatannya kurang memahami.

Itu namanya perubahan orientasi. Istilah kerennya adalah “membuka ruang perjuangan yang lebih besar” setelah berjuang di tempat yang lebih kecil. Makanya, jangan paksa para kepala daerah maupun pejabat lainnya untuk konsisten pada satu jabatan dan menyelesaikan masa jabatannya.

Anda salah! Biarkan mereka memperjuangkan apa yang mereka perjuangkan di panggung yang lebih baik (baca: tinggi).

Itulah keniscayaan para pejuang yang memang mau berjuang di segala medan dan kondisi, karena naik jabatan itu enak untuk yang bersangkutan dan perlu untuk partai pengusung yang berjuang.

Kedua, perubahan itu adalah berkembangnya visi pemahaman.

Perubahan itu memperlihatkan cara memandang yang horizonnya bisa berubah seiring dengan perubahan kesadaran dan kematangan. Mirip pergeseran antara pandangan Marx muda yang masih menggebu dengan Marx yang semakin tua dan dipengaruhi keterasingan dirinya.

Iklan

Mau menganggap Marx berubah? Nggak dong, itu karena pengalaman dan spektrum pandangan dia saja yang berubah.

Marx tetap menawarkan begitu banyak hal kritis, termasuk hantunya yang masih diproduksi massal hingga di pojokan salah satu sudut jalan di Jogja ditulis, “Kami memerangi Maksiat dan Marxian.”

Semakin matang usia, visi seseorang bisa jadi berbeda. Anda pasti pernah ingat ada anak muda yang mengatakan tidak berniat maju jadi kepala daerah dan cukup berbisnis kuliner saja. Bapaknya bahkan dengan senyam-senyum mengatakan iya, anak saya ini cukup bisnis saja.

Namun kemudian, anaknya maju jadi kepala daerah dan bapaknya sampai harus memanggil kandidat lawan anaknya ke Istana. Jika Anda mengatakan itu inkonsisten, Anda keliru. Bahkan cenderung sesat!

Hal semacam itu diperlukan, seiring pergeseran cara pandang, akibat semakin matang dalam usia, juga semakin sadar bahwa aji mumpung kesempatan belum tentu datang dua kali. Terutama jika inkonsisten macam begini didorong oleh visi parpol yang kebelet pengin segera mendompleng.

Ketiga, inkonsisten sebagai koreksi.

Iya, inkonsisten itu adalah bagian dari koreksi. Coba Anda lihat, mengapa kalau Anda menulis standar ilmiah harus menggunakan teknis pengutipan (sitasi) yang ketat, lengkap dengan tahun?

Itu sebab, semua orang bisa berubah dan diperkenankan berubah. Makanya, tahun itu fungsinya untuk melacak jejak pemikiran itu adalah pada tahun tersebut. Beda tahun, ya bisa jadi terjadi perubahan atas pandangan.

Kalau Anda mengutip tokoh, Anda harus menulis tahun di belakangnya. Misalnya, mengutip Anies Baswedan, dalam teknis pengutipan harus ditulis “(Anies Baswedan, 2014)”.

Kenapa? Ya karena bisa jadi Anies Baswedan di tahun 2017 sudah lain perkataannya dengan yang di tahun 2014. Itu sebabnya Anda tulis lagi “(Anies Baswedan, 2017)”. Begitu juga Mahfud MD, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, bahkan Joko Widodo sendiri.

Masih ingat ada yang janji untuk menguatkan KPK dan usaha pemberantasan korupsi secara umum? Jika ia berubah dengan menginisiasi Perubahan UU KPK yang bikin jadi lemah kayak sekarang, itu adalah koreksi. Mengoreksi KPK yang sudah melakukan penangkapan para koruptor.

Apakah itu salah? Bukan! Itu adalah bagian dari koreksi terhadap KPK dan juga pada saat yang sama: koreksi terhadap janji memperkuat KPK.

