Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

4 Alasan Kenapa Sinetron ‘Ikatan Cinta’ Laku Keras Kayak Warung Pakai Penglaris

Erwin Setia oleh Erwin Setia
18 Februari 2021
A A
4 Alasan Kenapa Sinetron ‘Ikatan Cinta’ Laku Keras Kayak Warung Pakai Penglaris

4 Alasan Kenapa Sinetron ‘Ikatan Cinta’ Laku Keras Kayak Warung Pakai Penglaris

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setidaknya ada empat hal yang menjadikan Ikatan Cinta berbeda dari sinetron lainnya. Saking bedanya sampai kadang mbatin, “Kok tumben?”

Kedua orang tua saya berumur hampir kepala tujuh dan telah memiliki enam cucu. Boleh dibilang keduanya sudah tidak lagi memiliki ketertarikan tertentu terhadap suatu hal—misalnya menduduki Mars seperti Elon Musk atau menjadi penjual martabak yang sanggup menguasai sebuah kota.

Saya masih meyakini hal itu sampai sebuah sinetron muncul pada 17 Oktober 2020. Tiba-tiba ibu saya senantiasa stand by di depan televisi selepas isya, menanti kelanjutan kisah Andin dan Aldebaran. Kemudian bapak saya yang biasanya cuma mau nonton siaran tinju dan berita jadi ikut-ikutan nonton sinetron itu.

Saya, yang menyetel televisi hanya untuk menyaksikan pertandingan sepak bola, tak bisa menghindar dari pengaruh mayoritas. Saya ikut-ikutan menonton sinetron itu dan kami pun diikat oleh tali bernama—ya, kita tahu apa—Ikatan Cinta.

Padahal ibu saya termasuk orang yang sinis terhadap sinetron-sinetron. Sering kali ibu mencela pemeran yang aktingnya norak atau cerita yang nggak masuk akal. Ibu saya juga tak ragu-ragu mematikan televisi kalau ada siaran televisi yang menurutnya sangat janggal.

Ibu saya tidak gampang menyukai sesuatu dan ia pun terheran-heran sendiri ketika menyadari bahwa dirinya menjadi salah satu dari jutaan orang yang telah menjadi jamaah sekte Ikatan Cinta.

“Kayaknya nggak ada sinetron yang sepopuler ini ya, Win?” kata Ibu suatu kali dengan takjub.

Ketika mengatakan itu Ibu saya tidak membaca data yang dirilis Nielsen atau menelaah data pencarian Google. Ibu menyatakan itu semata-mata berdasarkan feeling-nya. Dan feeling seorang ibu kerap kali begitu presisi—sekalipun dalam rangka membahas sinetron.

Apa yang Ibu katakan benar adanya. Ikatan Cinta disebut-sebut sebagai sinetron dengan rekor rating tertinggi dalam 15 tahun terakhir! Hebatnya, sinetron bersoundtrack “Tanpa Batas Waktu” tersebut meraih rekor itu dalam waktu kurang dari setengah tahun.

Tentu ini mengundang pertanyaan: Kok bisa?

Saya mengubek-ubek internet untuk mencari tahu alasan di balik popularitas Ikatan Cinta. Ada yang menyebut sinetron itu laku karena pemerannya muda-muda dan rupawan, kisahnya menyentuh, soundtrack-nya enak, alur ceritanya mirip drakor, dan semacamnya. Saya tidak puas dengan jawaban-jawaban itu.

Banyak sinetron dengan ciri sejenis. Sinetron Putri untuk Pangeran itu para pemerannya muda dan rupawan, Tukang Ojek Pengkolan soundtrack-nya juga enak, dan tak terhitung banyaknya sinetron yang kisahnya menyentuh—menyentuh titik nadir kemuakan kita.

Karena tidak puas dengan jawaban-jawaban yang banyak orang sebut dalam artikel-artikel yang tersebar di internet, saya pun mengadakan penelitian kecil-kecilan terhadap Ikatan Cinta yang sebenarnya tak pernah saya tonton dengan penuh kesungguhan.

Tapi, saya tidak perlu bersungguh-sungguh untuk mendapati garis besar cerita sinetron itu dan beberapa kekhasan yang tak ada pada sinetron-sinetron lain.

Iklan

Setidaknya ada empat hal yang menjadikan Ikatan Cinta berbeda dan sepertinya itulah alasan yang secara tak langsung membuat Ikatan Cinta menghebohkan bumi manusia—eh, Indonesia, maksud saya. Alasan-alasan berikut ini memang asumtif belaka, tapi saya rasa nggak banyak orang yang menyadarinya.

