Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Menghormati Vagina Lebih Penting dari Latihan Bela Diri, Ibu Megawati!

Eka Handriana oleh Eka Handriana
23 Mei 2016
A A
Menghormati Vagina Lebih Penting dari Latihan Bela Diri, Ibu Megawati!

Menghormati Vagina Lebih Penting dari Latihan Bela Diri, Ibu Megawati!

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pada Kamis (12/5/2016), Presiden Indonesia kelima, Megawati Soekarnoputri, menghadiri diskusi bertajuk Indonesia Melawan Kekerasan Seksual di Roemah Kuliner Kompleks Metropole Megaria Jakarta Pusat. Sebagaimana dikutip dari banyak surat kabar, Bu Mega bicara, “Saya gemas jika melihat wanita yang lembek. Namun bukan berarti tidak dandan dan kelaki-lakian, bukan seperti itu. Saya ingin yang bisa membela diri, sehingga terhindar dari kekerasan seksual.”

Wah wah wah, mendengar perkataan tersebut, saya kok malah gemas sama panjenengan ya, Bu? Apalagi sampai mengimbau kaum perempuan berlatih bela diri. Atau minimal melengkapi diri dengan peralatan seperti semprotan merica seperti milik polisi.

Ibu Mega pernah tahu rockstar bernama Kurt Cobain? Itu loh, pentolannya Nirvana. Nah, Mas Cobain itu, Bu, adalah lelaki yang semasa hidupnya selalu tampak seperti orang mendem. Meski juga dianggap jenius di bidang musik, ia lebih sering dikira sebagai seorang frustasi sepanjang hayat yang nyaris tak pernah dianggap punya akal sehat.

Namun, dengan segala stereotifikasi yang bermasalah macam itu, Mas Cobain justru pernah bilang bahwa sumber masalah perkosaan–yang dihalusbahasakan menjadi kekerasan seksual–adalah lantaran laki-laki tidak dididik untuk tidak melakukan tindakan bejat tersebut. Katanya:

“Rape is one of the most terrible crime on earth and it happens every few minutes. The problem with groups who deal with rape is that they try to educate women about how to defend themselves. What really needs to be done is teaching men not to rape. Go to the source and start here.”

Hari-hari terakhir ini sedang ramai-ramainya tagar #PerppuKebiri, di mana masyarakat menuntut pemerintah agar menegakkan hukuman tambahan kebiri bagi para pemerkosa. Ada yang setuju, ada yang malah menolak karena #PerppuKebiri dianggap tidak memikirkan rehabilitasi korban perkosaan. Namun, tak sedikit pula yang belagak ikut menyerukan pengesahan #PerppuKebiri agar tak dianggap cuek dengan keadaan.

Menurut keyakinan Bu Menteri Sosial Khofifah, misalnya, kebiri bisa menurunkan kasus kejahatan seksual. Beliau menjelaskan, sebagai contoh, penerapan hukuman kebiri di Jerman bisa menurunkan kasus dari yang semula 80% menjadi hanya 2,3%.

Sayang, beliau tidak bilang penurunan sebesar itu terjadi dalam tempo berapa lama. Beliau juga tidak bilang, apa saja yang dilakukan Jerman selama angka kasus dalam proses penurunan. Dan sayangnya saya juga tidak tahu harus cari tahu kemana. Bu Menteri hanya bilang, bahkan warga yang mempunyai kecenderungan melakukan kejahatan seksual secara sukarela dikebiri.

Sukarela? Kok bisa rela? Ya, katanya Bu Menteri, ada kesadaran bahwa kecenderungan melakukan kejahatan seksual akan berdampak negatif bagi masyarakat sekitarnya. Saya curiga, jangan-jangan Jerman juga memakai cara seperti yang diucapkan Mas Cobain agar masyarakatnya mencapai tingkat kesadaran macam itu

Di samping hukuman berat untuk pemerkosa, rasa-rasanya tak salah jika hukuman kebiri dianggap perlu ditambahkan, toh suatu hukum itu gampang dibuat dan disahkan. Persoalannya kemudian, apakah yakin bisa dijalankan? Pertanyaan ini penting, sebab kita sudah sama-sama tahu bagaimana kualitas penegakan hukum di negara ini.

Coba saja diteliti, misalnya, berapa banyak sih kasus perkosaan yang sampai di meja hijau di Indonesia?

Oleh karena itulah, saya kira, ketimbang berseru soal kebiri-kebirian, langkah pertama yang mestinya patut dilakukan lebih dulu adalah mendidik para laki-laki untuk tidak memerkosa. Perempuan dengan seluruh bagian tubuhnya harus dihormati, termasuk oleh perempuan itu sendiri.

