MOJOK.CO – Cuma gara-gara video joget waktu Natal aja, Prabowo Subianto langsung digoreng sama para kecebong. Idih, dasar nggak pada paham arti toleransi.
Projo (Pro-Jokowi) benar-benar menjadi makhluk yang berbahagia belakangan ini. Ya iyalah, apalagi sebabnya kalau bukan karena beredarnya video joget Prabowo Subianto ketika acara Natal di keluarga besarnya dari Instastory keponakannya, yakni Rahayu Saraswati Djojohadikusumo.
Beberapa orang merasa tidak ada masalah dengan hal itu, tapi tidak bagi cebong-cebong penguasa. Cebong pendukung petahana mendapat bahan bakar sempurna untuk menyebar aroma-aroma busuk. Ya apalagi kalau bukan untuk menyerang Pak Prabowo Subianto.
Padahal, yang ditunjukkan Pak Prabowo Subianto itu merupakan bukti nyata bagaimana seorang pemimpin harus mampu bersikap toleran, terutama untuk umat beragama lain. Bahkan secara konsisten, Pak Prabowo merupakan pemimpin yang sudah menunjukkan sikap itu sejak dulu. Seperti ketika menyapa pemirsa dalam pidatonya, Prabowo selalu menggunakan salam dari beberapa agama yang diakui di Indonesia.
Sikap toleran Pak Prabowo Subianto juga ditunjukkan jauh sebelum itu ketika memberikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), seorang minoritas tulen—baik dari suku maupun agama—guna ditandemkan dengan Jokowi saat Pilkada DKI Jakarta 2012. Kalau orang tidak senasionalis dan setoleran Pak Prabowo, ya mana mungkin begitu. Ya kalau kemudian Ahok didemo berjilid-jilid kan karena udah nggak sekubu, pecicilan, dan udah nyentil agama orang aja sih.
Konsistensi Pak Prabowo ini juga merupakan cerminan pemimpin yang bisa mengelola massa. Tentu ini tidak sama dengan Jokowi yang gemar pencitraan saja. Masa iya mimpin salat kok pakai difoto segala? Apaan sih, kayak nggak ada pecitraan yang lain aja. Katanya anti-politisasi agama? Lha kok malah pakai cara-cara yang dulu ditentang? Idih, malu-maluin aja deh.
Lagian, kualitas toleransi Prabowo itu sudah luar biasa. Keluarga besar beliau merupakan sosok yang sudah mewakili ke-Bhineka-an. Prabowo yang seorang muslim dan pemimpin umat muslim berjuta-juta di Monas itu tidak risih bergaul dengan saudara-saudaranya yang berbeda secara keyakinan. Joget-joget pula, benar-benar sebuah keindahan toleransi yang hakiki.
Sayangnya, karena kadung digoreng oleh para cebong seluruh dunia, akhirnya video tersebut harus dihapus. Rata-rata penyerang memang tidak bisa memahami jiwa tulus toleran sosok Pak Prabowo. Bahkan dalam tataran paling dasar (keluarga besar) saja, Prabowo justru jauh lebih menjunjung Pancasila ketimbang Jokowi yang keluarganya muslim semuwa.
Ini justru preseden yang bagus sebenarnya, bahwa Pak Prabowo itu jebul tidak bisa direpresentasikan sebagai pemimpin Islam Radikal atau pemimpin yang akan bikin Indonesia makin berkembang para ekstrimisnya. Kayak yang digaungkan sama para cebong, kayak khawatir banget kalau Jokowi kalah, Indonesia bakal kayak Suriah. Idih, lebay amat deh elu, Bong.
Pak Prabowo yang santai dalam berkepribadian inilah yang nggak bakal bisa ditiru oleh Jokowi saat perayaan-perayaan Natal macam begini. Ayo coba, berani nggak itu Jokowi datang ke gereja lalu ikut upacara Natal? Nggak berani kan? Hedeh, dasar cemen.
Lha wong cawapres Jokowi dan Menteri Agama ngucapin Natal aja udah kami hajar kanan-kiri sebagai seorang ulama dan umara yang menyerupai suatu kaum non-muslim kok. Ya iya kan, ngucapin selamat Natal itu haram, kalau joget-joget waktu perayaannya mah ya nggak dong—sepanjang yang melakukannya adalah pemimpin harapan kami.
Eh, enak aja kalian bilang standar ganda. Apa kalian lupa kalau para pendukung Jokowi juga demen pakai standar ganda. Katanya anti-politisasi agama, itu nyatanya Jokowi jadi imam juga difoto, poligami mau dilarang oleh para PNS (padahal itu merupakan tafsir agama yang masih bisa diperdebatkan), sampai imbauan-imbauan sok nasionalis yang ujung-ujungnya pakai nalar-nalar agama juga.
Sebenarnya sih Pak Prabowo Subianto itu udah capek kalian sebut-sebut sebagai pemimpin harapan umat muslim se-Indonesia. Beliau itu cuma ingin berbakti kepada bangsa dan negara pada sisa hidupnya.
Ya cuma kami ini, orang-orang yang nggak mau dipimpin oleh Jokowi, karena nggak punya pilihan lain, ya otomatis memasrahkannya kepada Pak Prabowo.
Jadi ya, sebenarnya kami nggak nuntut banyak kok sama beliau. Pokoknya Prabowo jadi Presiden, Jokowi kalah, udah itu aja. Atau kalau perlu, Pak Prabowo nggak jadi nggak apa-apa, asalkan Jokowi juga nggak jadi dua periode. Tapi kan nggak ada cara lain selain ngedukung Prabowo. Cebong mah mana ngerti beginian.
Kami ogah lagi dengar berita-berita kriminalisasi ulama. Udah bosan kami dengar berita pecitraan jalan tol sudah mulai beroperasi dan bisa digunakan rakyat. Bosan kami dengar berita dari media penguasa katanya Papua sudah mulai dibangun jalan-jalannya atau saham Freeport sudah dikuasai 51%. Apaan sih, yang kami mau itu Jokowi diganti. Titik.
Sebenarnya sih, kami berharap ada calon lain selain Pak Prabowo Subianto yang lebih menyuarakan suara agama mayoritas Indonesia di parlemen. Tapi kan cuma Pak Prabowo yang ada. Jadi kami harus cari ke mana lagi? Masa iya kami golput? Ya nanti Jokowi lagi yang menang. Cebong lagi yang bersorak-sorak. Kami ogah.
Dikasih Jokowi kami ogah, dikasih Prabowo ya nggak apa-apa deh. Nggak ada yang lain ini.
Atau jangan-jangan masalahnya bukan pada mereka berdua, tapi di kami sendiri? Ah, au ah elap~