Pertama: Tidak ada tokoh yang baik banget atau jahat banget

Dalam salah satu fragmen Ikatan Cinta, saya melihat Andin—tokoh utama yang dikenal baik, cantik, ya seperti umumnya tokoh utama perempuan, lah—berani memarahi Elsa. Elsa yang tak lain adalah adik dari Andin boleh dibilang sebagai satu-satunya tokoh antagonis.

Dalam fragmen itu Andin tidak menangis atau ngumpet di pojok ruangan seperti umumnya tokoh baik yang dizalimi. Ia berani melawan. Dan ini adalah momen langka dalam sinetron Indonesia.

Menariknya, Elsa selaku tokoh antagonis tidak digambarkan sepenuhnya jahat dan bengis seperti nenek sihir. Posisi Elsa justru bagaikan orang yang ada di tepi jurang. Ia tidak dominan atau diuntungkan oleh relasi kuasa.

Malahan Elsa sering kali terlihat khawatir dan penuh rasa bersalah. Elsa beda banget dengan tokoh antagonis lain, misalnya Mischa dalam Cinta Fitri. Mischa yang diperankan oleh Dinda Kanyadewi betul-betul jahat dan ngeselin sejak dari muka (orangnya judes banget dan gampang marah). Saya yang dulu nonton Cinta Fitri sampai menyangka bahwa Dinda Kanyadewi memang benar-benar orang jahat.

Kedua: Tidak ada tokoh yang kelewat bodoh atau keterlaluan noraknya

Sebelum Ikatan Cinta populer, kita mengenal sinetron Dunia Terbalik yang juga cukup populer. Tapi ada beda yang jelas antara Ikatan Cinta dan Dunia Terbalik. Saya sempat mengikuti Dunia Terbalik dan menemukan banyak hal ganjil dan norak dalam sinetron itu.

Misalnya tokoh Idoy Melehoy yang digambarkan kelewat bodoh dan sering telat mikir. Tentu saya paham belaka bahwa sutradara menghadirkan tokoh Idoy untuk memberikan kesan lucu. Beberapa kali kelakuan Idoy memang kocak, tapi tidak jarang keluguan dan kebodohannya melewati batas yang bisa dimaklumi akal sehat.

Dalam sinetron yang jam tayangnya sebelum Ikatan Cinta, Putri untuk Pangeran juga ada kenorakan yang kehadirannya sangat tidak perlu. Kenorakan itu adalah sebutan “usus goreng” dari Pangeran untuk Putri dan sebutan “batu bata” dari Putri untuk Pangeran. Duh, duh, itu cringe banget.

Nggak ada relevansinya sama sekali. Saya kesulitan menemukan kesamaan Ranty Maria dengan jeroan ayam yang digoreng dan kesamaan Verrel Bramasta dengan bahan baku tembok. Apa imajinasi saya aja yang kelewat sempit, ya?

Nah, sekarang bandingkan dengan Ikatan Cinta. Satu-satunya tokoh konyol yang memang dihadirkan untuk memberi kesan lucu adalah Miss Kiki (diperankan oleh Ayya Renita). Ia adalah asisten rumah tangga dalam keluarga Aldebaran.

Ia digambarkan ceria, banyak omong, dan punya impian memiliki pasangan tampan. Gerak-geriknya, meskipun kadang konyol dan kelewat heboh, tak pernah berlebihan noraknya—misalnya gampang banget lupa hal sepele atau nggak tahu hal yang kelewat mendasar. Kewajaran ini membuat Ikatan Cinta lebih bersahabat dengan akal sehat.

Ketiga: Ceritanya fokus

Banyak sinetron yang mulanya menarik mendadak jadi melebar ke mana-mana karena ratingnya tinggi. Tukang Bubur Naik Haji dan Dunia Terbalik, umpamanya. Sinetron pertama sangat aneh. Walaupun tokoh utamanya—si tukang bubur—sudah wafat, sinetronnya masih terus berlanjut sampai ribuan episode. Bisa bayangkan film Joker tanpa kehadiran Joker?

Alhasil ceritanya pun awut-awutan kayak pakaian nggak pernah disetrika. Dunia Terbalik semakin lama juga semakin kehilangan fokus. Premis utamanya adalah kisah kehidupan sebuah kampung di mana yang menjadi tulang punggung keluarga adalah sosok ibu (menjadi TKI). Tetapi lama-lama tokoh TKI itu malah nggak pernah muncul. Lalu, apanya yang terbalik?

