Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Nggak Ada Ceritanya Menang Judi Bola Bikin Bahagia, Kalau Bikin Senang Sih Iya

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
25 September 2020
A A
Nggak Ada Ceritanya Menang Judi Bola Bikin Bahagia, Kalau Bikin Senang Sih Iya

Nggak Ada Ceritanya Menang Judi Bola Bikin Bahagia, Kalau Bikin Senang Sih Iya

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mas Is minta dispensasi ke Gus Mut agar boleh judi bola sekali lagi. Berjanji tidak akan mengulanginya kalau masih diperbolehkan.

“Ya sekali-kali nggak apa-apa kan, Gus?” kata Mas Is ketika ditegur Gus Mut soal kebiasaan main judi bola.

Gus Mut tersenyum kecil.

“Semua itu diawali dari sekali-kali, Is. Dari coba-coba dulu nanti ketagihan. Nggak ada ceritanya orang minum-minum itu diawali langsung satu botol, pasti segelas kecil dulu. Awalnya nggak enak, lalu penasaran, eh, keterusan sampai udah nggak ada jalan pulang,” kata Gus Mut yang masih geleng-geleng mendapati tetangganya itu belum kapok-kapok juga main judi bola.

“Ini kan biar nonton bolanya seru, Gus. Jadi ada geregetnya gitu. Kalau menang kan euforianya bisa gayeng sekali. Kalau kalah kecewanya berlipat-lipat,” kata Mas Is.

“Memang kamu itu butuh duit buat apa Mas Is? Kenapa nggak pinjam ke aku atau Fanshuri kan bisa,” kata Gus Mut.

“Ini bukan soal duit, Gus,” kata Mas Is.

“Lah, terus?” tanya Gus Mut.

“Ya geregetnya aja. Lah wong duit yang buat taruhan nggak seberapa. Cuma 10 ribu, 20 ribu. Paling banter juga 50 ribu. Ini bener-bener cuma bikin seru-seruan aja nonton bolanya,” kata Mas Is.

Gus Mut bergeming, menatap mata Mas Is dalam-dalam.

“Iya, iya, saya tahu ini salah. Nggak boleh. Besok nggak lagi kok, Gus,” kata Mas Is.

Gus Mut tahu Mas Is cuma manis di bibir. Sebab, pernyataan “besok nggak lagi” ini sering disampaikan Mas Is di hadapan Gus Mut.

“Ya, kamu juga harus tahu Mas Is. Aku ini juga males kalau ketemu bahasannya soal kecanduanmu soal judi bola ini terus. Bosen,” kata Gus Mut.

“Ya maklum, Gus. Barangkali memang sudah passion, Gus,” kata Mas Is cengengesan.

Iklan

“Memangnya kamu senang banget kalau menang duit dari judi bola kayak begitu?” tanya Gus Mut.

“Ya senang dong, Gus.”

“Bahagia?” tanya Gus Mut lagi.

Mas Is diam sejenak.

“Ya bahagia, ya seneng. Sama aja lah, Gus,” kata Mas Is tak mau ribet.

Gus Mut tersenyum.

“Ya beda dong, Mas Is,” kata Gus Mut.

Mas Is bingung.

“Beda gimana? Bahagia sama senang kan sama aja,” kata Mas Is.

“Senang itu sifatnya sesaat dan untuk diri sendiri, Mas Is. Kita dapat hadiah atau sedekah dari orang misalnya, senang pasti. Dapat duit kok, pasti senang dong,” kata Gus Mut.

“Lah kalau bahagia?” tanya Mas Is.

“Kalau bahagia itu sifatnya lebih tenang karena berbagi dengan orang lain. Kita kasih sedekah ke orang yang membutuhkan misalnya. Lalu menyadari orang itu terselamatkan gara-gara sedekah kita. Itu mungkin nggak menyenangkan karena kita kehilangan duit bukan untuk keinginan kita, tapi rasanya pasti membahagiakan,” kata Gus Mut.

Mas Is berpikir sejenak.

“Ah, Gus Mut ini mau bilang kalau saya ini cuma ngejar kesenangan aja main judi bola, tapi nggak bahagia. Iya kan? Biar saya ngerasa bersalah kan?” tuduh Mas Is.

Gus Mut terkekeh.

“Soal rasa bersalah itu semua orang punya, Mas Is. Yang membedakan itu orang udah kebal sama rasa bersalahnya, sehingga menganggap perilaku buruknya udah jadi kebiasaan, udah normal. Lah itu yang bahaya,” kata Gus Mut.