Dalam ekspresi yang paling ekstrim, laki-laki seharusnya belajar menaruh hormat pada vagina. Sebab vaginalah yang merupakan mawar mekar di atas cawan suci penerima benih kehidupan. Dari sana, rantai asal-usul manusia dimulai untuk kemudian diluhurkan ke dunia.

Apakah hanya vagina yang perlu dihormati? Tentu saja tidak. Payudara dan seluruh jengkal tubuh pun perlu dihargai dengan setinggi-tingginya.

Iklan

Bahwa payudara adalah karunia Tuhan–sebagaimana jakun yang melintang di tenggorokan pria–dan bukan benda aneh yang pantas ditertawakan bentuk dan ukurannya. Payudara adalah keniscayaan alami yang harus disyukuri, terutama sebagai wadah sumber nutrisi bayi, yang kelak menjadi manusia dewasa dan bertempur menghadapi kerasnya hidup.

Mengapa laki-laki jarang sekali memandang vagina dan payudara dengan cara seperti itu? Kedua bagian tubuh tersebut lebih sering dikenali sekadar sebagai obyek pornografi, dan kerap menjadi bahan guyonan mesum dan dianggap barang menjijikkan. Mengapa sulit sekali menghormati vagina dan payudara?

Bukan hanya laki-laki saja, kaum perempuan pun sejatinya terlalu sibuk mengasosiasikan vagina dan payudara sebagai kata-kata yang jorok dan tak pantas diucapkan karena dianggap bertentangan dengan etika “ketimuran”. Saking dianggap tidak sopannya, maka perubahan kata “vagina” dengan inisial–seperti menulis nama tersangka korupsi–adalah hal yang dianggap tepat belaka.

Tak terhitung lagi sudah seberapa sering kaum perempuan menyebut, “ssttt…”, “aiihh malu…” atau “jangan bicarakan itu…” kepada anak, kepada adik, atau tetangga yang bertanya, “apa itu vagina?”

Mengapa kaum perempuan tidak terbiasa memberi penjelasan secara biologis tentang vagina dan payudara? Apa fungsinya, cara menjaga dan merawatnya, kapan vagina boleh berhubungan dengan penis, bagaimana tata caranya, serta berbagai akibat yang terjadi jika tata cara itu diabaikan. Mengapa hal ilmiah semacam itu justru dianggap tabu?

Padahal, pertanyaan dan penjelasan tersebutlah yang mula-mula justru membuka pelajaran tentang kehormatan atas tubuh perempuan.

Jika Anda masih berpikir penjelasan dengan cara demikian adalah sesuatu yang jorok, atau menganggap tulisan ini tidak etis dan menjijikkan, atau malah punya pikiran mesum setelah membacanya, itu artinya Anda masih harus belajar kehormatan lebih jauh lagi, termasuk belajar bagaimana mengucapkan vagina dan payudara dengan hormat, bukan laknat.

Semoga dengan kesadaran akan rasa hormat, tidak ada lagi pemaksaan, tidak ada lagi perkosaan. Dan semoga Ibu Megawati mengerti bahwa mendidik laki-laki untuk menghormati perempuan harus lebih dulu dilakukan ketimbang mewajibkan perempuan berlatih menggunakan belati untuk bela diri.

By the way, Ibu Mega, apakah dulu ketika Anda atau Mbak Puan remaja juga berlatih beladiri dan nguleg merica lalu dilarutkan dengan air, diwadahi botol semprot, dan dibawa ke mana-mana saat berpergian?

Kalau memang iya, hambok sekalian bikin video tutorialnya, Bu…

Terakhir diperbarui pada 18 Juli 2017 oleh

Tags: #PerppuKebiriMegawati Sukarnoputriperkosaan
Eka Handriana

Eka Handriana

Artikel Terkait

jokowi ketemu megawati di istana
Kotak Suara

3 Jam Jokowi Ketemu Megawati di Istana, Timang-Timang Nama Capres atau Reshuffle Menteri?

20 Maret 2023
Rosalia Amaya mojok.co
Liputan

Perjuangan Rosalia Amaya Dirikan Griya Welas Asih, Ruang Aman bagi Korban Pemerkosaan

8 Februari 2022
ilustrasi Terlalu banyak Kejahatan Seksual, Nanti Jobdesc Dajjal Ngapain? mojok.co
Pojokan

Terlalu banyak Kejahatan Seksual, Nanti Jobdesc Dajjal Ngapain?

10 Desember 2021
Keputusan memilih aborsi dan bagaimana ia melaluinya.
Liputan

Keputusan Memilih Aborsi dan Bagaimana Ia Melaluinya

22 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.