Untunglah Ikatan Cinta nggak kehilangan fokus (atau belum?). Ia tetap menyuguhkan kisah romansa tarik-ulur antara Aldebaran dan Andin, juga upaya Elsa yang selalu ingin mengusik kehidupan Andin. Dan alur ceritanya nggak mengkhianati judul.

Dalam banyak hal tokoh Aldebaran maupun Andin banyak terikat kembali—setelah sebelumnya terlibat konflik—karena cinta. Entah karena cinta kepada Reyna—anak perempuan mereka—maupun cinta terhadap satu sama lain. Konfliknya memang berganti-ganti.

Soal identitas Aldebaran yang ternyata saudara kandung Roy, pengakuan Aldebaran soal sidang pembunuhan Roy, dan seterusnya. Tetapi konflik itu masih dalam satu kandungan yang sama.

Kalau suatu saat nanti alur cerita Ikatan Cinta mendadak gaje, saya sih yakin pelan-pelan para penonton bakal meninggalkannya.  Lagi pula, siapa juga yang bernafsu ngikutin cerita yang nggak ada habisnya? Penggemar One Piece?

Keempat: Tidak ada unsur agama yang berlebihan

Tentu sah belaka seorang penulis skenario menempelkan nilai-nilai tertentu pada cerita yang ditulisnya. Nggak bakal ada siaran yang bebas nilai. Salah satu nilai yang kerap ada dalam sinetron Indonesia adalah nilai agama.

Ada banyak sinetron yang berusaha keras menampilkan nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam) untuk mengeruk pemirsa. Ya, walaupun kadang jatuhnya jadi norak. Saya pernah mendapati sinetron yang tokohnya adalah seorang yang dikenal alim, tapi bacaan alqurannya ngawur betul!

Dunia Terbalik—sinetron terpopuler pra-Ikatan Cinta—tokoh sentralnya adalah Ustaz Kemet (ya, seorang ustaz, tapi sangat jauh dari sosok ustaz yang ideal). Tukang Bubur Naik Haji? Tokoh sentralnya juga seorang yang dikenal dekat dengan agama, yaitu Haji Muhidin. Mundur lagi ada sinetron Islam KTP. Hmmm, dari judulnya aja kita udah tahu ini sinetron mau ngangkat cerita macam apa.

Nah, menariknya, Ikatan Cinta cukup berani dengan tidak mengekor sinetron-sinetron dengan nilai agama yang kental. Bahkan, tokoh perempuannya tidak ada yang berjilbab! Memang ada fragmen tokohnya salat, mengucapkan “assalamualaikum”, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi nilai-nilai agama yang ada dalam Ikatan Cinta sangat minor—untuk tidak dikatakan nihil.

Meski begitu, sinetron ini tetap laris manis. Dan sepertinya justru itulah sisi positifnya. Dengan unsur agama yang tipis sinetron ini jadi dapat menjangkau lebih banyak kalangan. Lagi pula, aktor sinetron bukanlah dai yang harus berkhotbah dan berdakwah.

Kalau  memang ingin cari pelajaran agama, ya jangan nonton sinetron Ikatan Cinta, nonton pengajian di YouTube aja sana. Eh.

BACA JUGA Kualitas Tersembunyi Sinetron Indosiar dan tulisan Erwin Setia lainnya.

Terakhir diperbarui pada 8 Maret 2021 oleh

Tags: ikatan cintaSinetrontukang bubur naik haji
Erwin Setia

Erwin Setia

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tinggal di Bekasi. Aktif menulis cerita pendek dan esai.

Artikel Terkait

Kiprah Whani Darmawan dari Pemain Teater hingga Jadi Aktor Andalan Sutradara Kondang - PutCast Mojok
Video

Kiprah Whani Darmawan dari Pemain Teater hingga Jadi Aktor Andalan Sutradara Kondang

10 Januari 2024
Mengubah Skenario Layangan Putus MOJOK.CO
Esai

Mengubah Skenario Layangan Putus

12 Januari 2022
ilustrasi Sinetron Indosiar Bukan Nggak Masuk Akal, Itu Prediksi Masa Depan mojok.co
Pojokan

Sinetron Indosiar Bukan Nggak Masuk Akal, Itu Prediksi Masa Depan

21 September 2021
ilustrasi 5 Elemen Wajib dalam FTV SCTV Angkatan Pertama. Kadek Devi, Kami Rindu... mojok.co
Pojokan

5 Elemen Wajib dalam FTV SCTV Angkatan Pertama. Kadek Devi, Kami Rindu…

7 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.