Artinya, upaya ini adalah koreksi untuk meletakkan kembali ke posisi sebagaimana mestinya. Soal apakah langkah ini menghendaki KPK yang lebih lemah, nah itu hal lain, yang paling penting, secara teoretis inkonsisten itu bagian dari tindakan korektif.

Keempat, inkonsistensi adalah penjelasan.

Akan konyol jika ada di antara Anda yang tidak paham maksudnya. Mudah sekali memahamkan ini.

Masih ingat kata-kata akan melakukan perubahan UU ITE?

Nah, sekarang, jangankan bakal diubah, dimasukkan prolegnas saja tidak. Etapi tunggu dulu, jangan Anda anggap itu salah. Inkonsisten di sini adalah penjelasan. Karena kalian semua pada kelewat bernafsu dengan perubahan UU ITE.

Kan janjinya saat itu adalah apabila ada yang dianggap salah dalam UU ITE maka perubahan harus dilakukan. Ya kalau tidak ada rencana perubahan, ya berarti selama ini tidak ada yang salah dengan UU ITE.

Komunikasi publik semacam ini memang hanya dikhususkan bagi Anda-Anda yang mau berpikir saja. Dan inkonsistensi semacam ini begitu krusial karena sangat enak untuk pejabat dan sangat perlu untuk melatih sikap legawa masyarakat.

Kelima, sekaligus terakhir, inkonsisten adalah kesadaran kosmik bahwa ada tantangan zaman yang harus dihadapi dengan melakukan perubahan dan menolak konsistensi.

Dalam studi ketatanegaraan ada istilah “living constitution“, UUD yang hidup dan bisa ditafsirkan untuk mengikuti perkembangan zaman.

Maka, jika ada yang pernah janji tidak akan bagi-bagi kekuasaan, dan sekarang harus bagi-bagi kekuasaan, itu adalah kondisi politik dan ketatanegaran yang hidup dan mengikuti perkembangan zaman yang memang harus bagi-bagi jabatan.

Tak usah banyak tanya dan gugat. Pahami saja. Karena itu adalah bagian dari pentingnya inkonsisten dalam kehidupan kenegaraan kita.

Mengapa ini penting disampaikan, mohon bijaklah kalian membaca tanda-tanda perkataan, janji dan ucapan yang disampaikan. Jangan percayai berlebihan dan jangan juga mencerca berlebihan.

Inkonsisten itu baik dan akan indah karena Anda paham alasannya. Termasuk akan indah pada waktunya. Ini memang membutuhkan pemahaman kelas tinggi. Anda yang kemampuan biasa-biasa saja akan sulit menggapainya.

Bacalah ketidakinginan impor beras, ketidakinginan dicalonkan tiga periode, dan berbagai hal lainnya dengan cara baca di atas. Insya Allah Anda akan merasa tenang dan makin yakin bahwa dunia ini memang permainan dan senda gurau.

Jika Anda tak punya kemampuan menerima itu, Anda mungkin sedang dalam keadaan insecure, iri, mudah tersinggung, mungkin harus segera bertobat.

Jika AC Milan sekarang disalip Internazionale di pimpinan klasemen karena inkonsistensi permainan Milan di kandang, coba juga pahami dalam lima kepentingan inkonsisten di atas.

Insya Allah, Anda tidak akan terlalu kecewa, sama seperti saya.

BACA JUGA Sudah Saatnya Konsep ‘Yang Menang Pilpres Jadi Presiden dan yang Kalah Jadi Menteri’ Diinstitusionalkan dan tulisan Zainal Arifin Mochtar lainnya.

Terakhir diperbarui pada 17 Maret 2021 oleh

Tags: Anies BaswedanJogjajokowimahfud mdmarx
Zainal Arifin Mochtar

Zainal Arifin Mochtar

Dosen hukum tata negara Universitas Gadjah Mada. Pegiat antikorupsi di Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.