“Udah deh, Gus. Pokoknya saya janji ini yang terakhir. Biarkan ini jadi kebahagiaan saya yang terakhir,” kata Mas Is.

“Mas Is, Mas Is, itu kesenangan namanya, bukan kebahagiaan,” kata Gus Mut.

“Halaaah, Gus, masih aja ngotot soal beda kata ‘senang’ sama ‘bahagia’,” kata Mas Is sudah mulai risih.

“Ya memang beda. Gini aku jelasin, Mas Is. Sesuatu yang dekat sama nafsu itu adalah soal kesenangan. Hal-hal yang lebih bikin ketagihan,” kata Gus Mut.

“Contohnya?” tanya Mas Is.

“Kalau contoh buruknya, ya zina, judi, minum, itu semua perkara-perkara yang menyenangkan,” kata Gus Mut.

“Aduh, Gus. Mbok ya beragama itu yang solutif gitu lho, Gus. Nggak dikit-dikit dilarang, dikit-dikit diharamkan. Kan jadi terkekang rasanya,” kata Mas Is.

Gus Mut tersenyum kembali.

“Sebenarnya, tanpa agama pun, hidup manusia itu memang udah terkekang, Mas,” kata Gus Mut.

“Ah, kata siapa?” kata Mas Is.

“Mas, kesenangan manusia itu nggak ada batasnya. Cuma masalahnya, umur dan kondisi fisik manusia itu ada batasnya. Hal-hal itu justru lebih mengekang manusia. Orang yang terbiasa minum miras misalnya, pasti ada keinginan bisa minum terus sampai kapanpun. Tapi kan fisiknya membatasi, padahal hasrat minumnya itu nggak terbatas,” kata Gus Mut.

Di sini Mas Is terdiam.

“Coba sekarang Mas Is bayangkan, gimana rasanya kayak gitu? Udah terbiasa minum, tiba-tiba akses minum diputus tiba-tiba karena kondisi kesehatan yang memburuk misalnya,” kata Gus Mut.

“Ya sakit pasti, Gus,” kata Mas Is.

“Nah, karena kita dibatasi hal-hal bersifat fisik kayak gitu. Ya kesehatan, usia, umur, dan lain-lain kita dibiasakan untuk membatasi kesenangan. Biar kalau nanti tiba-tiba kita nggak bisa mengakses kesenangan itu, kita nggak kecewa-kecewa amat karena nggak tergantung sama itu. Jadi nggak depresi, nggak stres. Ya sedih ada, tapi masih bisa dikontrol lah,” kata Gus Mut.

Mas Is terdiam. Lidah terasa kelu.

“Mas Is, sampean jangan salah sangka dulu. Soal keputusan sampean tetep mau lanjut ya itu terserah Mas Is. Aku udah nggak ada kuasa di situ,” kata Gus Mut.

“Tapi ini benar-benar bikin aku bahagia, Gus. Paling tidak untuk terakhir kalinya,” kata Mas Is masih ngotot.

Gus Mut masih berusaha tersenyum menghadapi kengototan Mas Is.

“Mas, nggak ada ceritanya aktivitas maksiat bisa bikin bahagia, kalau bikin senang sih iya, aku percaya itu. Kalau soal judi bola itu, pilihannya ada di Mas Is sendiri,” kata Gus Mut mengakhiri pembicaraan.

Mas Is terdiam, belum memutuskan benar-benar mau berhenti main judi bola atau tidak. Ada perdebatan di kepalanya yang sukar untuk dijelaskan. Saking sulitnya, kecambuk itu pun tak tersampaikan sampai Gus Mut akhirnya pamit untuk pulang.

BACA JUGA Apakah Surga Hanya untuk Orang Islam Saja? dan kisah-kisah GUS MUT lainnya.

Terakhir diperbarui pada 25 September 2020 oleh

Tags: Bahagiajudi bolaMaksiatsenang
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Cerita Mereka yang Berhasil Stop Main Judi Online Setelah Kehilangan Segalanya: Kalah Puluhan Juta, Ingin Resign dari PNS, Tapi Bisa Taubat Gara-Gara Grup Facebook.MOJOK.CO
Esai

Tentang Sebuah Kampung yang Ketagihan Judi Togel

4 Januari 2024
bahagia mojok.co
Uneg-uneg

Benarkah Bahagia Itu Pilihan?

11 Desember 2022
cita-cita mojok.co
Uneg-uneg

Perlukah Mewujudkan Cita-Cita agar Dapat Bahagia?

13 November 2022
judi bola mojok.co
Hukum

Arema, PSIS, dan Persikabo Mengaku Kerja Sama dengan Portal Berita, Bukan Judi Bola

24 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.